22. Keluarga Bahagia
Part 22 Keluarga Bahagia
Napas Cara tertahan. Emosi di wajah Ethan begitu pekat. Berhasil membuat bulu kudunya merinding. “Apa yang kau inginkan dari mereka?”
Ethan semakin menundukkan kepalanya. Menyingkirkan jarak di antara wajah mereka. “Sepertinya aku sudah mengatakan padamu, kan?”
Membuat si kembar kecewa padanya dan Zevan, ulang Cara dalam hati. Wajahnya memucat.
“Jadilah istri yang patuh dan penonton yang baik, Cara. Mungkin itu akan menjadi satu-satunya kesempatan bagimu untuk memperbaiki hubungan kita. Sepertinya gambaran keluarga yang bahagia bersamamu dan si kembar bukanlah masa depan yang buruk untuk dibangun. Kau bersedia menjadi bagian dari kebahagiaan kami?”
Cara membeku. Ethan seolah menekan kata kami. Merujuk pada pria itu dan si kembar dan mengecualikan dirinya. “Kau tak bisa begitu saja merebut mereka dariku.”
“Katakan itu saat kau memalsukan keguguranmu dan menyembunyikan mereka dariku.”
“Toh kau tak menginginkan mereka.”
“Belum,” koreksi Ethan. Menarik tubuh dan menegakkan punggung. “Sekarang aku menginginkan mereka.”
“Setelah mereka tumbuh besar,” sengit Cara.
Ethan menyeringai dan menangkap rahang Cara. “Kali ini akan kupastikan aku merawat adik si kembar dengan sangat baik, Sayang. Tak akan melewatkan tumbuh kembang mereka. Bahkan untuk satu hari pun.
Mata Cara berkedip, kepucatan merebak di seluruh permukaan wajahnya dengan cepat. “A-apa maksudmu?”
“Bukankah mereka akan lebih mudah menerimaku jika kau mengandung adik mereka.” Ethan membalik dan menyentakkan tubuh Cara ke tubuhnya. Menempelkan punggung wanita itu di dadanya. Satu lengan Ethan memeluk pundak Cara sementara lengan yang lain melingkari pinggang wanita itu. Menempelkan telapak tangannya di perut Cara yang masih rata.
Wajah Ethan tenggelam di cekungan leher Cara. Bergerak meninggalkan jejak basah dan naik ke telinga wanita itu dengan perlahan. Satu gigitan lembut meninggalkan bekas merah di bagian belakang telinga.
“Kau tak mungkin mengulang kesalahan kita, Ethan.” Cara berusaha mengendalikan kepanikan yang mulai merebak di dalam dirinya. “Kenapa kau selalu berubah pikiran?”
Ethan terkekeh. Melonggarkan pelukannya. “Ya, kita bisa memikirkan semuanya nanti. Tidak perlu terburu. Ayo, kita sudah terlambat ke kantor.”
Sikap santai Ethan malah membuat ketegangan di tubuh Cara semakin meningkat. Terutama dengan senyum yang melebar. Semua yang tertampil di wajah Ethan hanyalah kepalsuan.
***
Meski keduanya naik mobil yang sama dan turun di basement, Cara masuk ke lift yang berbeda dengan Ethan yang naik lift khusus untuk para direksi. Begitu sampai di lantai teratas gedung Eth Enterpries, ia disambut wanita muda yang sedikit lebih tua dari Cara. Berpenampilan rapid an sedikit seksi dengan belahan rok pencil yang sedikit lebih tinggi. Juga dua kancing teratas yang sengaja dibuka. Tak hanya menampilkan belahan dada, tetapi bahannnya yang tipis membuat bra berwarna hitam yang wanita itu kenakan samar-samar membayang di sana.
“Tak biasanya tuan Ethan membiarkan asisten pribadinya tidak segera datang setelah diterima. Ini hari keempatmu bekerja di Eth Enterpries, meski tiga hari sebelumnya kau tidak datang ke kantor dengan alasan pribadi. Itu yang dikatakan tuan Mano. Apakah kau memiliki hubungan khusus dengan tuan Mano sehingga memiliki perlakukan istimewa ini?” Mata wanita dengan nametag bertuliskan Isabella tersebut memicing tajam. Mengamati penampilan Cara dari atas hingga bawa lekat-lekat. Berhenti lebih lama pada setelan yang dikenakan Cara, tas dan sepatu dengan merk yang harganya tidak murahan. Ck, seorang pekerja magang seperti Cara tak mungkin memiliki kemampuan finansial untuk membeli barang-barang bermerk tersebut, kan. Ia yakin semua ini hanyalah barang tiruan dengan kualitas terbaik.
