5. Persuasi


Berita Terpanas: Kanjeng Prabu Arkabawana ke-6 dilarikan ke rumah sakit karena serangan jantung.

Juru bicara pihak Karesidenan Jepara saat ini belum bisa dimintai keterangan oleh awak media terkait penyakit yang diderita oleh Kanjeng Prabu Arkabawana ke-6 dan bagaimana kondisi beliau saat ini.  Begitu juga dengan dokter dan tim medis yang menangani beliau menolak dimintai keterangan dan memohon agar kami bersabar menunggu pengumuman resmi dari Karesidenan langsung.

Beliau dilarikan ke rumah sakit kemarin Kamis, 18 Oktober 2017 pukul 10 malam karena mengeluh sesak napas dan nyeri di bagian dada. Pengawal pribadi dan ajudan beliau segera membawa raja yang baru 20 tahun ini menjabat sebagai Prabu Arkabawana ke-6, tetapi beliau sudah tidak sadarkan diri ketika tiba di RSUD RA Kartini dan langsung mendapatkan penanganan dari tim medis yang berjaga di unit gawat darurat.

Terkait dengan pemberitaan ini, belum ada kepastian mengenai siapa yang akan mengisi kursi kepimpinan yang untuk sementara ini kosong selama beliau dalam masa pemulihan, karena pangeran mahkota Karesidenan Jepara GRM Gentala Karunasankara Dumadi (15) yang baru saja duduk di bangku SMA belum cukup umur untuk mengisi kekosongan jabatan ini.

***

Mina buru-buru menyingkirkan wajah dari tangan andal Mbak Safira, perias wajahnya, cepat-cepat menarik selembar tisu dari atas meja, dan bersin. Ia tekan-tekan cuping hidung agar ingusnya berhenti mengalir. Mbak Elena yang sedang mengobrol dengan juru kamera buru-buru mendatangi Mina sambil membawa dompet rias berwarna kuning yang Mina tahu betul alih-alih berisi kosmetik, isinya obat-obatan darurat untuk Mina jika sewaktu-waktu ia sakit saat sedang bekerja.

"Kamu flu?" tanya Mbak Elena. Mina menggelengkan kepala. Ia baik-baik saja kemarin saat perjalanan dari Jepara ke Semarang untuk pemotretan di Lawang Sewu dan ia masih sehat walafiat saat pagi ini sarapan jus jeruk dan selembar roti tawar di hotelnya. Ia hanya tiba-tiba ingin bersin. Mungkin karena partikel halus bedak tabur yang dibubuhkan pada wajahnya menggunakan kuas besar, atau memang pertanda jika ia mau sakit.

"Mina kenapa?" Melia, asisten Stella Veronica sebagai perwakilan dari pihak Glam sepertinya telah mendengar kabar bahwa Mina sakit hanya dengan satu kali bersin. Entah kapan mereka sempat membicarakan tentangnya di sela-sela pekerjaan, tetapi Mina yakin sekali jika Melia berada di ruangan lain yang jauh dari tempatnya dirias sebelum ini untuk memastikan latar belakang pemotretan sesuai dengan standar Glam.

"Nggak apa-apa," Mina mengulas senyum terbaiknya setelah melempar tisu bekas ke tempat sampah.

"Masih bisa lanjut?" ulang Melia dengan hati-hati, seakan mencoba meyakinkan bahwa Mina benar-benar sehat. Tetapi, bukan Mina namanya jika tidak bisa bersikap profesional. Pergelangan kakinya pernah terkilir saat turun dari anak tangga pendek panggung peraga saat gladi bersih, tetapi ia masih bisa berpura-pura berjalan normal di atas panggung sampai acara selesai. Setelah acara tersebut, Mina langsung dilarikan ke rumah sakit dan kakinya harus dibebat perban selama beberapa minggu karena peradangan sendi yang memburuk dan terlambat ditangani.

"Tentu," jawab Mina mantap. "Silakan dilanjutkan, Mbak." Mina mengisyaratkan pada Mbak Safira untuk melanjutkan makeup-nya yang tertunda. Selesai mematut-matut dandanannya di depan kaca rias, Mina segera mengganti pakaiannya dengan gaun pesta berwarna hijau toska pastel dengan gradasi warna yang semakin gelap semakin ke bawah. Gaun ini jauh lebih baik dari gaun yang ia lihat di foto. Benar kan, Ivanovic hanya perlu mendengar sedikit motivasi dari seorang model senior seperti dirinya agar bisa menghasilkan karya yang lebih baik.

Sebelum pemotretan dimulai, Mina sempat mengintip profil Mina_sama di Tweeter dan postingan terakhir akun tersebut tertanggal 2 minggu silam, saat Mina membayari tagihan resto perkumpulan mereka. Ada banyak foto yang diunggah malam itu, termasuk di antaranya lembar tagihan mereka yang telah diburamkan. Sebagian besar foto diambil dari jarak jauh yang buram untuk menyensor privasi masing-masing anggota atau dari punggung. Ketua komunitas ini yang BG Ent ketahui ada di sana, laki-laki muda berumur di bawah 30-an tahun dengan postur tinggi dan kulit sawo gelap. Ia tidak selalu muncul di setiap foto, tetapi setiap kali ia ada di foto, di sebelahnya ada laki-laki muda yang menutupi sebagian wajahnya dengan topi dan masker yang ditarik ke dagu.

Mina mungkin tidak begitu menghafal wajah setiap orang, tetapi pemuda itu sangat menarik perhatiannya karena Mina merasa ini bukan pertama kali ia melihatnya. Entah di mana. Meski Jepara tampaknya seperti kota kecil, tetapi ia jarang sekali berpapasan dengan penggemarnya setiap kali berada di luar atau waktu tidak sedang bekerja.

