19. Masa Lalu Yang Tak Terlupakan

Part 19 Masa Lalu Yang Tak Terlupakan

Cara berhasil merapikan penampilannya begitu pintu terbuka. Berdiri di samping sofa sementara Ethan masih duduk di sofa, enggan menyambut sang mama yang pasti akan terkejut dengan keberadaan Cara.

“Ethan?” Kesiap terkejut terdengar dari ambang pintu yang terbuka. “Kau memang di sini?”

Ethan hanya mengedikkan bahu sekali dan menyandarkan punggung di sofa.

Pandangan Irina kemudian beralih pada Cara. Yang mengundang keheranan akan penampilan wanita itu. Dengan rambut terurai, wanita itu hanya mengenakan pakaian pria yang tampak kebesaran. Bagaimana mungkin wanita yang tampak tak berkelas tersebut berada di tempat ini? 

“Kalian sudah bertemu?” gumam Ethan menjawab keheranan di wajah Irina yang begitu pekat akan keberadaan wanita asing di tempat VVIP ini.

Irina menoleh, menatap sang putra. Ya, tentu saja keberadaan wanita ini adalah perbuatan sang putra. Kegilaan apalagi yang dilakukan putranya di tempat ini. Mengurangi nilai tempat istimewa dan khusus ini dengan membawa wanita itu.

“Dan perkenalkan. Dia Caralie Jasmine. Menantu mama.” Ethan mengucapkannya dengan penuh ketenangan yang apik. Ada senyum dengan seringai khas pria itu ketika bertatapan langsung dengan sang mama.

Napas Irina tercekat dengan keras saking terkejutnya dengan kalimat sang putra. Tak hanya Irina tetapi juga manager dan pelayan butik yang berdiri di belakang Irina pun tak kalah terkejutnya.  

“D-dia apa?”

Seringai Ethan melengkung lebih tinggi. Dan biasanya ia tak suka mengulang perintah maupun kata-katanya. Tetapi kali ini Ethan sama sekali tak keberatan. “Istriku. Caralie Jasmine. Mama bisa memanggilnya Cara.

Irina masih tenggelam dalam keterkejutannya. Menatap Ethan dan Cara bergantian. Tak mau dan tak akan mempercayai kata-kata tak masuk akal putranya. 

“Sejak kemarin mama hanya mendengar namanya, kan?”

Tentu saja Irina ingat nama yang telah membuat acara makan malam keluarga mereka berantakan. Nama yang masih sibuk ia cari tahu hingga membuat sang putra kehilangan kendali dan tak peduli dengan Anthony Group. Bahkan mencoba memutuskan hubungan pertunangan dengan Emma Warren.

Pandangan Irina betalih pada Cara, mengamati penampilan wanita itu dengan tatapan mencemooh dan jijik. Bagaimana mungkin seorang wanita itu berpenampilan memalukan seperti ini.

“Kau bercanda, Ethan.” Irina tahu sang putra tak sedang bercanda, tetapi hatinya yang memberontak untuk mempercayai sang putra masih keras kepala meyakini bahwa sang putra sedang membuat lelucon yang mengerikan.

Ethan tak menjawab. Keduanya tahu itu bukan candaan. “Sepuluh tahun lalu, dia begitu tolol karena menolak menjadi kekasihku. Jika mama masih ingat, aku selalu mendapatkan apa pun yang kuinginkan, kan? Termasuk dia. Dengan cara apa pun. Salah satunya dengan menyeretnya ke hadapan pendeta yang menikahkan kami.”

Irina menggelengkan kepala. Masih tak ingin mempercayai kegilaan sang putra yang sampai sejauh ini. anak yatim piatu, yang tidak jelas asal usulnya. Bagaimana mungkin darah rendahan itu akan mengotori keturunannya.

“Mama tak pernah protes ketika kau bermain-main bersama Mano dan Zaheer dengan wanita-wanita di klub malam, Ethan. Bahkan ketika kalian berbagi mainanmu dengan mereka. Tapi menikah? Kau benar-benar gila jika merendahkan dirimu dengan menikahi wanita seperti dia.”

Tubuh Cara membeku, wajahnya benar-benar pucat oleh rasa malu yang mengelupas seluruh permukaan wajahnya. Irina jelas tak peduli setiap kata-katanya akan menjadi jarum yang menusuk perasaan Cara.

Ethan bahkan lebih tak peduli lagi. Pria itu menarik lengan Cara hingga tubuh wanita jatuh di pangkuannya. “Seseorang tak boleh sesempurna itu, Ma. Membuat siapapun jengkel. Apa salahnya melakukan kebodohan di usia yang masih muda?”

“A-apa?”

“Bukankah aku sudah membayar semua kebodohanku tujuh tahun lalu.”

