17. Manfaat Cara

Part 17 Manfaat Cara

Cara merasa ada yang janggal dengan suasana hati Ethan pagi itu. Pria itu bahkan bersenandung ketika berjalan keluar dari kamar mandi dan berpakaian di ruang ganti.

Ia pikir karena apa yang sudah dilakukan Ethan padanya tadi malam. Tetapi tak ada tanda-tanda pelecehan pria itu di tubuhnya. Tak ada bekas kissmark baru di mana pun. Pakaiannya juga masih terpasang rapi di tubuhnya. Tak ada kancing yang terlepas.

Semalam ia hanya ingat pria itu membawa tubuhnya ke kamar. Selebihnya ia tak bisa mengingat lagi karena kepalanya terlalu pusing dan kesulitan mempertahankan kesadaran diri karena pengaruh alkohol.

Pengalaman pertamanya minum alkohol dengan Ethan tak berakhir baik. Saat itu Ethan mencekokinya cairan emas untuk merayakan hari bahagia mereka setelah resmi dinyatakan sebagai pasangan suami istri. Paginya ia menemukan tubuhnya dalam keadaan telanjang di tempat tidur bersama pria itu. Dan ia bersumpah tak akan meneguk cairan sialan itu lagi.

Akan tetapi, setelah mengetahui kalau minuman alkohol tak baik untuk kesuburan rahim wanita itu, sepertinya ia tak akan mempermasalahkannya.

“Hari ini aku akan pulang lebih cepat. Sebelum makan siang.”

Kerut keheranan di kening Cara semakin berlipat. Kenapa aku perlu tahu? Batinnya mendengus. Tak mengatakan apa pun dan membuang wajahnya ke samping.

Ethan berjalan mendekat dari belakang sofa. Berhenti tepat di punggung Cara dan membungkuk, mendaratkan satu ciuman di bibir. Cara tersentak pelan, hendak menjauh tetapi tengkuknya ditahan dari samping sehingga wanita itu tak bisa menghindar. “Kau terlihat cantik saat mengenakan pakaianku. Tapi … sepertinya kau butuh berbelanja, kan? Mulai minggu depan kau boleh pergi bekerja.”

Cara kembali terkejut, menatap tak percaya wajah Ethan yang begitu dekat dengan wajahnya. “B-bekerja?”

Ethan tak mengiyakan, tetapi kembali merapatkan jarak di antara bibir mereka. melumat bibir lembut Cara sekaligus menyesap rasa manis mulut wanita itu dalam hisapan yang cukup panjang.

Napas Cara terengah ketika pada akhirnya Ethan menghentikan pagutan. Menarik kepalanya menjauh, dan ia yakin wajahnya semerah kepiting rebus. Ia terlalu terkejut sekaligus lega dengan kebebasan yang diberikan Ethan sehingga membiarkan pria itu mendapatkan apa yang diinginkan. Mempertahankan suasana hati pria itu seperti sekarang agar tak sampai berubah pikiran.

“Kau senang?”

Cara berusaha menutupi kelegaan yang tak ada gunanya. “Ya.”

Ethan tersenyum, menegakkan punggung dan berjalan menuju pintu. Sementara Cara masih bergeming di tempatnya duduk, menatap punggung Ethan yang semakin menjauh dengan tanda tanya besar yang menggantung di atas kepala wanita itu.

Apa yang terjadi?

Kenapa pria itu tiba-tiba memberinya kebebasan?

Apakah ini jebakan?

Cara menggeleng. Menepis kecurigaannya. Toh ia bisa bebas keluar dari tempat ini, kan? Tak peduli apa tujuan dan rencana Ethan padanya.

*** 

Saat tengah menyantak makan paginya, Cara tiba-tiba kehilangan selera makannya dengan kemundulan Emma yang tampaknya baru saja bangun karena masih mengenakan pakaian tidur wanita itu yang seksi. Belahan dada yang sangat rendah dan kain yang tembus pandang. Hanya menutupi bagian tengah dada dan di pangkal paha. Jika bukan karena jubah tidur yang tidak ditali, penampilan Emma nyaris bisa dibilang telanjang total.

“Ke mana Ethan?” Emma mengedarkan pandangannya ke sekeliling ruangan. menatap tak suka pakaian yang dikenakan oleh Cara. Celana karet dan kaos polos milik Ethan, yang meski kelihatan kebesaran di tubuh Cara, Emma tak akan pernah mengakui wanita itu terlihat seksi sekaligus memperjelas hubungan Cara dan Ethan yang seintim itu. Ethan tak pernah mengijinkannya menyentuh barang-barang pria itu. Ketika ia tinggal di tempat ini, Ethan  mengatakan padanya untuk tidak mengurus urusan pria itu dan Ethan pun tak akan mengurus urusannya.

Pada awalnya Emma terkejut, tetapi selama keduanya berada di atas yang sama dan bertemu setiap hari. Lama kelamaan Ethan akan mulai tergoda olehnya. Tapi saat ia mencoba menyelinap kamar Ethan, pria itu malah memberikan batasan yang membuatnya semakin tak berkutik. ‘Jangan coba-coba menyentuh barangku.’ Ethan mengucapkannya dengan datar dan penuh ketenangan, tetapi nada dingin dan mengancam sukses membuat bulu kuduknya berdiri.

