1. Ibu Mertua Ikut Keramas
Aku yang malamnya selesai berc!nt4 dengan suami, kenapa paginya ibu mertua malah ikutan keramas juga? Bukan satu kali, tapi ini sudah kesekian kalinya kami sama-sama keramas. Aneh gak, sih?
Kenapa Ibu Mertuaku juga Keramas?
***
"Pagi, Ma." Aku menyapa ibu mertua yang tengah menata meja makan dengan begitu apik. Aneka hidangan sudah tertata rapi dengan aroma sedap yang menggoda rasa lapar.
"Pagi, Bunga. Tidur nyenyak?"
"Nyenyak banget. Tapi ya itu, digangguin anak Mama," kataku sambil menarik kursi makan. Ia pun ikut tertawa. Tangannya begitu gesit menyelesaikan hidangan dan juga merapikan piring kotor bekas masak agar tampilan dapur tidak terlalu berantakan.
"Namanya baru menikah lima bulan, pasti masih gemes-gemesnya gangguin malam hari." Komentar mama mertuaku membuat aku ikut menyeringai. Ia masih asik mengaduk teko berisi teh manis anget. Udara di luar memang agak gerimis, sehingga minum teh pagi hari sangat cocok untuk momen seperti ini.
Mama menarik kursi persis di depanku dan aku baru sadar jika Mama juga sama-sama memakai handuk di kepala. Mama keramas juga? Dua hari lalu, mama pun juga keramas seperti aku. Jika pagi aku keramas, maka ia keramas. Jika aku keramas sore, maka mama pun ikut keramas juga. Aneh gak sih?
"Kayaknya kita kebetulan bareng terus keramasnya ya, Ma?" tanyaku sambil tersenyum.
"Iya, Bunga, bisa pas gini ya. Mama juga baru ngeh. AC di kamar Mama kan rusak. Udah gak keluar dinginnya, hanya angin saja. Mama tetap aja kegerahan, jadinya pagi hari pasti Mama keramas. Pakai kipas angin Mama gak bisa, pasti bersin-bersin kalau bangun tidurnya."
"Oh, iya, berarti nanti panggil tukang service AC aja, Ma. Biar tidur Mama juga nyenyak."
"Iya, Cantik, gampang. Nanti aja panggil tukang service-nya. Mana Gio? Tumben gak turun bareng kamu?"
"Pagi, Ma." Mas Gio mengecup pipi mamanya terlebih dahulu, baru aku. Suamiku sudah rapi dengan seragam kerjanya.
"Pagi, Gio. Panjang umur, baru aja Mama dan Bunga omongin."
"Biar Mama yang ambilkan makan untuk Gio. Kamu makan saja Bunga. Kalian pasti capek habis tempur semalam kan? Mama juga soalnya ha ha ha ... "
***
Part1
"Mama turun di sini saja. Kalian lanjut healing-nya."
"Mama beneran gak mau ikut?" tanya Mas Gio seakan tidak sampai hati meninggalkan mamanya sendirian di rumah.
"Dih, Mama jadi obat nyamuk kalian? Mending kalau ada om-om yang mau nemenin Mama. Udah, sana jalan. Hati-hati ya. Jangan lupa pulang bawa tes pack garis dua." Mama mertuaku turun dari mobil. Ia minta diantar ke tempat fitnes langganan yang letaknya kurang lebih empat kilometer dari perumahan tempat aku tinggal.
"Ongkos ojek online untuk pulang nanti ada gak, Ma?"
"Ojek Mama gratis, he he he ... udah, sana jalan!"
Aku dan mas Gio mencium punggung tangan mama, lalu kami melanjutkan perjalanan. Ternyata aku sudah salah menilai mama. Terlalu banyak membaca novel online tentang perselingkuhan cukup mempengaruhi isi kepalaku. Inginnya selalu saja curiga pada suami sendiri.
"Mama udah berapa lama janda, Mas?" tanyaku pada Mas Gio.
"Udah lama banget. Sejak papa meninggal."
