#4
Aku yakin, kali ini Putri akan menjodohkanku dengan mayat hidup. Terserah deh, ini bukan yang pertama, aku tidak akan gentar, terserah dia mau pakai jurus apa saja. Aku tidak akan mudah tergoda bujuk rayu maut atau apalah.
Hmmm...bener kan tiba-tiba saja Putri nelpon, ngajak weekend ke puncak, halah cara kuno, pria-pria itu pada mundur teratur melihat aku yang lebih menekuni novelku daripada memandangi wajah pria-pria itu. Heh kau kira akan berhasil Put? Hati lembut Kevin tidak bisa aku tukar dengan laki-laki lain yang cintanya hanya sebatas melihat penampilan fisik.
Aku turuti kemauan Putri, aku menurunkan ranselku. Dan menutup pintu mobil, disaat yang bersamaan Delano baru memarkirkan mobilnya di samping mobilku, tanpa menunggunya aku berlalu masuk ke rumah Putri, aku lihat keriuhan anak-anak putri yang berebut memeluk dan menciumku, aku mengenal mereka sejak bayi.
Aku menunggu Putri, duduk di ruang tamu, tak lama muncul hantu itu. Tersenyum dan duduk di seberang meja di depanku, aku juga berusaha tersenyum meski aku tahu lebih menyerupai seringai tak rela. Aku yakin ini kerjaan Putri yang sengaja berlama-lama.
Sekitar setengah jam kemudian Putri dan suaminya muncul.
"Nyiapin baju orang sekampung Put, kok lama amat," tanyaku dengan wajah tetap melihat layar ponsel. Putri dan suaminya terdengar tertawa berderai. Aku mendengar hantu itu juga tertawa.
Kami lalui perjalanan ke puncak dengan celoteh dari anak-anak Putri. Aku hanya sesekali menanggapi pertanyaa dari Putri, aku memilih memejamkan mataku.
Aku terbangun saat tepukan dipipiku terasa panas.
"Bangun In ya Tuhaaaan sampe segitu nyenyaknya, gak bangun meski aku tepuk pake jurus ninja mabuk, dasar kebo," Putri terkekeh melihat aku terlonjak bangun. Semuanya tertawa riuh melihat aku masih antara sadar dan tiada. Huh dasar Putri. Aku cuek saja menurunkan barang dan tanpa sengaja membentur tubuh hantu itu.
"Maaf," ujarku sambil berlalu. Dan segera membawa ranselku serta beberapa tas bawaan Putri yang entah apa isinya kok ya berat banget. Tiba-tiba Delano menarik tas yang aku bawa.
"Biar aku bawa, ini sangat berat," ujarnya berusaha mengambil tas yang banyak ditanganku. Aku tetap memegang tas-tas itu dan melihat wajahnya.
"Aku terbiasa membawa barang lebih berat ini sejak lama," ujarku berlalu dan melangkah masuk ke villa. Aku yakin ia pasti melongo dibelakangku.
Aku sudah hafal benar ruangan-ruangan serta kamar-kamar di villa keluarga Putri ini, segera aku letakkan tas-tas Putri di kamarnya dan segera masuk ke kamar yang sudah biasa aku tempati. Aku letakkan ranselku dan mulai membuka jaket dan sepatuku. Dan mulai merebahkan badanku di kasur.
Mataku masih terpejam saat tiba-tiba pintu kamar dibuka mendadak, mataku terbuka dan mendapati wajah "hantu" yang kaget.
"Eh maaf," ujarnya tak kalah kaget.
"Woi, Jack kamu salah masuk kamar, sebelah sana tuh," terdengar teriakan Ferdi suami Putri pada Delano, mereka memanggil "Jack" satu sama lain. Terdengar suara Ferdi yang terbahak-bahak.
"Nyosor aja lo, noh sana jauh-jauh," ujarnya lagi. Terdengar keduanya tertawa. Aku hanya menghembuskan napas dan memejamkan mata lagi. Pintu kamarku terbuka lagi, terlihat wajah Putri menyembul di balik pintu.
