25. Dunia Baru
Pandangan Windu yang lembut, tetapi menyiratkan empati membuat Riani menarik napas lega. Jika Windu ingin memarahinya lagi karena mengambil risiko bertemu dengan Jehian dan berakhir berdebat, Riani sudah tidak punya tenaga lagi. Ia menjatuhkan pantat agak keras di bangku taman tak peduli sakitnya terantuk benda tersebut.
"Dia payah, kan?"
Windu mengangguk-angguk lalu mengeluarkan sapu tangan untuk Riani. Namun, gadis tersebut menolaknya.
"Udah ilang sama angin," kata Riani yang merasa air matanya mengering. "Lagian do not cry masih peraturan WDNL."
"Pengecualian, nih, biar muka gak kusut," sahut Windu.
Riani pun sedikit tergelak, tetapi justru membuatnya ingin menangis kembali. Akhirnya sapu tangan hampir terabaikan Windu berguna. Riani kemudian merenung ke depannya. Ia berkata, "Dia benar-benar bisa anggap aku di orang lain, gimana kalau orang itu tau?"
"Itu namanya pelampiasan," jawab Windu seraya mendengkus. Dia membatin, Sering yang cari pelampiasan di sini.
Windu tiba-tiba melirik Riani dengan keningnya yang mengerut. "Kamu tadi bilang dia egois, itu udah jelas kan kenapa si Jehian bisa milih untuk suka orang dengan bayang-bayang mantan."
"Dia cari pelampiasan hati dan kesalahan yang dia buat kepada seseorang."
Perempuan tersebut menutup wajah dan tenggelam dalam pahanya sendiri. Di mata Riani Jehian tidak akan mengambil langkah yang merugikan orang lain, tetapi siapa sangka dia ingin demi dirinya sendiri.
Saat Windu memberitahu alasan Jehian secara tersirat berada di WDNL perihal ingin lupa Riani dengan kehadiran Tanisha adalah lelucon yang aneh baginya. Riani tidak menyangka sejauh itu, ia pikir memang Jehian ingin menebus kesalahan dan berharap lupa lewat WDNL, tetapi siapa sangka jauh daripada itu.
Apa semua ini karena aku belum memahami Jehian yang sebenarnya? batin Riani meragu.
"Sekarang gimana perasaan kamu?" tanya Windu.
Tentu berantakan, ucap Riani spontan dalam hati. Namun, ketika ia melihat ke arah Windu, di bawah lembayung sore yang dingin, seniornya tampak hangat. Riani beberapa kali mengerjap sebelum bangun dari pahanya dan memjawab Windu.
"Bingung," tuturnya spontan lagi.
Windu memandang Riani penuh keheranan. "Kenapa masih bingung? Kamu kan udah buat Jehian gak ngejar kam--"
"Kayaknya peraturan WDNL berhasil," ucap Riani memotong perkataan Windu. Celetukan itu malah mendatangkan tanda tanya di benak Windu mengapa gadis di sebelahnya ini mengalihkan pembicaraan.
"Kalau gak berhasil, peraturan ini gak akan ditetapkan," balas pemuda tersebut meski masih keheranan. "Kenapa tiba-tiba jadi bahas peraturan?"
"Soalnya perasaanku jadi bingung karena kontribusi peraturan WDNL."
Windu mendadak tertegun karena pengakuan Riani. Dalam pikirannya ada sebuah skenario yang takut-takut sudah mulai terancang. Namun, Windu segera mengenyahkan pikiran tersebut, jika tidak, mungkin dirinya akan sama saja dengan Jehian.
"Aku lumayan lega udah lepas beban yang mengikat aku sama Jehian dan gak terjebak dalam keinginan anak itu lagi, tapi kalau soal perasaan aku yakin bisa move on dengan tenang," ungkap Riani. Pembawaannya kini jauh lebih santai dengan binar di mata yang sudah tak redup lagi.
Riani mencondongkan badan ke depan lalu menoleh ke Windu penuh senyum. Rambut panjang yang sedang dikuncir mengayun-ayun jatuh karena gerakannya. Gadis itu kembali menambahkan, "Karena aku ... mungkin punya rasa yang baru."
Pemuda berusia dua puluh tahun di sebelah Riani lantas menghela napas. "Riani, kamu tau tidak akan bisa."
Badan Riani kembali tegap ke tempatnya semula. Ayunan kuncir kudanya mengikuti Riani yang terus mengangguk-angguk. "Aku tau makanya masih mungkin."
"Lagi pula aku sadar Kakak punya rasa sama Kak Tanisha, sampai benar-benar jauhin sesuatu buat perasaan dia," tutur Riani.
"Kamu tau?"
"Sebatas tebakan aja," jawab Riani sembari tersenyum simpul.
Windu mengusung sedikit senyum saat matanya terpaku menatap tanah. "Tebakan yang tepat."
"Mungkin kita harus ganti WDNL jadi Reunion of Love," ucap Windu asal. Namun, perkataannya membawa tawa bagi mereka berdua. Entah tawa yang miris atau murni candaan. Pasalnya We Don't Need Love klub setelah dikupas kulitnya sekarang tidak seperti klub anti cinta melainkan tempatnya cinta berkumpul.