Cara menggeleng. “T-tuan Mano?” ulangnya berpura mendengar nama asing tersebut.
“Kau tidak mengenalnya?”
Cara menggeleng.
Bella mengangguk paham. “Ya, kau tidak mungkin mengenalnya.”
Cara mengangguk tipis.
“Kemarilah. Aku akan memberitahu apa saja tugas-tugasmu.”
***
Hari itu menjadi hari yang melelahkan bagi Cara. Seperti gosip yang beredar, Ethan memang bos yang pemilih dan rewel. Ditambah pria itu yang memiliki dendam pribadi padanya, semakin mempersulit pekerjaannya. Bahkan jika itu hanya sekedar camilan atau berkas yang memiliki lembaran kusut atau terlibat. Ethan benar-benar giat mencari setiap kesalahannya.
“Kau boleh pulang.” Ethan berhenti tepat di depan meja Cara.
Bella menoleh ke samping. Dan tentu saja itu adalah perintah yang pertama kali sejak Bella bekerja di tempat ini tiga tahun yang lalu sebagai kepala asisten pribadi Ethan Anthony. Sebagai asisten Ethan, mereka harus datang satu jam lebih awal dan pulang satu jam lebih lama daripada sang tuan.
Ethan melirik keheranan di wajah Bella juga dua asistennya yang lain. “Ada pekerjaan tambahan yang akan kuberikan padamu.” Ethan meletakkan dua berkas di tangannya ke hadapan Cara. “Bacakan semua ini dalam perjalanan. Mataku terlalu lelah.”
Cara mengangguk patuh, keheranan rekan-rekan kerjanya perlahan meluruh.
“Saya yang akan melakukannya untuk Anda, Tuan Ethan.” Tangan Bella terulur. “Cara hanya pegawai baru yang belum berpengalaman dengan tugas yang satu ini.”
Ethan menggeleng. “Aku ingin dia yang melakukannya,” pintahnya tak membutuhkan bantahan lagi, lalu berbalik dan berjalan melintasi lorong pendek menuju lift.
Cara menghela napas rendah. Mengemasi barang-barangnya dan mengambil berkas yang diberikan Ethan lalu menyusul pria itu yang sudah menunggu di dalam lift.
“Apakah baru saja tuan Ethan menahan pintu lift dengan tangannya hanya untuk menunggu pegawai baru itu?” bisik wanita yang berdiri di samping Bella.
Bella menoleh, melemparkan pelototan pada Sintia. “Kau ingin dipecat?”
Sintia menggeleng dengan cepat dan kembali fokus dengan pekerjaan di mejanya. Sementara Bella mengambil ponselnya dan berjalan menuju toilet yang di samping meja mereka. Menghubungi seseorang di seberang sana yang langsung menjawab di deringan pertama.
“Ya, tuan Ethan pergi bersama pegawai baru itu.”
***
“Mau ke mana kita?” Cara menyadari mobil yang berbelok ke arah lain. menjauh dari kawasan elit gedung apartemen Ethan yang ada di pusat kota. “Kau bilang kita akan langsung ke rumah, kan?”
“Kita akan makan di luar.”
“Kenapa? Aku tak ingin meninggalkan si kembar makan malam di tempat asing sendirian, Ethan.”
Ethan tersenyum. “Kita akan makan malam bersama mereka. Seperti yang biasa dilakukan keluarga bahagia pada umumnya, Cara.”
“A-apa?” Cara menoleh dengan cepat.
Ethan mengangkat pergelangan tangannya. “Sepertinya mereka sudah sampai di sana. Dua menit yang lalu.”
Kening Cara berkerut. Lagi-lagi tak bisa membantah rencana yang sedang disusun oleh Ethan terhadap mereka. Keduanya turun di sebuah restoran mewah yang ada di pinggiran kota. Dengan pemandangan yang malam begitu indah.
“Cara?” Sapaan dari arah samping begitu Cara turun dari mobil mengejutkan wanita itu.
Cara menoleh. Membeliak terkejut dengan keberadaan Zevan. “Zevan?”
“Kau sudah datang.” Ethan berhenti di samping Cara. Menangkap pinggang wanita itu dan menempelkan tubuh keduanya. “Saudaraku?”
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top