27. Bertemu Zevan

Part 27 Bertemu Zevan

“S-sakit, Ethan,” rintih Cara. Tangannya berusaha menarik tekanan Ethan yang semakin kuat.

“Aku tahu.” Pegangan Ethan akhirnya melonggar. Melengkungkan seringai jahat sembari mundur satu langkah dan membiarkan perawat menangani sang istri.

Cara menggigit bibir bagian dalamnya, pandangannya tertunduk. Menghindari tatapan intens Ethan dan mengamati perawat yang segera menutup luka tusukan di sana dengan plester dan kembali memasang jarum infus di tangannya yang lain.

“Kalian bisa keluar,” perintah Ethan tepat ketika si perawat menyelesaikan pekerjaannya. Kembali meninggalkan mereka berduaan.

“Apakah kau akan berhenti memikirkan Zevan jika aku memenjarakannya?”

Cara tercekat pelan. “Apa?”

“Aku tak tahan ketika mendengar mereka memanggil Zevan. Sangat mengganggu. Dan semakin aku memikirkannya, sepertinya …”

Cara menggeleng dengan cepat. “Tidak, Ethan.”

Ethan tertawa kecil. “Aku tak butuh ijinmu.”

“Zevan tidak bersalah. Akulah yang datang padanya.”

“Ck, kau memang tak bisa menahan diri untuk tidak datang padanya, ya?”

Cara tak membalas. Memang hanya Zevanlah satu-satunya orang yang ditakuti oleh Mano, Zaheer, dan Emma selain Ethan. Hanya Zevanlah yang membuat mereka berhenti merundungnya. Dan hanya Zevanlah yang mengulurkan tangan padanya di saat ia jatuh tersungkur di tanah karena rundungan mereka.

Ethan maju satu langkah. Menangkap dagu Cara dan mendorong wanita itu berbaring di ranjang. “Kau boleh datang padanya. Tapi tidak sekarang. Kau tahu sekarang aku masih membutuhkanmu, kan?”

“Apa maksudmu?”

“Aku akan membiarkan pergi.” Senyum Ethan melengkung lebih tinggi. “Hanya kau.”

Cara menelan ludahnya. Tubuh Ethan membungkuk di atasnya. Wajah pria itu melayang tepat di atas wajahnya dengan kilat jahat di sepasang manik abu gelap tersebut yang semakin pekat.

“Kau tahu sangat menyukaimu, kan? Aku tak rela jika kalian berduaan di tempat itu. Jadi, aku akan memikirkan tempat yang tepat untukmu selain di sana.”

Cara tak bisa membayangkan kejahatan macam apalagi yang akan dilakukan oleh Ethan padanya. “Kenapa kau lakukan ini padaku, Ethan. Kenapa?” Cara tak bisa menahan isakannya.

“Karena aku sangat menyukaimu. Kau tahu jawabannya, sayang.”

“Ethan, kumohon …” 

“Kumohon apa?”

Cara merapatkan mulutnya. Satu permohonannya pada Ethan pasti memiliki bayaran yang sangat mahal. 

Ethan tersenyum. Menutup jarak di antara bibir mereka lalu menyapukan satu lumatan yang kuat di bibir Cara. “Kenapa kau tak menyerah saja? Diam dan patuh sebagai istri sekaligus wanitaku? Kenapa begitu keras kepala? Apakah sesulit itu menerima seseorang sesempurna diriku?”

Cara nyaris tak bisa menahan gelak tawanya dengan kalimat terakhir Ethan. Ya, tak hanya sempurna tampan. Ethan juga sempurna gila. Bagaimana mungkin ia juga tidak gila menghadapi pria seperti Ethan?

“Lakukan sesukamu.” Suara Cara penuh dengan kepasrahan. Merasakan napas Ethan yang menerpa permukaan wajahnya. 

Seringai Ethan tersungging lebih tinggi. Menegakkan punggung dengan ibu jari mengusap bibir bagian bawah Cara. “Ya, aku memang akan melakukan apa pun sesukaku.”

Cara kembali bernapas dengan jarak yang membentang di antara mereka. berinteraksi dengan Ethan tak pernah tidak membuatnya senang jantung.

“Jangan banyak bergerak atau perawat akan kembali mengganti jarum infusmu,” pintah Ethan sebelum berbalik dan kembali duduk di sofa. Tenggelam dalam kesibukannya.