Rahasia yang Riani juga Jehian sembunyikan saja sudah mengejutkan. Terlebih nanti jika anggota lain sadar apa yang terjadi antara kapten mereka serta sang tangan kanan. WDNL yang sesungguhnya sudah keluar dari jalur.
"Kakak belum pernah bilang ini sama Kak Tanisha, kan?" tanya Riani memastikan.
Windu menggeleng-geleng. "Tentu belum ... tidak akan, tidak mungkin."
Pengelakan Windu kepada pernyataan perasaannya tidak serta-merta karena Jehian yang sudah melangkahi dia. Riani sangat sadar ini, kondisi mereka yang berada di klub berkonsepkan tanpa cinta sudah pasti menjadi cinta terlarang. Ia sendiri yang merasainya sejak kedekatan dengan Windu menyimpan rapat-rapat dalam kotak harapan.
Hanya saja seperti yang lelaki itu bilang tentang pelampiasan. Riani belum ingin terlalu cepat meyakini perasaannya kepada Windu, ia takut itu hanya kagum selewat atas bantuan Windu pada masalahnya.
Ketika Windu kembali menatap Riani, matanya tersenyum seperti bulan sabit. Dia berkata, "Kamu mengerti, kan?" seberapa tidak bisanya.
Riani balas dengan anggukan tanpa bicara. Pikirannya kembali merenungkan tentang pengakuan Jehian yang menyatakan cinta pada Tanisha dan meminta ia kembali di hadapan anggota WDNL nanti. Namun, Windu berseru keras sampai mengagetkan Riani.
"Ah eta bisa!" Windu langsung menoleh ke Riani dan berkata penuh semangat, "Gimana kalau pas reformasi klub kita rombak peraturan?"
"Saya gak terlalu yakin klub ini bisa sejalan dengan tujuan lagi," jelas Windu, "baik masalah dari luar sama dalam udah gak bisa mempertahankan konsep dasar klub, jadi mungkin kita bisa beralih ke ...."
"Kakak yakin mau rombak total WDNL?"
Kepala Windu bergeleng-geleng. Dia menarik napas panjang seolah-olah bersiap akan keputusan terberat. "Bukan rombak total, cuma ubah peraturan sama buat konsep dasar WDNL samar-samar, kamu capek kan sama peraturan ini?"
Lantas Riani mendorong pundak Windu hingga laki-laki itu hampir terjatuh. Ia menutup wajah dengan telapak tangan kirinya lantaran malu. "Terus nama WDNL-nya sama konsep yang terlihat jadi apa?"
Windu mengelus-elus bahu yang didorong Riani seakan-akan kesakitan, meski itu terasa seperti dorongan biasa. Dia kemudian menghadap total Riani dan tersenyum sampai tulang pipinya terangkat kala. "World's Diary and Literary, Buku harian dalam konten yang kita buat tentang dunia di luar kampus yang kita datangi."
"Kita semua punya keahlian masing-masing dalam menampilkan sesuatu, dengan itu kita bisa membuat suatu konten dan masih sesuai dengan visi menyebarkan cinta pada yang berharga, kita bisa buat buku harian dari perjalanan itu."
Riani mengangkat kedua jempolnya ke hadapan Windu kemudian berujar, "Nice Idea, Kak."
"Tentu, terima kasih," ucap Windu tulus. Dia memberi tepukan pelan di pucuk kepala Riani sampai gadis tersebut agak memundurkan diri karena terkejut.
Senyum Riani kali ini hampir diikuti rona kemerahan di pipi. Ia berkata sama tulusnya, "Sama-sama terima kasih juga untuk selama ini, Kapten."
______________
Hari berlalu dengan kembalinya hampir seluruh anggota WDNL berkumpul. Usai pertemuan yang Riani sengaja taruh dekat hari kumpulnya WDNL, ia bersiap untuk sebuah pengakuan terang-terangan.
Kini perempuan berambut panjang yang bergelombang berdiri di tengah pusat perhatian seluruh anggota WDNL. Riani sangat berusaha menyembunyikan gemetar yang muncul dengan menggenggam gawainya erat-erat. Lantas matanya mengelilingi seluruh presensi anggota yang hari ini ada. Ia dan Windu sudah menduga dengan perjanjian yang dilakukan hari selasa membuat sosok itu kini absen.
Lagi pula aku tidak ingin mempermalukannya di depan semua orang, setidaknya itulah kebaikan yang bisa aku berikan pada Jehian.
Windu telah selesai memberi penjelasan tentang WDNL akan menjadi apa nanti di masa depan. Lelaki yang selalu Riani anggap ketua pun memberinya kesempatan untuk melakukan pengungkapan sebelum mereka beralih dalam nuansa yang baru.
Pertama, Riani membungkukkan badan cukup bawah, meski Windu sudah bilang berkali-kali dirinya tidak perlu melakukan. Bagi Riani hal ini sangat perlu. "Aku minta maaf yang sebesar-besarnya sampai membuat WDNL ke keadaan seperti ini, aku benar-benar minta maaf."
