25. Niat Jahat Emma
Part 25 Niat Jahat Emma
“Apa yang terjadi?” gusar Ethan begitu menemukan Zaheer yang berdiri di depan pintu ruangan berwarna putih tersebut. Ada kecemasan yang tersirat di kedua matanya. Muncul tanpa ia menyadarinya.
“Seperti yang kau bilang, aku hanya menakutinya. Dan seperti yang kau bilang dia akan ketakutan. Tiba-tiba dia meminta waktu untuk ke kamar mandi. Dia mengatakan hanya lima menit, saat kupikir dia masuk ke dalam terlalu lama dan menemukannya pingsa. Entah dari mana dia mendapatkan obat itu, mulutnya sudah dipenuhi busa.”
Ethan menggeram. “Apa yang dikatakan oleh dokter?”
“Overdosis obat. Tepatnya obat apa, dokter masih belum memberitahuku. Dia ingin bicara denganmu. Sekarang perutnya sedang dikuras, selebihnya aku tak tahu. Aku hanya menyuruh mereka melakukan apa pun yang diperlukan agar dia selamat setelah mengatakan dia istrimu.”
Kedua tangan Ethan mengepal kuat. “Dia sengaja.”
Zaheer hendak mengatakan sesuatu untuk membantah, tetapi ia sendiri tak yakin dengan perkiraannya sendiri. Pernyataan Ethan adalah fakta, yang hanya bisa disangkal dengan bukti yang nyata.
Botol obat yang dipegang Cara, sebelumnya ia seperti pernah melihatnya. Hanya … di mana? Milik Siapa? Ia yakin itu bukan barang yang akan dimiliki dan dibutuhkan oleh Cara.
Zaheer memutar ingatannya, mencoba menemukan sesuatu yang terlewat olehnya saat ia membawa Cara ke hotel.
“Lepaskan, Zaheer. Aku tidak mau!” Cara berusaha keras memelintir lengannya dari cekalan Zaheer saat itu pria itu berhasil menyeretnya turun dari mobil. Sekarang pria itu memaksanya masuk ke dalam lift menggunakan kartu yang diberikan oleh Ethan.
“Permainan tetap permainan, Cara. Hanya karena dia meyukaimu, bukan berarti dia tidak akan berbagi kesenangannya dengan kami, kan? Kau sendiri yang tak suka diperlakukan istimewa olehnya.”
“Kalian saja yang gila. Berbagi wanita? Kau pikir kami hanya barang? Mainan yang bisa kalian bagi-bagi dengan teman?”
Pintu lift terbuka, Zaheer kembali meraih tangan Cara dan menyeret wanita itu keluar. Sedikit kewalahan karena kali ini Cara mulai menggunakan cara kekerasan dengan menggigit tangan. Tetapi kekuatan wanita kecil seperti Cara tentu saja bukan hal yang sulit untuk ditaklukkan. –Meski mungkin hati wanita itu sangat mustahil ditaklukkan, pun bagi seorang Ethan Anthony-.
Tak lebih dari dua menit, Cara berhasil didorong masuk ke dalam kamar yang luas dengan fasilitas terbaik yang ada di bangunan tingkat 30 lebih tersebut. Salah satu properti milik Ethan yang tidak masuk dalam jajaran-jajaran properti di bawah naungan kakek mereka.
Cara nyaris terjungkal, tetapi tangannya berhasil meraih meja yang ada di sampingnya.
“Ethan mengatakan untuk melakukan apa pun sesukaku. Sepertinya dia tak akan mempermasalahkan jika aku meninggalkan bekas di tubuhmu, kan?”
Cara menelan ketakutannya dengan percuma. Keseriusan di wajah Zaheer tak lebih sedikit dibandingkan niat Ethan yang menyeretnya ke klub malam sialan itu. Saat itulah Cara menyadari bahwa keistimewaan Ethan setidaknya mencegahnya dari pria-pria mesum dan berengsek seperti Zaheer dan Mano yang tidur hampir dengan semua wanita di kota ini.
Begitu Zaheer maju ke depan, ia berusaha menjauh. Tetapi kalah cepat dengan lengan pria itu yang meraih pinggangnya dan mendorong tubuhnya ke dinding. Menangkap bibirnya sebelum ia sempat mencerna keterkejutannya. Cara meronta, menggeliatkan tubuh dengan seluruh kekuatannya.
Zaheer melumat bibirnya. Menggigit ujung bibirnya dan sebelum lidah pria itu memaksa masuk ke dalam mulutnya, Cara berhasil menjauhkan wajahnya dari pria itu.
“T-tunggu, kumohon.” Cara menahan kedua tangannya di pundak Zaheer dengan napas yang tersengal karena keterkejutan. “Tunggu sebentar,” tambahnya dengan suara yang lebih tenang.
Zaheer menangkap kepasrahan di kedua mata Cara.
“A-aku ingin ke kamar mandi sebentar.” Cara berusaha menampilkan ekspresi melas semeyakinkan mungkin. “Hanya lima menit. Tak akan lebih. Setelahnya kau bisa melakukan apa pun dengan permainan kalian. Aku hanya butuh bersiap, kau tahu ini pertama kalinya aku tidur dengan pria lain selain Ethan.”
