BAB 17: TAMU


Thomas mengumpat sendirian, ia seperti linglung, sebentar lagi jam kerjanya usai, ia harus mencari cara agar Ranum bisa diterima kerja kembali di supermarket. Cara yang ampuh adalah meminta kepada Gavi dan memberi saran-saran yang hebat agar ia terlihat berkelas.

Namun, kini jam sudah menunjukkan pukul lima sore, itu adalah jam kerjanya selesai, besok ia kerja lagi namun sebagai kasir. Tak terasa hari ini adalah hari terakhir ia menjadi seorang badut ataupun penawar barang. Ia bingung menamakan dirinya apa.

Thomas pulang ke rumah, sesampainya di rumah, sudah ada mobil yang berhenti di depan rumahnya. Ia tidak kenal siapa tetapi ketika si pemilik mobil keluar ia mengenali pemiliknya. Keluarga yang meledek dia ketika ada di supermarket. Ia ingat suami-istri dengan anaknya itu.

"Thomas, kamu Thomas? Kamu sepupuku loh! Aku anaknya Oom Nugro." Si wanita berkata.

Perasaan Thomas nggak enak, ada koper yang mereka turunkan.

Suara ponsel berdering, ada pesan masuk, pesan dari pamannya yang meminta agar Thomas menjaga keluarganya sementara waktu.

Tolong kamu jaga Tia, Runa, dan, Bima ya.

Hanya pesan itu yang ia dapat, tidak ada pesan apa-apa lagi, lama-lama ia menjadi gila. "Kalian kenapa tidak mengurus Oom Nugro? Setahuku paman dan bibi menunggu kalian loh, minta diurus?"

"Maaf, kami sibuk." Runa menjawab. Runa, suami Tia yang terlihat sangat rapi itu semakin membuat Thomas muak.

Keduanya kemudian nyelonong masuk, tanpa izin Thomas ke halaman rumah Thomas, Tia meminta dibukakan pintu. Seharusnya paman konfirmasi dulu, tidak seharusnya menitipkan keluarganya kepadanya.

"Maaf sebelumnya, kenapa paman menitipkan kalian?" tanya Thomas penasaran, dari tadi dirinya ingin memukul muka Runa yang benar-benar membuatnya campur aduk. Perasaannya seperti gonjang-ganjing, ada rasa mual yang tersimpan di dalam perutnya yang rasanya hendak ia keluarkan.

Pengen gue acak-acak rambut orang ini!

"Aku baru punya uang untuk membangun rumah jadi numpang dulu di sini ya." Runa berkata.

Thomas berpikir sebentar. Oh orang kaya baru toh. Perilakunya memang seperti orang kaya baru yang sepertinya bingung. Mereka lebih memikirkan uang yang didapat daripada bagaimana berpikir bersikap layaknya orang kaya yang berkelas. Dari sana Thomas sedih, setahu dia keluarganya diisi oleh orang-orang yang ningrat, paman dan bibinya termasuk keluarga yang bisa dibilang berada namun yang ia muak selama ini, kenapa orangtuanya meminta ia mengurus paman dan bibinya.

Oh ini jawabannya, menurutnya di dalam hati. Ia baru tahu, tidak ada yang mengurus paman dan bibinya selama ini, jadi dirinya yang mengurus. Ia harus berkorban untuk keluarganya sendiri dan keluarga paman dan bibinya. Sungguh malang nasibnya sementara orang kaya baru di depannya santai bersikap tidak sopan kepadanya.

Thomas membukakan pintu tanpa harus berpanjang kalam dengan orang-orang seperti mereka. Thomas bisa membayangkan hari-harinya ke depan seperti apa. Semoga ke depan hari-harinya tidak membuatnya menjadi gila. Ini saja sudah pusing, Thomas benar-benar seperti dipermainkan dunia. Tidak ada celah untuk mencari perlindungan. Rasanya ia ingin misuh-misuh saja. Sang kekasih baru saja dipecat namun dirinya tidak bisa membela, entah harus bagaimana. Thomas hanya seperti robot, dimintai tolong ini dan itu oleh sepupunya.

Ia membukakan kamar tamu dan menjelaskan bagaimana cara tidur, cara mandi dan, cara buang air besar. Seperti mengajarkan anak kecil kata dia dalam hati.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top