BAB 16: DEBAT


"Dera!" panggil Thomas.

Dera menoleh, baru saja ia mengobati anak kecil sekarang salah satu rekan kerjanya memanggil, ia bingung, kenapa Thomas tiba-tiba memanggilnya, jujur perasaannya tidak enak, Dera mendekati Thomas yang masih melayangkan mata penuh dengan tanda tanya, sepertinya orang ini butuh jawaban segera.

"Kenapa Ranum? Kenapa bercanda seperti itu tidak dimusyawarahkan dulu dengan baik."

"Musyawarah? Dia cerita ke lo? Yang nggak bisa dong, perusahaan bakal rugi kalau begitu cara dia."

"Lo nggak ngerti susahnya cari kerja."

"Yang lebih dulu di sini siapa? Lo apa gue?" Dera bertanya dengan wajah merah padam

"Ranum yang lebih dulu terus hadirlah gue. Lo nggak berhak ya cerita kayak gitu! Semua orang menderita! Semua orang butuh kerja! Lo nggak mikir! Otak lo kosong Der!"

Dera menarik napas, "Terus maunya lo apa? Kalau lo nggak setuju tuh anak dipecat ya udah, protes aja sana lo ke Pak Gavi, jangan ke gue! Apa urusannya sama gue?! Lo bisa mikir kan?"

"Lo bilang gue nggak punya otak? Oke, daripada gue ladenin lo mending gue jadi badut aja. Semuanya jelas. Semuanya sudah gue rasakan di kepala. Gue hanya seorang badut!" Thomas berlalu begitu saja, ia kemudian mengambil kostum seperti biasa lalu memakainya. Ia bnerharap hari ini tidak ada gangguan yang membuat ia kesal.

Ia berjalan-jalan di sekitar supermarket sambil menawarkan barang. Biasanya ada stand namun hari ini ia ingin mengubah strategi untuk menenangkan hatinya, hampir semua pelanggan ia hampiri, Thomas mencoba menghibur dirinya sendir, pada saat ia lihat Tania, ia menghampiri Tania lalu memberi kode ia ingin berbicara.

"Ada apa Thom?"

"Ranum dipecat? Kenapa?"

"Karena bercanda, Thom."

"Terus kenapa nggak dimusyawarahkan saja?"

"Ya, bercandaanya udah fatal Thom. Oh ya, Thom, gue harus kerja lagi. nggak bisa lama-lama gue."

"Eh, gue belum selesai. Lo harus bantuin dia."

"Bantuin apa Thom, gue nggak paham." Tania mulai bertanya-tanya.

"Bantuin dia masuk lagi ke supermarket kita, dia itu orang baik."

"Orang baik mana bikin sesuatu yang membuat perusahaannya rugi. Tempat dia kerja maksud gue." Tania mulai menahan diri karena Thomas tidak paham-paham.

"Lo nggak tahu sih siapa dia."

"Memang dia siapa? Harus gue bantu segala. Gue tuh tadi dengar dari Pak Gavi dia memang sudah tidak dipekerjakan lagi di sini. Gue minta lo ikhlas. Mungkin lo temannya."

"Gue pacarnya, Tan!"

"Pacar? Are you serious? Sadar Thom? Dia siapa."

"Gue tahu dia siapa. Dia hanya orang susah yang butuh kasih sayang. Sama kayak gue. Harusnya lo bantuin dia."

"Lo tanya Pak Gavi, gue mau kasih tahu sama lo. Semua orang butuh kasih sayang. Gue butuh kasih sayang dari sepupu gue, tapi apa? Sepupu-sepupu gue mencampakkan gue dan yang perhatian sama gue hanya Pak Gavi dan supermarket serta teman-teman gue! Lo harus tahu itu. Lo pikir gue juga nggak nyari kebahagiaan. Dan kebahagiaan itu tidak bisa diukur dengan apapun. semua orang punya caranya masing-masing. Jangan bodoh jadi orang. Lo memilih Ranum mungkin itu adalah kebahagiaan lo tetapi soal kerjaannya dia, dia ada di sebuah perusahaan ya bisa dibilang supermarket, dan dia harus tahu konsekuensinya bekerja di supermarket seperti apa. Di sini kita nggak bisa main-main. Kita harus kerja dan maaf kalau dia nggak bisa bekerja dengan baik maka terpaksa dia dipecat, ingat ya dia dipecat bukan karena latar belakang dia, tapi sikap dia. Lo ingat, sekarang yang dilihat itu sikap dan dedikasi, lo mau bilang Pak Gavi itu orang kaya sombong terserah, gue nggak peduli lagi."

Tania berlalu, ia menghentak kakinya sekali dengan misuh-misuh.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top