8. Kembali Terjerat

Part 8 Kembali Terjerat
Cara menjilat bibirnya yang mendadak kering mendengar percakapan Ethan dengan entah siapa yang ada di seberang. Tetapi ketika obat penggugur kandungan diungkit, ia tahu apa yang tengah coba pria itu gali.
Cara kembali merapatkan pintu kamar mandi. Bersandar di pintu dan membiatkan ingatan masa lalu itu membawanya. Ketika pertama kalinya ia mengetahui tentang kehamilan itu. Siang itu, ia sedang makan siang dengan Zevan di gudang penyimpanan barang-barang. Tempat keduanya sering menyendiri dan bersembunyi dari kaki tangan Ethan. Setelah menghabiskan makannya, tiba-tiba ia muntah dan kepalanya pusing. Lalu jatuh pingsan dan Zevan membawanya ke klinik terdekat.
Zevan pikir Zaheer atau Mano yang menaburi bekal makan siang Cara dengan sesuatu. Tetapi rupanya dokter mengatakan tentang gejala kehamilan dan meminta Cara melakukan beberapa tes lanjutan.
Zevan bahkan tak terkejut dengan kehamilan tersebut, meski tak menyangka Ethan akan kehilangan kendali hingga membuat masalah besar semacam ini. Dan dari sanalah Zevan menyusun semua rencana itu untuk mengelabui Ethan. Meski rencana mereka sedikit meleset karena setelah pulang dari klinik, Ethan malah menyeretnya ke hadapan pendeta.
Cara menatap ke jari manis di telapak tangannya, menghela napas berat sekali lalu berjalan ke depan cermin wastafel. Ethan selalu suka meninggalkan jejak di tubuhnya. Dan sekarang, bahkan pria itu tak repot-repot menyembunyikannya.
***
Beberapa saat kemudian, Cara keluar dari kamar mandi dan Ethan langsung membawanya keluar untuk makan malam di ruang makan. Baru saja keduanya melewati pintu kamar, Emma tiba-tiba muncul di hadapan keduanya.
“Kenapa dia keluar dari kamarmu?” Emma tentu saja tak terima melihat Ethan dan Cara keluar bersama-sama. Terutama dengan pakaian yang dikenakan oleh Cara.
“Ck, jangan ikut campur urusanku, Emma.”
“Kau juga menidurinya?” delik Emma tak percaya. “Tak hanya menjadikannya mainan, sekarang kau membawa mainanmu ke ranjang? Membiarkan tempat tidurmu dikotori oleh wanita murahan ini?”
Ethan mendesah kesal. “Jangan membuat suasana hatiku menjadi buruk. Kau tahu aku tak suka diprotes Dan …” Tatapan Ethan semakin menajam. “Jangan pernah mempertanyakan apalagi mendikte apa yang kulakukan.”
Bibir Emma menipis, menahan kedongkolannya. “Kalau begitu jangan buat kesenanganmu ini menjadi masalah untuk pernikahan kita, Ethan. Aku tak suka ada anak haram dalam rumah tangga kita. Membuatku tak becus sebagai istrimu kelak.”
“Ah, ada yang ingin kubahas tentang ini sebelum makan malam.” Ethan melirik ke arah Cara. “Pelayan akan membawamu ke ruang makan.”
Cara tak menunggu lebih lama dan berjalan mengikuti pelayan ke ruang makan meski ia sudah tahu denah penthouse ini ketika mencari jalan keluar dari tempat ini. Sementara Ethan dan Emma pergi kea rah sebaliknya, masuk ke dalam ruang kerja Ethan.
“Mari, Nona.” Pelayan ikut berhenti oleh langkah Cara yang terhenti di tengah ruangan. Tak berhenti mencari cara untuk keluar dari tempat ini.
Dulu, Ethan memberinya sedikit kebebasan untuk keluar dari penjara emas pria itu karena harus pergi ke sekolah. Sekarang …
‘Dan kau bisa mulai bekerja besok.’
Apakah ia harus menggunakan kesempatan itu untuk keluar dari tempat ini? Ethan menerima lamaran pekerjaannya, kan?
***
Cara sudah terbiasa mendapatkan perundungan dari Emma. Mulai dari tamparan, jambakan, tendangan, dan juga ancaman dari wanita itu. Meskipun tanpa meninggalkan bekas di tubuhnya karena tahu Ethan tak suka siapa pun merundungnya selain tanpa ijin pria itu. Dan tentu saja sangat mudah mengabaikan tatapan sinis wanita itu yang duduk di seberang meja makan.
Cara sangat tahu, Emma yang begitu kolot tentu saja tak sudi disandingkan dengan kelas sosialnya yang rendah. Jauh di bawah wanita itu. Tentu saja Emma sangat kesal dirinya duduk di meja yang sama dengan wanita itu.
Emma menelan makanan di mulutnya dengan tak berselera. Suapan pertama dan perutnya sudah menjadi kenyang. Ia melempar sendok dan garpunya. Memecah keheningan yang menyelimuti ruang makan.
“Aku sudah kenyang,” ucapnya pada Ethan setengah merengek. “Bisakah kita …”
“Jika tak menyukai pemandangannya, kau bisa makan di kamarmu.”
Mulut Emma seketika memberengut dongkol. Terpaksa mengambil kembali sendok dan garpunya. “Jadi sampai kapan dia akan mengotori tempat ini?”
“Sampai urusan kami selesai,” jawab Ethan santai, memutar tubuh menghadap Cara.
Cara menelan makanan di mulutnya. Merasakan tatapan Ethan yang menusuk sisi wajahnya. “Urusan kita sudah selesai sepuluh tahun yang lalu, Ethan.”
“Benarkah?”
“Satu-satunya ketololan yang kulakukan adalah membaca lamaran pekerjaan yang ditawarkan perusahaanmu.”
Ethan tertawa kecil. Menghadapkan telapak tangannya ke arah Cara dan ibu jarinya bermain-main di jari manis pria itu yang dilingkari cincin. “Takdir? Sepertinya benang merah yang mengikat kita berdua terlalu kuat, sayang.”
Pandangan Cara terpaku pada cincin tersebut. Ia tak ingat seperti apa cincin pernikahannya dengan pria itu. Tapi … melihat kelicikan yang tersirat di kedua bola abu gelap tersebut. Ia yakin itu adalah cincin pernikahan mereka.
“Aku akan menggugat ceraimu.”
Ethan tertawa geli. Sementara Emma membeku, menatap bengong pada keduanya. “Kau bisa mencobanya.”
“Apa maksudnya, Ethan?” Emma berusaha bergabung dalam pembicaraan tersebut.
Ethan tak menggubris.
“Kau akan menikah dengannya, kan? Kau harus menceraikanku agar bisa menikahinya dan hidup bahagia.”
“Aku akan memberimu pilihan. Bersikap baik seperti seharusnya seoang istri bersikap pada suami dan aku akan memberimu kebebasan serta mengakuimu di hadapan umum sebagai istriku.”
Cara nyaris tak bisa menahan tawanya. Diakui sebagai istri Ethan? Ia bahkan malu dan tak berani mengangkat kepalanya karena berakhir menjadi istri pria itu. Seharusnya ia memilih mati daripada harus mengucapkan sumpah pernikahan. “Atau apa?”
“Selamanya kau akan menjadi simpananku.”
Cara mengangguk tanpa keraguan sedikit pun. “Aku tak peduli.”
Keangkuhan di wajah Ethan membeku. Dalam sekejap, gelombang amarah menerjang kedua matanya. Tangannya menyambar rambut Cara. “Beraninya kau,” geramnya.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top