BAB 12: SENYUMAN NAKAL
"Kenapa ibu lo?" tanya Ranum dengan wajah yang penuh dengan tanda tanya. Thomas menahan diri dengan kekesalan.
"Dia minta gue untuk nanggung semua beban dia, kayak saudara gue, paman dan bibi gue, oke deh saudara kandung gue tapi nggak buat paman da nbibi gue dan tadi dia ngirim gue kardus, isinya barang yang dikasih gue ke paman gue. Dia merasa gue nggak ikhlas dalam membantu kehidupan mereka. Gue capek."
"Ya ampun." Ranum measang wajah terkejut.
"Gue pikir gue bisa jadi anak yang membanggakan buat mereka. Ternyata nggak. Gue waktu ngasih tahu jadi penampil di supermarket, ibu gue kayak nggak suka gitu sama gue karena kata dia, kenapa nggak ke pantai saja."
"Gue bingung harus ngomong apa, tapi gue benar-benar mau bilang kalau lo tuh nggak sendiri, gue juga kadang merasa nggak nyaman, gue tinggal sendiri, saudara sepupu juga nggak merhatiin, gue bingung harus bagaimana. Gue hanya pengen lo tahu juga kalau gue sayang banget sama lo Thom."
Deru napas Thomas menggebu, dadanya membidang, ia perhatikan dengan seksama wajah Ranun yang menoleh sementara bibirnya masih merokok. Thomas menjatuhkan puntung rokoknya lalu menginjak-injaknya. Ia mengambil puntung rokok Ranum lalu mencium bibir Ranum. Mereka saling melumat, menggebu tanpa henti. Ranum menghentikan diri, "Thomas aku suka kamu." Senyumnya menjadi nakal, ia baringkan Thomas di atas sofa sementara dirinya di atas menciumi Thomas secara agresif.
"Aku sayang kamu Ranum, dampingi aku. Aku butuh kamu." Thomas berkata di sela-sela pelukan dan ciuman mereka. Thomas mencium Ranum dari ujung bibir ke leher lalu tangannya memeluk terus Ranum.
"Aku juga butuh kamu, jangan lelah bekerja, aku sayang kamu." Ranum membalas.
Di momen itu mereka merasa ada percikan kehangatan yang mereka rasakan. Mereka tidak bisa dipisahkan, mereka tidak mau jalinan mereka hilang. Rasa senasib muncul di dalam hati mereka. Ranum menghentikan ciuman mereka, tangannya tetap memeluk Thomas sementara ia bercerita.
"Aku juga ada beban di kantor, Tania, dia bebanku."
"Sekarang kita pakai aku dan kamu, kita udah jadian?"
"Iya Thomas, kita udah jadian. Dengerin dulu ceritaku."
"Aku memang cewek pengalah, rapuh, dan tukang gosip. Aku suka bercanda, rupanya candaanku nggak bisa diterima sama Tania. Dia menuduhku macam-macam."
"Nuduh macam-macam bagaimana?"
"Dia nanya ke aku apakah aku suka ngajak anak-anak lain bolos apa nggak. Aku jawab di sini semuanya rajin."
"Lalu apa tanggapan yang lain? Apa kamu cerita ke yang lain?"
"Sejauh ini belum, tapi aku curiga di antara teman-temanku ada yang kurang tahu diri lalu melaporkanku dengan tuduhan yang nggak-nggak."
"Siapa contohnya?"
"Bisa aja Dera sama Fini, Ita lagi sakit soalnya. Apa dia juga ya?"
"Kamu yang penting jangan depresi, ada aku di sini yang menemanimu, kekasih baru kamu." Thomas memeluk Ranum, wajah caintik Ranum menggodanya.
Ranum merasa beruntung, ada Thomas yang memperhatikannya, Thomas yang sangat baik dan menjadi temannya apalagi ini langsung menjadi kekasihnya, mereka berbagi beban bersama, seperti ada yang lepas di hidupnya.
"Sayang, peluk aku kalau kamu pusing sama keadaan hidupmu." Thomas menghibur Ranum.
Ranum membungkan bibir Thomas dengan bibirnya, mereka saling bergumul, Thomas menikmat sentuhan demi sentuhan yang diberikan Ranum di kepalanya, juga Ranum.
"Menjadi seorang Ranum adalah yang terindah karena ada Thomas di sampingku."
Thomas tertawa lalu menciumi Ranum terus.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top