3. Seno's Secret
"Saya saranin tolak perjodohan itu."
"Tadi saya bilang bukan saya, Mas. Itu cuma cerita tetangga saya, terus saya ceritain ke Devi." Seketika Anara menutup mulutnya, dia terlalu banyak bicara, bohong pula.
Seno mendengus lalu berlalu dari sana. Melihat jam di pergelangan tangannya, dia harus mulai memindahkan kue ulang tahun ke area kebun.
Devi segera menata semua kue muffin di sebuah rak besar yang memuat sekitar lima puluh kue. Begitu pula Anara, keduanya menyusun di dua rak yang berbeda. Semua kue terlihat menarik dan menggiurkan.
"Pilihan warna lo bagus juga, An. Klien minta paduan warna pastel, dan kreasi ini tetap terlihat cerah."
Menurut Devi warna pastel terkesan pucat dan tidak eye catching. Tetapi kini penilaiannya berubah, buktinya ada di depannya sekarang.
Waktunya hampir tiba. Para tamu undangan satu persatu datang dan segera diarahkan ke area outdoor.
"Kue buatan mas Seno bener-bener nggak ada tandingan. Gue yakin itu nggak cuma enak dilihat, tapi yummy juga di mulut." Devi menatap kagum hasil karya Seno dengan mata berbinar.
"Sudah pasti enak, kita pernah makan waktu dia ulang tahun bulan lalu. Rasanya pengen motong kue nya dan langsung gue makan dalam satu suapan." Anara terkikik setelah mengatakan hal absurd yang tidak mungkin terjadi. Devi pun menanggapi Anara dengan menoyor pelan bahunya.
Seseorang yang tengah berdiri tepat di belakang mereka, tersenyum tipis. Anara menyukai kue buatannya. Dia terkesan dengan gadis itu karena mengingatkan dirinya versi dulu. Memiliki mimpi besar untuk belajar di luar negeri membuat Seno harus berselisih paham dengan papinya. Semua cita-cita akhirnya berakhir dan dia mendalami passion-nya diam-diam.
Melihat bakat Anara dan mimpi besarnya menghadirkan empati yang entah, mungkin juga timbul perasaan lebih dari itu. Dia tidak peduli, yang ada di pikirannya sekarang hanya mendukung. Meskipun sepertinya Anara menanggapi biasa saja. Semua perhatian dilihat hanya sebagai atasan pada bawahan saja.
Bagian menu kue dan dessert, mulai di penuhi tamu. Banyak yang bilang kuenya enak. Kue muffin seratus biji ludes tanpa sisa. Setelah selesai acara kue utama buatan Seno ternyata dipotong kecil-kecil untuk diberikan pada para tamu dan dibawa pulang. Kemasan lucu dan manis sudah disiapkan sesuai permintaan klien. Hal ini jadi nilai positif dari pelanggan.
Kondisi outdoor sangat berantakan setelah para tamu pulang. Terakhir klien yang sudah booking langsung membayar sisa tagihan. Karyawan bagian beres-beres sudah ada bagiannya sendiri, jadi Anara ingin bersantai sebentar.
"Saya dengar tadi ada yang mau makan kue buatan saya." Seno lagi-lagi datang tanpa diminta. Kali ini di tangannya ada sepotong kue dipiring kecil lengkap dengan garpu kecil.
"Iya, sih, Mas. Tapi bukan cuma saya yang mau makan kuenya."
"Devi sudah dapat bagiannya. Tuh, di meja sana."
Anara mengikuti arah pandang Seno. Benar saja, di sana Devi tengah menikmati kue bersama karyawan lain. Tanpa menunggu lagi Anara pun menikmati kue bagiannya.
"Hmm, enak banget. Mas Seno nggak pernah gagal kalo bikin kue kayak gini. Yakin deh, tekstur dan rasa kuenya tuh, beda."
"Kamu juga bisa bikin, kok! Kalo mau, saya ajarin nanti. Tapi di luar jam kerja."
"Ngajarin saya? Bukannya ini resep rahasianya Mas Seno?"
Seno memang punya banyak resep dan tip rahasia. Tetapi apa iya, mau begitu saja dibagi?
Bersambung
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top