"Oke, kita pindah lokasi," seru ketua tim fotografer Glam, Mbak Shinka. Penata rias Mina buru-buru maju ke depan untuk menepuk-nepuk jejak keringat di dahi Mina dan memulas dengan bedak tabur transparan agar alas bedaknya tetap awet. Jujur saja, Mina lebih suka berjalan di pentas peraga ketimbang harus berpose berkali-kali untuk pemotretan. Lampu sorot yang diarahkan padanya untuk pencahayaan lama kelamaan akan terasa panas juga, sementara Mina harus tetap mempertahankan ekspresi wajah dan gestur tubuh dengan angle terbaik yang menyorot wajahnya pada sudut-sudut tertentu agar tetap terlihat cantik.

Mina tidak melihat Mbak Elena di sekitarnya ketika mereka berpindah lokasi foto. Aneh, biasanya Mbak Elena selalu berada tidak jauh sambil mengawasi dengan mata elangnya lalu mereka melakukan evaluasi di dalam mobil dalam perjalanan pulang setelah semuanya selesai. Mungkin Mbak Elena sedang membeli minum atau ke toilet, pikir Mina. Tetapi, hingga ia berganti pakaian ke-tiga Mbak Elena tidak kunjung muncul, Mina mulai curiga. Ia mengisyaratkan pada Mbak Shinka untuk minta waktu sebentar dan pemotretan dihentikan sementara.

"Ada yang tahu Mbak Elena?" tanya Mina pada sekelompok kru dari pihak Ivanovic yang sedang menyetrika pakaian yang akan Mina pakai untuk sesi terakhir. Salah satu dari anak kru yang sedang menjahit keliman gaun merah muda tersebut mengangkat kepalanya.

"Tadi saya lihat Mbak Elena mengobrol dengan seseorang di depan, Mbak."

Mina mengucapkan terima kasih lalu menjinjing gaunnya dan menyusul Mbak Elena ke depan. Bukannya Mina anak manja yang minta selalu ditemani, tetapi tugas Mbak Elena adalah mendampinginya hingga semua jadwal selesai. Mbak Elena tidak pernah mangkir dari tugasnya sebelum ini, dan Mbak Elena tidak mungkin mangkir tanpa alasan yang jelas. Firasat Mina mengatakan telah terjadi sesuatu di luar rencana mereka.

Ketika Mina tiba di depan, alangkah terkejutnya ia melihat wajah yang familiar. Ketua Mina_sama, pria jangkung yang sebelumnya menandatangani kontrak dengan BG Ent tidak akan mengusik privasi Mina atau melakukan hal yang akan memperburuk nama baik Mina, berdiri menghadap Mbak Elena dengan tiga orang temannya yang lain dan tidak kalah tinggi. Mereka terlihat seperti sedang adu argumen dan tidak menyadari kedatangan Mina.

Hingga jarak mereka hanya tinggal dua langkah saja dan pandangan Mina berserobok dengan sepasang mata yang dikenalinya.

Sosok ke-lima di tengah-tengah laki-laki dewasa bertubuh tegap, anak laki-laki bertopi yang ada di dalam foto. Anak laki-laki yang berpapasan dengannya ketika Mina mengunjungi kedai bakso ibunya Fariza.

Anak laki-laki yang saat ini tidak memakai topi dan jumper, melainkan pakaian kebesaran para bangsawan Jepara dan memakai medali emas di sisi dada sebelah kiri yang sangat tidak asing di mata Mina. Anak laki-laki yang tersenyum lebar menatapnya, pandangannya naik dan turun seakan sedang menilai penampilan Mina, lalu mengacungkan kedua jempolnya.

"Kakakku memang bener-bener kelihatan kayak putri, kalau pakai gaun pesta seperti ini."

Mina membelalakkan matanya. Mbak Elena yang kini sadar akan keberadaannya buru-buru membalikkan badan dan menggiring Mina menjauh dari sekawanan pria ini.

"Ayo Mina, kita lanjutkan pemotretannya lalu ambil tawaran iklan yang di Jakarta," bisik Mbak Elena sambil menggamit lengan Mina. Tetapi ia masih mematung dengan mata membelalak dan kedua tangan mengepal.

Seketika, rumor di media daring tentangnya, medali emas yang ia terima dua minggu lalu, berita kesehatan tentang sang raja sehari setelah perayaan debutnya ke-enam tahun, rekaman CCTV yang tersebar…

Tentu saja.

Siapa yang punya kekuasaan untuk mendapatkan semua itu selain anak raja itu sendiri, sang pangeran mahkota yang masih di bawah umur, yang baru saja memanggilnya 'Kakak'.

Tidak perlu banyak orang untuk membujuk Mina. Ia sudah bisa menarik kesimpulan sendiri dari segala informasi yang ia dapatkan.

"Gusti Raden Ajeng Mina, ayo pulang ke keraton," laki-laki muda tersebut mengulurkan tangannya yang bertakhtakan cincin kerajaan. "Kanjeng Romo membutuhkan Kakak, beliau mungkin nggak bisa bertahan lebih lama lagi."

Tidak perlu banyak usaha untuk membujuk Mina. Ia menyambut tangan adiknya—adik seayahnya, bahkan di saat Mina belum yakin siapa ayahnya, tetapi ia menatap wajah tersebut seolah cermin.

Adiknya, versi laki-laki dari Mina Gauri, mendekap Mina erat untuk pertama kali.

***

Adakah yang berhasil menebak judulnya? 😬

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top