Zaheer terdiam. Mengamati lekat wajah Cara dan mengangguk singkat. Menarik tubuhnya menjauh, membiarkan Cara menyelinap ke samping dan masuk ke dalam kamar mandi. Ia duduk menunggu di sofa, merogoh ponsel di dalam saku jaketnya dan mengirim pesan gambar pada Ethan.
‘Dia di dalam. Kau yakin aku harus melakukannya? Dia bahkan memintaku menunggu sebentar untuk bersiap?’
Tak lama balasan pesan dari Ethan muncul.
‘Lakukan saja.’
Satu helaan panjang lolos dari mulutnya. Ia tak pernah ragu ketika meniduri wanita-wanita lain, termasuk kekasih Ethan dan juga Emma. Tapi … ia merasa Cara tidak seperti semua wanita-wanita lain yang akan ia tiduri. Wanita itu terlalu … lurus? Polos? Dan bukan karena Cara tidak seksi atau cantik.
Cara jelas wanita yang cantik, pun tanpa polesan make up dan tanpa berusaha terlihat cantik. Di balik pakaian tertutup yang selalu wanita itu kenakan, bayang-bayang tubuh seksi Cara juga tak kalah menggoda dengan kebanyakan wanita lain. Bahkan ia yakin Cara lebih sempurna dibandingkan wanita mana pun yang pernah ia tiduri. Mungkin karena itulah Ethan begitu terobsesi pada wanita itu, obsesi yang tak bisa berhenti sekalipun pria itu sudah memiliki Cara. Bahkan setelah bertahun-tahun, obsesi Ethan tak juga menghilang. Sebelumnya ia pikir itu hanyalah obsesi dan kegilaan Ethan di masa remaja. Rupany …
Zaheer mengerjap. Tersadar. Tangannya terangkat, melirik jam tangannya sekilas dan menyadari Cara yang terlalu lama berada di dalam kamar mandi. Menemukan Cara yang tergeletak di lantai dengan busa memenuhi mulut. Juga botol di tangan dan beberapa butir obat. Dan detik itu juga ia harus membawa Cara ke rumah sakit.
Zaheer seorang dokter, meski tak terlalu mumpuni dalam pengalaman menangani seorang pasien. Tapi ia tahu obat macam apa yang ada di dalam botol itu. Itu bukan jenis obat penenang seperti yang tertulis di bungkusnya. Dan satu hal yang ia tahu pasti, ia menemukan Cara tepat pada waktunya. Seseorang yang memberikan obat itu pada Cara, jelas memiliki niat yang buruk pada Cara. Ck, meski ia tak menyangkal mereka juga selalu memiliki niat yang jelek pada Cara, tetap saja Ethan memberikan keistimewaan yang tidak pernah diberikan oleh pria itu pada siapa pun. Juga karena Ethan memiliki obsesi yang terlalu besar pada wanita itu. Setidaknya niat Ethan tak seburuk dan selicik seorang Zevan Anthony.
Pintu ruangan di depan mereka terbuka dan seorang pria paruh baya melangkah keluar. Menyapa Ethan dengan hormat dan berbicara dengan pria itu. Mengatakan bahwa situasi sudah terkendali.
Perubahan ekspresi di wajah Ethan tentu saja menarik perhatian Zaheer. Kelegaan menyebar di seluruh permukaan wajah pria itu. Kecemasan segera raib begitu mengetahui Cara akan baik-baik saja karena ia segera membawa wanita itu ke rumah sakit dan mendapatkan pertolongan pertama dengan sigap.
Sebelumnya, Zaheer tak pernah melihat kecemasan dan kelegaan sebesar dan sekuat itu melapisi ekspresi pria itu. Tak ada masalah ataupun keberhasil yang membuat Ethan memiliki emosi sekuat itu. Bahkan ketika semua keluarga Ethan mengkhianati pria itu. Juga ketika pria itu akhirnya keluar dari penjara.
“Ada yang ingin kau katakan?” Pertanyaan Ethan membuyarkan lamunan Zaheer. Zaheer berkedip sekali dan menggeleng.
“Sudah?”
Ethan mengangguk singkat, ada satu desahan lolos tanpa pria itu sadaro. Seolah benar-benar lega. “Perawat akan segera membawanya ke ruang perawatan. Aku akan mengurus administrasinya.”
“Apa?”
Kedua alis Ethan berkerut dengan reaksi Zaheer. “Apa?”
“Kau akan mengurusnya?”
Ethan mengangguk. “Ada beberapa hal yang harus kutanda tangani sebagai walinya.”
“Aku akan melakukannya. Kau bisa …”
“Aku saja.” Ethan berbalik dan berjalan pergi. Sementara Zaheer masih tercenung di tempatnya. Tentu saja pria itu terheran. Ethan tak pernah melakukan kerepotan semacam ini. Ditambah ia adalah direktur rumah sakit ini. Hanya perlu menghubungi penanggung jawab maka semuanya sudah beres. Terutama Ethan, dia adalah salah satu pemegang saham terbesar rumah sakit ini.
