17. Jangan Menangis

"Cinta katanya kebebasan, tetapi mengapa perlu terikat
Bahkan ketika sudah tak lagi ada yang memegang
Simpul dalam cinta masih saja mengekang

Cinta seharusnya perbudakan."

Jemari Riani bertahan di atas layarnya. Tepat berada di bagian tombol hapus. Entah sudah berapa kali ia menekan tombol tersebut dan kembali mengetik ulang kalimat yang sama. Riani merasa ada yang salah dengan ketikannya untuk caption instagram, tetapi ia tidak dapat mengubah banyak tiap kali mengetik ulang.

Pada akhirnya Riani membiarkan caption-nya seperti itu dan mengirimnya bersamaan foto saat di bioskop. Selang beberapa detik kemudian jumlah suka pada postingannya meningkat. Riani melihat nama pengguna Windu dan WDNL muncul di daftar sukanya.

Gadis itu hanya berharap, si kakak tingkat beda fakultas tersebut tidak akan menilik terlalu dalam fotonya termasuk bagian yang Riani tempel dengan stiker. Setelah melihat lagi kompilasi foto di hari nonton, tidak ada yang layak sama sekali untuk diunggah selain foto yang memuat sisi samping Jehian tanpa sengaja.

Riani mengembuskan napasnya lelah. Ia mendongak menatap layar gawai yang tengah berada di galeri. Satu hal lagi berkaitan to do list WDNL yang harus ia lakukan yaitu menelusuri galerinya dan menghapus foto menyakitkan dengan mantan.

Ia menutupi matanya dengan lengan dan tertawa hambar. "Aku malah upload foto sama dia," ledeknya sendiri.

Tangan Riani bergulir menelusuri galeri, ibu jarinya menggeser cepat sampai tampilan layarnya hampir kabur. Namun, ia berhenti ketika menangkap bayangan gambar yang tampak remang-remang kurang cahaya. Foto itu adalah potret yang diambil ketika Riani mencari dompetnya yang hilang di Trans metro. Saat Riani mereka ulang hal yang dilakukannya dan Jehian muncul tiba-tiba sekaligus memotret mereka berdua tanpa aba-aba.

Wajah Riani tampak kaget dan Jehian seolah-olah menyimpan keteduhan di matanya, tetapi memiliki banyak hal di pikirannya dengan kening yang berkerut. Jempol Riani sudah menekan tombol hapus dan tinggal mengonfirmasinya. Akan tetapi, lagi-lagi jarinya bertahan di udara, keragu-raguan menyelimutinya saat ingin menghapus foto tersebut.

"List sama peraturan WDNL sebenarnya makin ke sini nuntun kita biar buang tentang mantan, tapi kenapa aku ngerasanya beda ya?"

"Karena yang aku lalui masih ada Jehiannya, ya kan?" Riani menggumamkan pertanyaan yang ia tahu sendiri jawabannya.

"To do list WDNL kali ini harus hapus foto mantan terakhir dan kontaknya, tapi aku lagi di kondisi yang bikin aku sama Jehian makin berhubungan."

Karena WDNL, kontak Riani yang dulu pernah Jehian blokir sekarang terbuka lagi bahkan lelaki itu membombardirnya panggilan. Namun, meski Jehian sudah tidak memblokir nomornya, Riani tidak memiliki keinginan untuk menyimpannya lagi. Dengan begitu, sudah termasuk menghapus kontak sang mantan, sedangkan untuk foto, Riani merasakan enggan yang kuat.

Perempuan itu menghela napas panjang lalu memejam mata. Ia melepas gawai yang sudah ditatapnya lama dengan tampilan terakhir menunjukan sebuah kolom kode.

"Semudah membalikkan kertas, tapi beratnya seribu pon di kepala."

______________

Hari rabu awalnya hanya hari biasa bagi Riani, tetapi setelah bergabung dengan WDNL, rabu menjadi hari yang ingin ia hindari. Selain rasanya sangat enggan melihat wajah Jehian lebih sering di hari itu, tambah sikap Windu yang tiba-tiba dingin membuatnya tidak yakin berhadapan dengan sang kakak tingkat.

Entah Riani yang merasa jiwanya tidak di sana sehingga kumpul WDNL kali ini terasa cepat atau sepertinya Windu sedang diburu sesuatu. Lelaki itu menjelaskan perihal projek mereka yang hendak memberi santunan dan bermain di panti asuhan. Namun, seolah-olah tutur bicaranya yang kalem menghilang, Windu memaparkan rangkaian kegiatan mereka tanpa senda gurau seperti biasa.

