Jarum

Ada jarum-jarum di kepalaku. Mengurai jahitan memori sampai yang paling tersembunyi. Mengantar tiap benangnya pada masa-masa ketika semuanya tak serumit sulaman di benakku. Pada senyuman Ayah yang mengantarku ke sekolah. Pada ciuman Ibu yang mendongengiku sebelum tidur. Pada senda gurau di atas kasur dengan kakak-adik yang berisik, sesekali terkikik. Namun bila kutera, memori itu tak pernah kupelihara—barangkali benang yang sembarang tersasar. Barangkali kenangan orang lain yang kucuri, berharap itu adalah punyaku sendiri.

Ada jarum-jarum di kepalaku. Menusuk ke tempurung, membocorkan genangan-genangan yang tak lagi mau kukurung. Tentang cinta yang buta, prasangka yang mengada-ngada, gegabah yang latah, serta benci yang terperinci. Basah, mengalir tak tentu arah, membasuhku pada sepertiga malam terakhir, hanya untuk merutuk Tuhan pada malam berikutnya lalu berdoa besok tak perlu bangun kembali.

Ada jarum-jarum di kepalaku. Suatu saat, ujung-ujungnya akan menusuk otakku hingga menyusut dan mengerut. Lalu memori-memori itu—yang sah dan yang salah, yang usah dan yang remah, yang betah dan yang gerah—akhirnya meloloskan diri dari kuburku. Teresap oleh jabang baru, terhirup oleh napas baru, teredam dalam kepala baru yang nantinya akan ditusuki jarum-jarum baru.

Sampai saat itu, hidup masih lama,
sedang aku masih kepayahan menanggalkan jarum yang kautinggalkan.

***



Januari 2020
entah ini apa

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top