Papan Ouija

[Dipost juga di akun Line@ Deep and Dark (id: @ise9374b)]

"Mom, bolehkah Joel pergi ke rumahku nanti?" tanyaku sembari menyodorkan segelas susu.

Ibu menatapku tajam, "Hm, ingin menyuap Mom dengan susu eh? Boleh saja, asal tidak ada berduaan di kamar. Okay?".

"Okay," balasku bersemangat. Ibu tidak ada di rumah nanti malam, jadi aku dan Joel bisa melakukan apapun di rumah. Yang berarti kami bebas di kamar. Toh kami tidak melakukan hal-hal aneh.

Aku segera meraih gagang telepon dan memutar engkolnya. Telepon yang terlalu jadul untuk dipakai pada zaman sekarang ya? Kami memang menyukai barang jadul, bahkan jika rusak sekalipun.

"Hey, Joel. Wanna hangout and chill in my house this night?" ajakku. "Cool! See ya later!"

Sarapan berlalu. Tak terasa makan siang pun berlalu. Aku sudah tak sabar menunjukkan sesuatu kepada Joel. Tepat pukul lima sore, ketika pintu kayu jati kami diketuk tiga kali, aku segera membukanya.

"Joel!" pekikku senang sembari merangkulnya masuk. "Ah, sampai sekarang rumahmu masih kuno ya," komentar Joel merujuk kepada barang-barang antik yang berserakan. Aku hanya mengendikkan bahu. Kami memutuskan untuk menunggu di ruang tamu sampai Mom pergi, baru kami akan ke kamar.

"Nanti aku akan menunjukkan sesuatu di kamar," bisikku. "Memangnya tidak bisa ditunjukkan di sini saja? Sespesial apa sih, Ya?" tanya Joel, namun segera terdiam saat Mom lewat.

"Oh hi Joel. Long time no see!" sapa Mom. "Aku ada urusan tiga hari di luar kota. Makanan kecil untuk kalian ada di kulkas. Kalau habis, pesan delivery saja ya?" pesan Mom panjang lebar. Setelah kami mengangguk paham, Mom pun pamit pergi.

Aku segera menyeret Joel ke kamar saat Mom lenyap di balik pintu. "Slow down!" pekiknya sembari menepuk bahuku, tapi tak kuherani.

Aku menutup pintu dan mengambil barang yang sejak minggu lalu kusembunyikan di bawah kasur. Mata Joel membulat saat melihatnya. "What in the actual heck, Mia? Where did you get it?" pekik Joel lagi. Aku terkikik geli. Pekikan Joel cempreng semperti perempuan.

Joel menyentuh ujung papan itu. Ukiran huruf membentuk 'O-U-I-J-A' berkilau diterpa cahaya. "Let me guess, barang antik? Dari mana kau mendapatkannya?" tanyanya penasaran. Aku mengangguk, "Di toko antik pinggir sungai.". Kami kembali larut mengamati papan itu. Dari aromanya saja terlihat kalau barang ini sangat tua. Sungguh beruntung aku mendapatkan papan Ouija antik beserta planchettenya, semacam papan segitiga dengan kaca bundar di tengahnya untuk bermain Ouija, dalam keadaan bagus.

"You know that your Mom gonna kill us, right?" tanya Joel sedikit bergidik. Aku mengangguk lagi. Ibuku memang seorang religius yang berlebihan. Ia sangat anti dengan sesuatu yang berbau mistik, melarang anaknya untuk bermain bahkan mendengar ceritanya. "Aku tahu. Itu yang membuatnya menyenangkan!" pekikku bersemangat lalu mengajaknya bermain.

Tepat setelah kami duduk berhadapan dengan seperangkat papan Ouija di tengah. Aku pun mulai membacakan peraturan permainan.

"Well, sebenarnya ada banyak versi peraturan ini, tapi umumnya adalah jangan mainkan sendiri atau di kuburan, jangan menantang atau menjelekkan roh, dan jangan lupa mengucapkan 'good bye' jika ingin mengakhiri sesi."

Aku menyentuh pinggir planchette, diikuti Joel.
"Rilekskan jarimu ... lalu putar tiga kali searah jarum jam," ucapku sembari menggerakan jari. Setelah itu aku sebagai moderator pun memulai.

"Kami mengundang roh di sekitar sini untuk berbicara dengan damai. Apa ada roh di sini?"

Sunyi. Tak ada yang bergerak ataupun bersuara.

"Halo? Kami damai," ucapku lagi.

Tetap sunyi. Kami benar-benar dicuekin.

"Kau tahu apa? Game ini bodoh begitu pula dengan roh yang ada di sini," ejek Joel. Aku segera mendelik kesal, berusaha mengingatkannya akan peraturan. Aku berusaha menunggu beberapa saat lagi, namun tak ada respon. Akhirnya aku menyerah, "Ah sudahlah, aku mau ngambil cemilan dulu. Selamat bersenang-senang karena kamu sudah membuat roh itu marah!".

"Ah terserahlah. Bawakan aku juga!" suruh Joel dengan gaya meremehkan.

Aku mengomel sepanjang menyiapkan segelas teh dan sepiring brownies. Bahkan aku tak memedulikan seruan aneh Joel ("Mia astaga sini! Planchettenya bergerak ... membentuk gerakan delapan!"). Pasti anak itu ingin menakutiku .

Aku pun kembali ke kamarku untuk menemukan kamar yang lenggang tanpa kehadiran Joel. Papan Ouija itu sendiri tergeletak dengan bekas seperti dicakar. Planchettenya ...

TOK
TOK
TOK

Ketukan itu membuyarkan kebingunganku. Segera kubuka pintunya, tanpa mempersiapkan diri melihat pucatnya wajah Joel dengan urat menonjol di pinggir matanya, dengan mata tanpa pupilnya, dan tangan kirinya memegang planchette bersiap menumbukku dengan ujung tumpulnya.

[END]
Gak serem hiks :'(

Note: Jika kalian bermain Ouija dan planchettenya bergerak membentuk angka '8', langsung arahkan ke goodbye untuk mengakhiri permainan dan usahakan untuk menetralisir ruangan dan papan dengan doa dll. Perlu diingat, Ouija adalah permainan yang berbahaya. Saya tidak mau kehilangan kalian, karena saya masih sayang kalian.

Terima kasih atas jasa kalian, wahai post tentang ouija yang menarik~
https://www.google.co.id/amp/getouijaboard.tumblr.com/post/96667908735/25-ouija-board-rules/amp
https://www.google.co.id/amp/s/id.m.wikihow.com/Bermain-Ouija%3famp=1

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top