Dia Lagi
Budayakan vote dan komen setelah membaca👌
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Ini adalah pertama kalinya aku mempercayai takdir lagi setelah aku dikecewakan oleh takdir.
~Soraya Bela~
Bela menatap laki-laki yang ada di depannya itu dengan datar. Awalnya dia memang terkejut dan kaget karena bertemu lagi dengan pria yang dia anggap tidak waras itu. Namun saat ini dia sudah kembali menormalkan ekpresinya. Tidak ada kata yang terucap dari bibir tipisnya. Dia hanya diam sambil mengamati laki-laki di depannya ini. Laki-laki yang berperawakan tinggi, putih, badan yang tegap, rahang yang tegas, hidung yang mancung, bibir yang seksi dan matanya yang tajam membuat setiap perempuan akan jatuh hati. Namun tidak dengan Bela, rasa sakitnya kepada Vano membuatnya trauma untuk kembali menjalin hubungan dengan laki-laki. Bela tahu jika tidak semua laki-laki sama, hanya saja untuk percaya sepenuhnya kepada seorang laki-laki bukanlah hal yang mudah. Padahal sebuah hubungan akan terjalin jika didasari oleh sebuah kepercayaan, lantas jika dia tidak bisa percaya itu artinya dia juga akan sulit membangun hubungan yang baru.
Laki-laki yang belum diketahui namanya oleh Bela berdiri tegak dengan ekspresi yang sama. Tidak mengucapkan sepatah kata dan tidak ada segaris senyum pun di bibirnya. Leher yang berkalungkan kamera berwarna hitam dengan kemeja bergaris yang sengaja tidak dia kancingkan dan lengannya dia gulung asal sampai ke siku. Tampilan santai seperti itu membuatnya terkesan lebih muda dari usianya.
"Kamu tidak lupa dengan ucapanku seminggu yang lalu, 'kan?" tanya laki-laki itu lagi.
Bela mengerjap-ngerjapkan matanya seperti dia sedang mengingat sesuatu. Seketika dia membuka mulutnya dan mengangguk dengan cepat. Tentu saja dia tidak akan lupa dengan apa yang dikatakan oleh lelaki itu, kata-kata yang tidak akan dikatakan oleh laki-laki normal ketika mereka baru pertama kali bertemu.
"Ya, aku ingat." Jawab Bela dengan singkat.
Nuga menggaruk belakang kepalanya untuk menghilangkan geroginya. Entah mengapa dia merasa gugup berhadapan dengan Bela, mungkin karena dia mengingat ucapan konyol yang dia ucapkan seminggu yang lalu dan perempuan itu mengingatnya.
"Kamu tunggu sebentar di sini, aku akan menyelesaikan pekerjaanku. Setelah itu kita bicara lagi." Kata Nuga kepada Bela. Dia melihat temannya yang berada di belakang Bela memanggilnya.
"Aku tidak mau menunggumu. Tidak ada yang harus dibicarakan lagi." Jawab Bela dingin sambil mulai melangkah meninggalkan Nuga.
Secepat kilat Nuga meraih tangan Bela. Dia tidak ingin perempuan itu kabur begitu saja. Dia akan menempati janjinya seperti yang dia ucapkan seminggu yang lalu. Tidak peduli penolakan yang akan dilontarkan oleh Bela, yang jelas hari ini juga dia akan melamar Bela.
"Aku bawa ini sebagai jaminan agar kamu tidak kabur." Kata Nuga sambil menyaut handphone yang ada digenggaman Bela. Setelah itu dia langsung berlari masuk ke dalam gedung.
"Laki-laki tidak waras." Teriak Bela dengan keras. Hingga beberapa pasang mata tertuju kepadanya.
Bela berjalan lemas menuju salah satu bangku yang ada dihalaman gedung. Ingin kembali masuk ke gedung, hatinya terasa begitu panas melihat gaya foto Vano dan Dina yang terlihat begitu romantis. Hal itu membuat Bela mengurungkan niatnya untuk kembali masuk ke dalam gedung. Dia memilih menunggu lelaki tadi menemuinya dan mengembalikan handphonennya.
Bela melihat pintu masuk gedung tempat pernikahan. Di sana banyak sekali jajaran karangan bunga yang berbaris di luar pintu masuk. Semua karangan bunga itu bertuliskan ucapan selamat atas pernikahan Vano dan Dina. Semakin Bela membaca semua itu, semakin membuat hati Bela terasa sakit. Masih banyak pula tamu undangan yang hadir di acara pernikahan itu. Memang baik dari Vano atau pun Dina sama-sama berasal dari keluarga kaya, tentu saja banyak tamu yang mereka undang. Mengingat mereka sama-sama anak tunggal. Andai saja jika ini adalah pernikahannya, pasti bibirnya akan menyunggingkan senyum, air mata yang menetes adalah air mata kebahagiaan. Tapi yang dia rasakan adalah sebaliknya. Hanya kesedihan dan sakit yang ada dihatinya.