Kebanyakan dari anggota tidak ada reaksi terhadap permintaan maaf Riani. Namun, mereka juga tidak menunjukkan kelegaan seperti yang dilakukan Tanisha. Riani melanjutkan, "Selain minta maaf, di sini, aku juga ingin mengaku."
Baru pada kata 'mengaku'-lah beberapa di antara mereka mulai berbisik-bisik menyuarakan duga. Riani tidak dapat mendengar jelas apa itu, tetapi salah satunya mencurigai hubungannya dengan Windu. Well, tidak terlalu salah.
"Sekitar delapan bulan lalu atau tepatnya saat kita lulus SMA, aku dan Jehian pernah berpacaran."
Riani melihat Denada terkaget sampai menutup mulutnya tidak percaya. Sementara itu, yang lain terkesiap dengan fakta yang tidak pernah mereka duga.
"Berarti mereka udah mantan," gumam Ulil Rendah.
"Ya, aku sama Jehian sudah mantan sewaktu ada di sini," ucap Riani yang menangkap gumaman Ulil, "maaf, tidak jujur pada kalian lebih awal." Ia membungkuk sekali lagi walau tidak sedalam yang pertama.
"Karena ada beberapa hal termasuk perang dingin yang buat aku yakin, walau aku sama Jehian mantan, kami tidak menyalahi aturan WDNL, tapi ternyata tidak."
Gawai yang sedari tadi Riani genggam mulai ia buka. Riani tampak menggulirkan jari di atas layar beberapa kali sampai terdengar suara yang anggota WDNL kenali.
Denada semakin membelalak kala mendengar suara yang terputar di gawai Riani. "Itu suara Jehian sama Kak ... Tanisha?"
Sontak semua anggota WDNL terkejut, mereka melirik Tanisha yang diam di pojok bersama Windu dan Egar. Namun, perempuan tersebut tidak memberikan respon atau ekspresi tentang dirinya yang terbawa dalam rekaman.
Keterkejutan makin tidak terkontrol ketika seluruh pasang telinga mendengar suara Jehian yang menyatakan perasaan pada Tanisha. Riani pun segera menghentikan rekaman tersebut. "Kalian tau, rumor anak fakultas dirgantara yang nembak anak WDNL?" tanya Riani.
Beberapa orang mulai menyambungkan benang yang telah Riani urai dan dapat menebaknya dengan tepat. "Iya, rumor itu Jehian sama Kak Tanisha, tapi Kak Tanisha sudah menolak berkali-kali Jehian jadi Jehianlah yang melanggar peraturan klub."
Riani menunduk dalam dengan tatapan kosong. Melihat keadaan Riani, Windu cepat-cepat mengambil alih. Dia mengambil pula gawai Riani dan melihat bukti selanjutnya yang ingin gadis itu sampaikan. Namun, dengan mengulang lagi kejadian Riani dan Jehian berdebat, Windu tidak yakin perempuan itu akan tenang.
Windu menatap sebentar Riani dan menyungging senyum sebelum menghadap depan. Dia pun berkata, "Dalam beberapa kali kesempatan, Jehian juga mencoba mengajak Riani balikan bahkan ketika dia sadar masih di WDNL, saya pernah melihatnya langsung."
"Brengsek!" seru Denada penuh penekanan, "Yang waktu kita bertiga cerita hubungan terakhir tuh, kok bisa dia leumpeung-leumpeung aja sedangkan kamu yang ditinggalin ada di depannya?"
Riani hanya menyungging senyum canggung saat Denada menyemburkan kekesalannya. Suara dari bangku pojok yang berisikan laki-laki jangkung bernama Iqbal ikut menimpali, "Gak tahu malu aih, pantes aku lihat pas mencar cari dompet Riani, si Jehian langsung ke arah kamu pergi, Ri!"
"Berarti si Jehian selama dikasih kesempatan berdua sama kamu, dia ngajakin balikan?"
"Tapi Jehian nembak Kak Sha, lho, bangsat banget!"
Pertanyaan Ulil sebelumnya tidak sempat diklarifikasi Riani lantaran Windu mengangkat tangan untuk menghentikan keributan. "Dengan ini saya nyatakan Jehian dikeluarkan dari WDNL."
Dari belakang ada suara pelan yang hanya Windu bisa mendengarnya. Itu suara berbisik Riani di balik punggung Windu.
Riani berujar tulus, "Terima kasih banyak."
______________
.
.
.
Jumlah kata: 1653
END
tapi masih ada epilog
AHAHAHHAHA
Ngerjainnya ngebut dann ngabrut, niat melow malah jadi lawak
Terus apa ya pergerakannya itu itu aja, padahal ini bab ending, malah jadi begini
Tau ah
Ohiya, yg mau keep in touch sama aku bisa follow sosmedku ya wkwk. Di tiktok ada video buat KKAC juga!
Tiktok: dyorchestra
Twitter: fordyorchestra
IG: fordyorchestra
Sekian dan Terima kasih
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top