"Mama masih muda, loh. Sama aku aja kayaknya lebih boros mukaku he he he ...." Mas Gio ikut tertawa juga.
"Kata siapa? Istri aku paling cantik dan jelas masih muda. Meskipun mama juga tetap masih muda."
"Emang gak ada yang pernah melamar mama?"
"Ada, tapi Mama gak mau, takut aku katanya gak disayang suami baru. Jadi, ya, sudah deh. Kenapa, Sayang, tumben kamu tanya mama terus?"
"Gak papa. Aku hanya penasaran saja sama mama."
"Penasaran kenapa mama mukanya Muda dan cantik?" aku mengangguk.
"Waktu mama usia dua puluh dua tahun, mama operasi di Korea. Mukanya dipermak. Waktu itu almarhum papa masih banyak uang, jadinya mama operasi. Soalnya mama kecelakaan di sana, saat menemani papa tugas, jadinya sekalian dipermak mukanya." Aku sampai lupa menutup mulut mendengar mas Gio cerita. Pantas saja ibu mertuaku sangat muda, ternyata pernah bedah plastik.
"Ya ampun, pantas saja, Mas," komentarku masih yak percaya.
"Kalian sampai gak punya apa-apa. Berarti dulunya kaya banget bisa operasi muka di luar negeri."
"Iya, mau tahu istana jaman aku kecil? Sebentar kita mampir sebelum meluncur ke Puncak ya." Aku mengangguk. Mas Gio mengendarai mobil dengan santai dan terlihat sekali suasana hatinya senang. Apa ini berkaitan dengan pekerjaannya di kantor papa? Ah, iya, sampai lupa kalau aku udah dua hari gak telepon papa.
Mobil masuk ke perumahan di area Pondok Indah. Rumah besar-besar sepanjang boulevard kami lewati perlahan. Sampai di pos jaga, mas Gio menurunkan kaca, menyapa satpam, lalu mobil kami diperbolehkan masuk.
"Kamu tinggal di sini, Mas?"
"Dulu, waktu masih bayi ha ha ha ... sampai usia SD kelas dua kayaknya, tapi lupa-lupa ingat juga. Nah, itu dia, rumahku yang saat ini udah pasti gonta-ganti pemilik." Aku tercengang melihat rumah bak istana yang ditunjuk oleh mas Gio.
"Wuidih, keren banget, Mas." Kami berhenti di seberang. Aku benar-benar takjub dengan rumah yang ditunjuk oleh mas Gio. Design luar negeri, tapi memang terlihat bangunan sudah tua. Bangunan tua yang megah.
"Iya, papa punya pembantu rumah tangga tiga. Penjaga rumahnya dua. Sopir dua dan ada polisi juga yang bertugas di rumah. Pokoknya kayak anak pejabat. Sayang sekali papa meninggal dan harta kami ludes."
Aku ternyata sudah salah menilai mas Gio dan mama. Aku sudah berpikir yang tidak-tidak. Ternyata mereka berdua mengalami banyak kesulitan sebelum bertemu aku.
"Makasih kamu udah kembalikan senyum mamaku lagi. Makasih mau nerima aku apa adanya." Ucapannya begitu menyentuhku. Kupeluk suamiku dengan erat, agar semua rasa curiga yang pernah ada, sudah tidak ada lagi tertinggal di hatiku.
Kring! Kring
"Mas, aku angkat telepon dulu. Ini dari papa." Aku menekan tulisan terima.
"Halo, assalamualaikum, Pa." Tidak lupa aku menekan juga tanda loud speaker.
"Wa'alaykumussalam, Bunga, kamu lagi di mana, Sayang?"
"Lagi di jalan, Pa. Mau healing sama Mas Gio sebentar ke Puncak."
"Wah, seru banget mau ke Puncak. Masa Papa gak diajak, sih? Papa nyusul ya? Papa nyusul sama ibu mertua kamu."
Bersambung
Judul : Kenapa Ibu Mertuaku juga Keramas?
Akun penulis : Diganti_Mawaddah09
Aplikasi : KBM
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top