Sepasang kaki manusia berhenti tepat di depannya. Hal itu membuat Bela mendongakkan kepalanya untuk melihat siapa pemilik sepasang kaki itu. Orang itu tak lain adalah laki-laki yang mengambil handphonennya. Tangannya langsung menengadap di depan laki-laki itu.
"Apa?" tanya Nuga tak mengerti.
"Kembalikan handphone ku." Jawab Bela cepat.
Lelaki itu malah memasukkan handphone Bela ke dalam tas kecilnya. Dia mengambil duduk di samping Bela tanpa mengucapkan sepatah kata pun.
"Kembalikan handphone ku." Pinta Bela lagi.
"Apakah ini pernikahan kekasih dan sahabatmu?" tanya Nuga tiba-tiba.
"Jangan sok tau." Jawab Bela cepat.
"Jangan berbohong. Aku melihat kesedihan dan keterpurukan dari matamu. Sepertinya memang benar jika kedua pengantin adalah orang yang mengkhianatimu." Kata Nuga tanpa memikirkan perasaan Bela.
"Aku di sini karena pekerjaan. Mereka menyewa jasa cateringku untuk acara ini, jadi tentu saja aku berada di sini." Jawab Bela yang sepenuhnya tidak berbohong.
Nuga tertawa. Dia menertawakan apa yang dilakukan oleh perempuan yang ada di sampingnya ini. "Bagaimana rasanya menyiapkan hidangan diacara pernikahan mantan?" tanya Nuga mengejek.
"Menyebalkan. Jangan sok akrab denganku." Kata Bela sebal.
Nuga kembali tertawa mendengar jawaban Bela. Ekpresi lucu yang muncul diwajah Bela semakin membuat Nuga tidak bisa berhenti tertawa. Hal itu membuat Nuga semakin yakin jika kliennya adalah mantan Bela.
Keberadaan Nuga di sini bukan karena dia tamu undangan. Melainkan karena pekerjaan. Ya, sama seperti Bela yang jasanya disewa untuk acara ini. Dia bertanggung jawab dibagian pemotretan. Nuga sendiri adalah seorang fotografer yang sudah 3 tahun ini mengelola studio foto miliknya sendiri. Sudah banyak pernikahan atau acara lainnya yang dia tangani dan dia selalu membuat kliennya senang. Hal itu membuatnya menjadi fotografer terkenal yang memiliki banyak job di berbagai acara.
"Aku tidak ada waktu untuk meladenimu. Cepat kembalikan handphone ku." Kata Bela sambil berdiri.
Nuga ikut berdiri. Bahkan kini mereka sedang berhadapan satu sama lain. Nuga membuka resleting tasnya dan dengan pelan mengeluarkan handphone hitam milik Bela.
"Ini." Kata Nuga dengan singkat.
Dengan cepat Bela mengambil handphone yang dipegang oleh Nuga. Setelah dia mendapatkan barang miliknya, dia segera pergi dari hadapan Nuga. Namun Nuga segera mengejar Bela dan meraih tangan kecil itu.
"Lepas!" kata Bela sambil mengibaskan tangannya.
"Ayo kita menikah." Kata Nuga dengan cepat. Tanpa aba-aba lagi dia langsung mengatakan lamarannya kepada Bela.
Bela melototkan matanya mendengar apa yang diucapkan oleh Nuga. Dia tidak percaya jika Nuga beneran menepati janjinya. Namun Bela masih waras sehingga membuat Bela tidak bisa dengan mudah menerima lamaran Nuga.
"Kita bisa melupakan masa lalu kita yang pahit dan menciptakan masa depan yang indah." Kata Nuga lagi sambil memegang kedua tangan Bela.
Bela dibuat terpaku dengan apa yang dikatakan oleh Nuga barusan. Bela melihat jika Nuga adalah sosok laki-laki yang tanggung jawab. Buktinya dia beneran menepati janjinya. Namun dia masih takut untuk menerima lelaki itu karena mereka baru 2 kali bertemu. Sekarang Bela tidak ingin terlalu percaya dengan makhluk yang berjenis laki-laki. Sudah cukup dia dibuat kecewa oleh Vano, sekarang dia tidak ingin kecewa lagi.
"Bagaimana?" tanya Nuga memastikan. Sudah 5 menit dia menunggu jawaban dari Bela namun Bela belum juga mengucapkan sepatah kata pun.
"Emmm .... " Bela dibuat bingung sendiri. Dia tidak bisa menolak Nuga dengan kata-kata yang kasar dan menohok. Walau pun dia dibuat kesal dengan Nuga, setidaknya dia harus memiliki tutur sapa yang sopan dengan laki-laki itu.
Bela memutarkan matanya. Menggerak-gerakkan matanya ke kanan dan kiri untuk merangkai kata yang baik. Hingga akhirnya matanya melihat Vano yang berdiri tidak jauh darinya. Vano sedang memperhatikan interaksinya dengan Nuga, bahkan Vano sangat konsentrasi dalam hal itu.
"Ya, aku mau menikah dengan kamu." Jawab Bela sedikit keras.