Lalu sekarang, Cara dengan bebasnya keluar masuk kamar Ethan. Dan bahkan bisa mengenakana pakaian pria itu seperti ini. Tentu saja hal itu menyulut api kecemburuan di dalam dadanya. Seolah belum cukup dengan kegilaan Ethan yang dengan tololnya menikahi Cara ketika mereka masih duduk di bangku sekolah.

“Dia sudah berangkat?”

Cara tak menjawab. Memangnya untuk apa Emma mencari Ethan dengan pakaian seperti itu. Dan pertanyaan yang hanya ada di dalam batinnya tersebut langsung terjawab dengan decak kesal Emma.

“Ck, seharusnya dia melihat pakaian tidur yang dipilihkan untukku.” Emma mengibaskan jubah tidur dari bahan sutra tersebut ke samping, yang membuat Cara semakin mual karena hampir seluruh bentuk dada Emma terekspos dengan jelas. “Kenapa? Kau mual?”

Cara tak menjawab. Memaksa menelan apa pun yang masih ada di mulutnya.

Emma mengambil tempat duduk di seberang meja. “Kau mual membayangkan apa yang akan kami lakukan dengan pakaian ini?”

Cara tertawa kecil. “Kenapa aku harus membayangkannya?”

“Kau tahu dia sangat panas ketika berada di atas ranjang, kan?”

“Panas?” Cara tampak memikirkan pemilihan kata yang diambil Emma. Ya, Ethan memang selalu berkeringat ketika berada di atas tubuhnya. Padahal suhu pendingin sudah cukup rendah. Tapi ia tak yakin panas apa yang dimaksud oleh Emma. 

“Kau pikir dia hanya melakukannya denganmu?”

Cara bisa menangkap cemooh dalam suara Emma.

“Ah, ya. Dia memang hanya bermain-main denganmu. Kau tak lebih dari mainan pemuas nafsunya. Karena denganku, yang kami lakukan adalah bercinta.”

“Rupanya dia lebih senang bermain-main dengan mainannya dibandingkan bercinta dengan calon istrinya, ya?” Jeda sejenak, Cara tertawa kecil. “Aku tahu dia memang berengsek, tapi rupanya dia lebih berengsek lagi. Apa yang kau lihat darinya sehingga bersedia dengan sukarela menjadi istrinya?”

Wajah Emma tentu saja merah pada oleh rasa malu dengan serangan balasan Cara yang berhasil mengena.

“Jika aku jadi kau, aku akan dengan sepenuh hati menyerahkan pria berengsek itu untuk siapa pun.”

“Tutup mulut sialanmu itu, Cara. Kau tak tahu apa pun.”

“Memang. Yang kutahu hanya keberengsekannya saja. Dan sepertinya aku juga tak perlu tahu hal lainnya, kan?”

Emma menyambar gelas air putih yang ada di depannya dan menyiramkannya ke arah Cara. Beruntung Cara yang sudah hafal dengan kelicikan Emma, bergerak ke samping. Pun begitu ada beberapa percikan yang mengenai pundaknya.

“K-kau …”

Cara menyambar gelas jus jeruknya. Sementara Emma sibuk dengan keterkejutannya, ia mengambil kesempatan tersebut untuk menyiram isi gelasnya ke arah wanita itu.

Emma membeku, merasakan tumpahan jus yang menetes dari wajahnya, turun ke pangkuannya. Mengotori pakaian tidur yang baru dibelinya. Yang sama sekali belum dilihat oleh Ethan. Pria itulah tujuannya membeli pakaian ini. Untuk menyenangkan pandangan Ethan terhadapnya. Dan lihatlah apa yang sudah Cara lakukan pada pakaian mahal ini?

“Beraninya kau?!” lengking jeritan Emma memenuhi seluruh ruangan. Membuat semua pelayang beringsut ketakutan sekaligus ngeri akan apa yang telah dilakukan Cara. Ya, sejak Ethan membawa Cara ke tempat ini. Suasana di penthouse telah berubah. Ketenangan berubah menjadi ketegangan dan semua kesunyian serta keheningan, kini menjadi perdebatan dan pertengkaran setiap kali ada sedikit gesekan di antara ketiga penghuni utama.

Cara hanya tersenyum tipis. “Kau selalu terbiasa menerima kemenangan. Apakah sekarang menerima kekalahan begitu sulit untukmu?”

“Apa kau tahu berapa harga bajuku ini, hah? Seumur hidup kau tak akan mampu membelinya."

“Ah, Nona yang kaya. Jika kau memang sekaya itu, kenapa kau perlu meributkan harga baju yang kekurangan bahan itu?”

Mulut Emma membuka nutup seperti ikan yang dikeluarkan dari air. “Kau bilang apa?” Suaranya nyaris tercekik. Menjerit frustrasi sebelum melompat ke arah Cara, tak peduli dengan meja yang ada di antara mereka.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top