*** 

Entah janji apa yang sudah direncanakan oleh Ethan dan Emma, pria itu meninggalkan ruang perawatan Cara tepat jam tujuh malam, setelah dokter memeriksa dirinya dan semuanya baik-baik saja. Begitu pintu ruangannya tertutup, Cara bangkit terduduk. Memastikan langkah Ethan semakin menjauh sebelum ia menurunkan kakinya dan berjalan menuju pintu sambil menarik tiang infusnya.

Tak ada siapa pun yang berjaga di depan pintu tersebut. Memberinya kesempatan untuk menghirup udara segar di taman rumah sakit. Sedikit kesenangan yang bisa ia cicipi untuk menenangkan perasaannya di tengah hidupnya yang kembali tertekan karena Ethan.

Meraih ponselnya dan tak ada yang bisa ia lakukan pada benda pipih tersebut. Ethan sudah menyadap ponselnya. Tentu aja pria itu akan tahu jika ia mencoba menghubungi Zevan dan membuat suasana hati pria itu semakin memburuk.

Dan umur panjang, baru saja ia memikirkan tentang Zevan. Tiba-tiba saja pria itu muncul di sampingnya dengan cara yang ajaib. “Zevan?!” Cara mengedarkan pandangan ke sekitar mereka. Mencari-cari anak buah Ethan yang pasti mengawasinya. Ia sampai di tempat ini tentu saja dengan ijin Ethan.

“Ada Zaheer di sana.” Zevan mengedikkan kepala ke arah seseorang di seberang. Yang duduk di kursi bawah pohon palem tak jauh dari posisi mereka.

Mata Cara melebar, baru menyadari orang tersebut adalah Zaheer ketika pandangan mereka bertemu. 

“Emma menghubungiku dan aku baru sempat menemuimu sekarang.” Zevan menatap wajah Cara dengan seksama. “Kau baik-baik saja.”

Cara mengangguk. Melihat Zaheer yang tetap di tempat sebelum mengalihkan seluruh perhatiannya pada pria itu. “Ethan memindahkan si kembar.”

“Aku tahu.” Tangan Zevan terulur, menyelipkan helaian rambut Cara ke balik telinga. Kemudian memegang ujung wajah wanita itu, memutarnya ke samping kanan dan kiri. Mengamati lebih lekat wajah Cara yang tampak memerah. “Dia yang melakukannya?”

Cara menarik wajahnya menjauh. Masih ada rasa sakit yang tersisa di kedua rahangnya, tapi ia masih sanggup menahan. Terutama ketika mengingat ancaman Ethan terhadap Zevan.

“Aku tak tahu apa yang akan Ethan rencanakan pada kita berdua, Zevan. Dan aku tak peduli dengan yang dia lakukan padaku. Tapi … aku tak ingin melibatkanmu lebih jauh ke dalam permasalahanku dengannya. Dia berencana ingin memenjarakanmu.”

Sepintas keterkejutan sempat melintasi kedua manik Zevan, tetapi pria itu segera menguasai ekspresinya. “Sepertinya itu bukan niat buruknya yang baru, kan? Dia memang selalu membenciku. Terutama jika itu berhubungan tentangmu.”

“Aku yakin rencana Ethan kali ini benar-benar serius, Zevan.” Kecemasan di wajah Cara begitu pekat hingga wanita itu tak bisa mencegah tangannya bergerak menggenggam kedua tangan Zevan.

Zevan malah tersenyum. Berganti menggenggam tangan Cara yang mulai berkeringat. “Kau mencemaskanku?”

“Kenapa kau bertanya? Tentu saja, Zevan.”

Zevan tertawa kecil. “Aku senang kau mencemaskanku. Itu artinya kau peduli padaku.”

“Tentu saja aku peduli, Zevan. Apa sebenarnya yang kau katakan?”

Senyum Zevan melengkung lebih tinggi.

“Dan kenapa kau malah tersenyum?”

Zevan menggeleng. Satu tangan masih menggenggam tangan Cara dalam pangkuannya, tangannya yang lain merangkum wajah Cara. “Aku hanya terlalu senang,” gumamnya dengan suara yang lebih lirih.

Wajah Cara seketika membeku. Menyadari tatapan Zevan yang begitu intens.

“Hentikan omong kosongmu, Zevan. Aku tahu omong kosongmu ini hanya untuk membuat Ethan semakin marah dan menyulikan Cara.” Zaheer berdiri di antara keduanya. Menyentakkan tangan Zevan dari wajah Cara lalu menarik lengan atas wanita itu hingga berdiri. “Jika kau memang peduli dengan Zevan, bukankah seharusnya kau juga tak melakukan sereceh ini dan membuatnya berada dalam masalah?”

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top