"Ya ampun Inaaaaa, tidur aja kerjaanmu, padahal tadi di mobil sudah tidur, pake acara ngorok segala,masih mau tidur lagi," suara Putri terkekeh nyaring.
"Kamu kan tahu sendiri kerjaanku sebagai direktur membuat aku kurang tidur, mikir terobosan agar perusahaanku maju, pesat, berkembang," ujarku asal, agar Putri cepat ke luar.
"Ya daaaah lanjut tuh tidur, eh bentar lagi makan malam ya, aku tunggu," teriak Putri lagi dan menghilang dari pandangan. Aku kembali bergelung dengan selimut.
***
Aku baru selesai mandi saat gedoran pintu terdengar. Ku buka pintu dan terlihat wajah Putri.
"Eh sudah cantik, aku kira masih molor, putri tidur, ayo makan" ucap Putri terkekeh. Aku mengagguk dan menganti baju, aku tidak mau terlihat konyol di depan "hantu" itu jika hanya bercelana pendek dan kaos tanpa lengan.
Aku melangkahkan kaki ke ruang makan saat di belakangku ada langkah mengikuti ku tolehkan wajahku ternyata Delano juga sedang menatap ke arahku. Ah hantu itu lagi pikirku. Akhirnya kami berjalan beriringan ke meja makan. Kok ya pas kami duduk berhadapan, aku pandangi wajah Putri yang pura-pura sibuk menyendokkan nasi ke piring suaminya, ini pasti kerjaan Putri agar aku duduk pas di depan Delano, awas ya nanti.
Saat akan ambil nasi kok ya pas tangan kami secara bersamaan akan mengambil tapi tangan Delano lebih dulu memegang sendok nasi, aku urungkan tanganku, eh ternyata dia menyendokkan untukku, aku diam saja dan perlahan mengatakan "terima kasih", terlihat ia hanya tersenyum.
Aku benci tiap melihatnya tersenyum karena senyum seperti itu pernah aku miliki selama dua tahun, senyum Kevin hanya untukku.
Aku makan dalam diam, lebih banyak melamun berpikir entah ke mana, sampai teriakan Putri mengingakanku untuk menambah lauk, aku hanya menggeleng dengan tatapan tidak jelas.
Selesai makan, aku dan Putri membereskan piring dan gelas kotor. Ferdi dan Delano sepertinya menyipakan jagung untuk dibakar.
"Aku nggak ikut bakar jagung ya Put, kamu tahukan, aku tidak suka ngemil, lagian masih kenyang, sudah makan tadi," ujarku sambil menata piring yang sudah di cuci.
"Ah Ina, kasian si Ferdi sama Delano yang susah-susah cari jagungnya, paling tidak kamu ikut duduk dengan kami," ujat Putri memelas. Dan aku tidak bisa menolak.
Saat melangkah mendekati Delano dan Ferdi, ponselku berbunyi. Aku ambil dari saku dan terlihat nama Zigma di sana.
Aku menjauh dan menerima telpon dari Zigma.
Halo
Aku Ina, kamu di mana?
Di puncak sama Putri
Pasti sama dia juga kan?
Dia?
Delano, siapa lagi
Aku kan bareng Putri, ya jelas anak dan suaminya ikut, dan suaminya ngajak temannya, apa aku harus ngelarang Ferdi, kan nggak mungking
Berapa hari?
Tumben kamu nanya sampe segitunya?
Maaf, aku hanya...
Kita hanya teman Zig
Lalu dia?
Bahkan aku baru saja mengenalnya..
Diaaa tidak cocok untukmu Ina..dia terlalu banyak membuat wanita menderita
Aku tidak sedang mencari suami Zig
Bbuu..bukan itu maksudku..
Ah sudahlah...
Aku menutup ponselku dan saat berbalik, aku melihat wajah Delano di belakangku, dia menatapku dengan tatapan membeku, aku segera berlalu menuju kamarku tiba-tiba aku merasakan lelah yang amat sangat.
****
Revisi 29 Oktober '19 (00.51)
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top