Kumpul WDNL hari itu berakhir dengan cepat. Hanya pengumpulan bukti melaksanakan daftar kegiatan individu yang tersisa sebagai penutup.

"Setelah ngumpulin to do list kalian bisa langsung pulang, saya hari ini gak terima sharing-sharing dulu, kalau mau silakan ke Tanisha atau Egar," ucap Windu datar. Dia berbicara sambil mengemasi kertas-kertas.

Riani melihat seniornya di depan terlibat beberapa pembicaraan dengan Tanisha, tetapi entah apa yang mereka bicarakan menyebabkan perempuan rambut sebahu itu menatap kecewa Windu. Seusai percakapan dua orang tersebut, Windu mengarahkan matanya kepada Riani. Ia merasa hunjaman mata itu terlalu menusuk sampai memutuskan mengalihkan wajah.

"Riani," ucap Windu agak lantang, "saya minta waktunya sebentar, jangan dulu pulang."

Permintaan Windu membuat tidak hanya Riani terkejut, tetapi Jehian juga yang sudah bergerak ke arah gadis tersebut. Riani menegakkan badan dan memandang ke depan, seolah-olah mengabaikan Jehian yang ingin mendekati. Jehian di mata Riani tetap sosok yang kosong kehadirannya.

Ketika semua berlalu dari kelas yang menjadi tempat berkumpulnya WDNL, tiba-tiba Windu menaruh kertas daftar kegiatan Riani tepat di depannya. "Gampang 'kan ngerjain ini," kelakar Windu.

Riani mengangkat sebelah alisnya dan berkata, "Kakak pasti bercanda."

Pemuda dengan potongan rambut two block menatap Riani lurus. "Mulai ke panti asuhan nanti, saya tidak bisa tahan Tanisha untuk lihat data kalian."

"Kenapa Kakak nahan-nahan Kak Tanisha buat gak lihat dataku dan Jehian?" Riani sedari dulu ingin mempertanyakan ini, tetapi kesempatannya baru datang sekarang. Meski tidak yakin sosok di hadapannya ini akan menjawab jelas.

"Masa lalu kalian saling menjelaskan satu sama lain, Tanisha sama Egar bisa langsung paham tentang apa yang terjadi di antara kalian, terus kamu pikir mereka bakal 'oke' dengan adanya sepasang mantan di klub anti cinta?"

"Tidak," gumam Riani rendah sembari menundukkan kepala. Dengan peraturan yang kebanyakan melarang kebersamaan romantisme, tentu saja kehadiran sepasang mantan di klub ini adalah keanehan. Banyak naik-turun kisah yang bisa terjadi meski sudah menjadi mantan. Namun, firasat Riani mengatakan kalau alasan Windu tidak hanya itu saja, tetapi ia tidak ingin menanyainya lebih lanjut.

Windu lalu menunjuk kertas daftar kegiatannya seakan-akan tengah menghunus pedang ke sana. "Apa yang kamu dapat setelah cari tau soal mantanmu?"

"Riani, semua peraturan dan kegiatan WDNL ditujukan untuk melupakan mantan, tapi apa yang aku perhatikan antara kamu sama Jehian malah menjauhi tujuan kami," bentak Windu hampir berang.

"Sekarang, aku tidak bisa yakin kalau kalian berdua masih ingin saling melupakan."

Kepala Riani semakin menunduk, tangannya terkepal erat membantu menahan ledakan emosi yang ingin keluar. Ia kemudian menatap Windu dengan air mata yang sudah berkumpul di pelupuk. "Terus kenapa Kak! Kenapa Jehian masuk sini?!"

"Apa dia masih ngejar aku atau--"

"Peraturan keenam WDNL 'do not cry'." Windu memotong cepat seraya berbalik dan menjauhi gadis tersebut. Pemuda tersebut menolak melihat keadaan Riani yang telah dia tambah kefrustrasiannya. Windu paham apa yang dia katakan benar-benar tak berperasaan, tetapi dengan begini perempuan itu akan sadar tentang yang dikejarnya.

"Kamu udah bisa tebak alasannya," lanjut Windu kemudian.

Suara yang bisa lelaki itu dengar hanya gumaman dan isakan dari bibir yang sepertinya bergetar. Riani tidak dapat menyusun kata-katanya lagi untuk menyimpulkan maksud Windu. Satu hal yang ia kuat katakan, "Karena dia suka yang lain ...."

______________

.

.

.

Jumlah kata: 1074

Bersambung

Jujur aku merasa ini arahnya gak jelas, cuma muter-muter aja
Hahahha tau ah

Tolong kalau ada kritik saran, bolehlah kasih tau aku yg kehilangan arah ini

Sekian dan Terima kasih

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top