Wajah Irina seketika membeku. bibirnya menipis keras karena kehilangan kata-kata untuk membalas. “Tujuh tahun yang lalu adalah kesalahan, Ethan. Kami tak punya pilihan dan semua bukti mengarah padamu.”

Ethan mendengus. “Aku tak peduli dengan semua orang, tapi sebagai orang tua. Bukankah setidaknya kalian melakukan sesuatu. Paling tidak kalian mempercayai apa yang kukatakan. Ah, aku lupa. Papa terpengaruh olehnya, kan? Karena …”

“Cukup, Ethan. Ini tidak ada hubungannya dengan papamu. Rekam jejakmu sudah dihapus oleh kakekmu. Tak ada yang tahu kau pernah dijebloskan di penjara.”

Dengusan Ethan lebih keras. “Apakah sekarang itu lebih penting? Ck, rupanya mama masih belum sepenuhnya menerima kecacatan papa, ya?”

Wajah Irina pucat. Kedua tangannya mengepal di sisi tubuh. “Zevan tak akan menjadi penerus untuk kakekmu. Seperti yang dijanjikan. Apakah semua itu belum cukup membuatmu melupakan apa yang terjadi di masa lalu?”

“Tidak. Sedetik pun apa yang kalian semua dan Zevan lakukan padaku, aku tak pernah melupakannya. Semua terekam jelas di sini. Yang membuatku harus berada di tempat itu selama tiga tahun.” Ethan mengetuk pelan pelipisnya dengan ujung jari. Ekpresi pria itu penuh dengan ketenangan, tetapi suaranya diselimuti emosi yang begitu dalam dan pekat. “Satu-satunya hal yang kuinginkan dari kalian semua adalah kehancuran Anthony Group dan … Zevan.”

Tubuh Irina terhuyung satu langkah ke belakang dengan telapak tangan membekap kesiap dari mulutnya. 

Ethan menyeringai, merasakan tubuh Cara yang menegang di pangkuannya. Wajah wanita itu tak kalah pucatnya dengan wajah sang mama. Yang masih kesulitan untuk menelaah keterkejutannya sendiri.

“Jika kalian masih memaksaku untuk duduk di kursi, kalian hanya akan membuat permainan ini tidak menarik. Terlalu mudah.”

“Bagaimana mungkin kau memikirkan hal semacam itu, Ethan. Anthony Group adalah bagian dari darah dagingmu. Bagaimana mungkin kau akan menghancurkan keluargamu sendiri? Bagaimana mungkin kau memikirkan pengkhianatan sebesar ini pada kakekmu? Pada orang tua dan keluargamu?”

Ethan tertawa kecil, mengabaikan geliat tak nyaman Cara. “Bukankah itu lebih baik dibandingkan orang lain yang melakukannya? Setidaknya kalian akan memaklumi aku. Cucu terbaik Anthony Group mengulangi ketololannya.”

Irina benar-benar kewalahan menerima semua keterkejutan tersebut. Kepalanya menggeleng-geleng lalu berbalik dan menghilang dari pandangan sang putra dalam sekejap mata.

Ethan masih tersenyum dengan kepergian sang mama. Sebelum kemudian beralih pada ketegangan dan kepucatan Cara. “Kau begitu mencemaskan Zevan?”

Cara merapatkan mulutnya.

“Tak perlu takut, sayang. Aku melakukan semua ini hanya agar mereka tak berani menyentuhmu. Mamaku bisa sangat menyebalkan jika meninggalkan bekas luka di tubuhmu.” Tangan Ethan menyentuh punggung tangan Cara, bergerak naik dengan perlahan hingga di pundak, leher, dan bermain-main di tengkuk Cara.

Tatapan Cara fokus pada kilat licik dan keji yang nenghiasi manik abu gelap tersebut. Tak berani membayangkan kegilaan seorang Ethan Anthony akan sejauh mana. Hubungan buruk Ethan dan Irina sudah cukup menegangkan. Entah akan segila apa Ethan dengan keluarga besar pria itu.

“Sekarang, satu-satunya yang harus kau cemaskan adalah anak kita.”

Tubuh Cara kembali menegang. Anak kita? Cara melompat turun dari pangkuan Ethan saking terkejutnya. Tersandung kakinya sendiri dan jatuh tersungkur di lantai. Bagaimana Ethan tahu?

Ethan membungkuk, mengulurkan tangan dengan senyum terlalu lebar. “Karena jika kau mempercayakan mereka di tangan Zevan, aku tak yakin mereka akan selamat.”

Wajah Cara tak bisa lebih pucat lagi. Mereka?

“Ah, Darrel dan Cheryl, bukan nama mereka?”

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top