***
Seluruh tubuhnya lemas dan pusing yang menusuk di kepala adalah satu-satunya hal yang dirasakan oleh Cara ketika kesadarannya perlahan kembali. Matanya berkedip beberapa kali dan pandangannya semakin jelas. Dan satu-satunya wajah yang memenuhi pandangannya adalah wajah Ethan.
Kemarahan menyeruak di dalam dadanya begitu ingatan terakhirnya satu persatu muncul di kepalanya. “Berengsek kau, Ethan?” cecarnya. Melayangkan tangannya ke arah pria itu. Satu tangannya ditangkap dengan mudah oleh Ethan. Tak menyerah, Cara mengangkat tangannya yang lain dan kembali ditangkap.
“Kau sengaja?”
Mata Cara mendelik. Entah omong kosong apa yang dibicarakan oleh Ethan.
“Kau sengaja minum obat itu?” geram Ethan. Amarah bergemuruh di dadanya. Rahangnya mengeras dan wajahnya menggelap.
Ada ketakutan yang menyelinap di dalam diri Cara dengan kemarahan tersebut. Bukankah Ethan yang berusaha membunuhnya?
Cara mencoba mengingat. Setelah Ethan pergi meninggalkannya di ruangan VVIP tersebut, ia pergi ke toilet. Berniat menyelinap pergi. Tetapi rupanya Zaheer menyuruh Emma membuntutinya.
“Kau pikir aku akan kabur?” sergah Cara dengan kesal saat Emma melangkah masuk ke dalam toilet. Suaranya berhasil keluar tanpa getaran meski kedua tangannya mengepal menahan getar ketakutan di dalam dirinya.
“Kau terlihat gugup.” Emma berhenti di samping Cara. Mencuci tangan sejenak lalu mengambil tisu dan mengeringkan tangan sambil menoleh ke arah Cara. Pandangannya bergerak turun. Melirik kedua tangan Cara yang gemetar.
“Bukan urusanmu dan apa pedulimu?! Kau pikir aku tak tahu kalau kau juga ikut dalam rencana Ethan?”
Emma mendengus. “Memang aku tak peduli. Aku hanya ingin memberikan titipan Ethan padamu.”
Kedua alis Cara bertaut.
“Ya, aku tak menyangkal ini memang rencana kami semua. Seperti semua permainan Ethan, dia yang memberikan ide ini untuk menghukummu.” Emma mengedikkan bahu sambil mengeluarkan sebuah botol dari dalam tasnya. “Ini obat penenang. Untuk berjaga-jaga. Meski dia sangsi kau akan menerimanya karena keangkuhanmu. Juga, karena ini bukan pertama kalinya kau tidur dengan seorang pria, ka ?”
“Aku tak butuh perhatiannya,” sergah Cara semakin kesal. Matanya mendelik tak terima. “Dan kau pikir aku sama denganmu?!”
Emma tersenyum tipis. Menekan sakit hati akan kalimat pungkasan Cara. Tentu saja ia akan membuat wanita membayar kata-kata kurang ajarnya.
“Pergi saja kau!” usir Cara membalikkan badan.
“Kau bisa meminumnya sebanyak yang kau butuhkan. Atau buang saja, kau tak secanggung itu. Kau dan Zaheer sudah mengenal lama seperti kau mengenal Ethan, kan?” Emma tersenyum tipis, meletakkan botol tersebut di dekat Cara kemudian berjalan keluar toilet.
Cara tersentak keras dari ingatannya oleh tangan Ethan yang tiba-tiba mencengkeramnya. Sementara tubuh pria itu membungkuk dan wajahnya melayang di atas wajah Cara. Menyisakan jarak yang setipis mungkin.
“Kau lebih baik mati?” desis Ethan tajam. Gelombang amarah menerjang kedua manik pria itu dengan sangat dahsyat hingga lebih mengejutkan Cara dibandingkan kematian yang sudah membayang di atas kepala ketika dada Cara diperas habis-habisan oleh pengaruh obat sialan itu. Bukannya ketenangan yang ia dapatkan, tapi ia nyaris mati karena obat yang diberikan Ethan.
“Bukankah memang itu yang kau inginkan? Kau ingin membunuhku agar tak ada yang menghalangimu mendapatkan si kembar, kan?” Cara menahan dirinya menjerit oleh cekalan Ethan yang semakin menguat. “Kau marah karena aku masih hidup?”
Ethan menggeram. Wajahnya benar-benar menggelap da ia benar-benar akan meremukkan wajah Cara jika pintu ruangan tersebut tidak diketuk.
Ethan menoleh. Melihat Zaheer yang muncul. “Ada yang harus kubicarakan denganmu.”
“Sekarang bukan saat yang tepat, Zaheer,” desis Ethan tanpa repot-repot membalikkan tubuh dan melepaskan cekalan tangannya pada wajah Cara.
“Emma yang memberikan obat itu pada Cara,” sambung Zaheer dengan cepat.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top