Entah bisikan setan dari mana sehingga Bela menjawab seperti itu. Yang jelas alasan Bela menjawab seperti itu karena dia ingin membuat Vano kesal. Bela pikir jaraknya dengan Vano tidak terlalu jauh, jadi Vano pasti mendengar apa yang dia ucapkan barusan. Benar saja, setelah Vano mendengar ucapan Bela, dia menundukkan kepalanya dan setelah itu masuk ke dalam gedung dengan langkah gontai. Kentara sekali jika dia memendam kekecewaan. Entah apa yang membuatnya kecewa, mungkin jawaban Bela yang menerima lamaran dari laki-laki lain. Harusnya dia tidak perlu kecewa, karena dia sendiri yang memulai hal ini terjadi dan dia pun sekarang sudah memiliki istri jadi lebih baik dia menerima istrinya dan melupakan Bela.
Nuga tersenyum lebar mendengar jawaban dari Bela. Setidaknya dia tidak merasa malu jika ditolak oleh Bela. Karena setelah dia mengutarakan lamarannya, semua pasang mata yang berada di halaman gedung fokus kepada mereka. Terlebih mereka menatap Nuga dengan pandangan yang sulit diartikan.
Nuga menengadahkan tangannya lebar di depan Bela. Bela mengerutkan keningnya karena dia tidak mengerti maksud Nuga.
"Kemarikan ponselmu." Kata Nuga yang tahu dengan kebingungan Bela.
"Untuk apa?" tanya Bela bingung. Apa mungkin handphonenya akan disandra oleh Nuga lagi?
"Kita, 'kan, sudah sepakat untuk menikah. Masak iya kita tidak saling menyimpan nomor ponsel?" tanya Nuga santai.
"Eh, itu ..." Jawab Bela terbata.
"Sudah kemarikan." Kata Nuga lagi. Dia mengambil handphone Bela dengan sedikit paksaan dan Bela tidak bisa berbuat apa-apa selain menyerahkan ponselnya.
Jari telunjuk Nuga begitu lincah mengetikkan angka di papan layar ponsel Bela. Dia menyimpang nomornya dengan nama "Calon Suami" dan setelah itu dia panggil. Terdengar bunyi ponsel dari dalam saku celana Nuga, setelah itu bunyi itu tidak terdengar lagi. Nuga menyerahkan ponselnya kepada Bela lagi, dan kemudian dia mengambil ponselnya dari dalam saku celana.
"Siapa namamu?" tanga Nuga pelan.
"Bela." Jawab Bela jujur. Tanpa berpikir panjang dia langsung menjawab pertanyaan Nuga.
"Sudah aku save nomormu. Semoga setelah ini hubungan kita semakin dekat." Kata Nuga sambil tersenyum.
Bela tidak menjawab, dia segera pergi dari hadapan Nuga. Jika terlalu lama dia berinteraksi dengan Nuga, Bela yakin dia akan ikut tidak waras seperti Nuga.
Bela masuk ke dalam mobil pik up yang digunakan untuk mengangkut barang-barang cateringnya. Setelah itu dia menoleh ke samping kanannya dan meminta sopirnya untuk meninggalkan gedung. Tanpa membantah lagi, sang sopir langsung menjalankan mobil itu.
Bela termenung sambil menatap keluar jendela. Pikirannya kembali menerawang pada kejadian yang baru saja dia alami. Mulai dari mendengar ijab kabul mantannya, menghadiri acara pernikahan mantannya, bertemu dengan pria aneh itu lagi, hingga dia memutuskan untuk menerima lamaran lelaki itu. Lelaki yang dia sendiri tidak tahu asal usulnya.
"Bodoh ... Bodoh ... Bodoh ..." Teriak Bela dari dalam mobil. Sopirnya hanya menatap Bela dengan takut. Pasalnya Bela tidak pernah mengucapkan kata-kata kasar seperti itu.
Bela menyesali ucapannya. Rasanya dia ingin menarika lagi apa yang sudah dia ucapkan tadi. Bagaimana mungkin dia menerima lamaran seorang pria hanya untuk membuat Vano cemburu. Dan cekalanya, lelaki itu menganggap jika Bela benar-benar tulus menerima lamarannya.
Bela tidak pernah berpikir jika hubungannya dengan Vano akan berakhir seperti ini. Dia mengira jika dia akan langgeng dengan Vano hingga mereka memiliki anak. Tapi ternyata hubungannya kandas begitu saja. Sejak saat ini, Bela sadar jika lamanya hubungan pacaran tidak akan menjamin sampai ke pelaminan. Buktinya Bela, 7 tahun pacaran akhirnya harus berakhir dengan menjadi mantan. Bela juga sadar bahwa sebuah hubungan yang benar adalah hubungan laki-laki dan perempuan yang saling mengucap janji kepada Allah untuk saling melengkapi. Dan hubungan itu adalah pernikahan.
================================
Bojonegoro, 14 Juni 2020
Kenapa Author updatenya selalu malam? Karena jam segitu Author baru selesai nulis, wkwkkw.
So, kalian bisa membaca cerita-cerita author untuk menemani kalian sebelum tidur🤗
Selamat malam😘
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top