14. Cucu Kesayangan vs Cucu Terbaik

Part 14 Cucu Kesayangan vs Cucu Terbaik 

“Kalian sibuk menyingkirkanku dan dia … bukankah setidaknya tidak menyia-nyiakan waktu sebanyak itu hanya untuk membuat sepupunya repot.” Ethan menekan kata sepupu yang membuat emosi melintasi kedua manik pria itu.

“Bukannya sibuk menjadi penerus sebagai cucu kesayangan kakek, dia malah sibuk melarikan diri dengan istri orang lain.”

“A-apa?” Armen tercekat. “Istri? Apa maksudmu, Ethan?” Arman berusaha mengendalikan keterkejutannya. 

“Kau menikahinya dengan pistol di kepala,” protes Zevan tak terima. 

Ethan sama sekali tak menyangkal. “Itu tak menghapus fakta bahwa dia masih istriku, sepupu.” Seringai Ethan naik lebih tinggi melihat kedua tangan Zevan yang mengepal hingga buku-buku jari pria itu memutih. Tubuhnya condong ke depan. “Pernikahan kami sah. Dan … kau berpikir bisa menggunakan anak-anakku untuk menginjak kepalaku? Pikirkanlah, Zevan. Aku tak sebodoh sepuluh tahun yang lalu.”

Lagi, Arman Anthony berhasil dibuat terperangah oleh pengakuan sang cucu. Setelah pernikahan dan sekarang tentang cicit. Yang tak hanya satu?

Wajah Zevan yang diselimuti ketegangan berubah pucat. Ethan tak menyebutkan anak. Yang memungkinkan pria itu hanya menebak-nebak tentang keguguran Cara setelah mengetahui golongan darahnya. Tetapi Ethan menyebutkan dengan detail. Anak-anak. Keduanya tahu ada banyak rahasia yang telah berhasil pria itu bongkar.

“Ck, bagaimana mungkin aku melewatkan hal sereceh ini. Berkali-kali aku memikirkannya, akhirnya semua ini menjadi masuk akal. Kalian semua benar-benar menyerangku dari segala arah. Rencana sempurna itu sudah dirancang jauh sebelum aku menyadarinya. Kalian semua!”

“Ethan?” Suara Arman lebih lunak. 

“Kau tak layak disebut sebagai seorang ayah, Ethan. Kau membuatnya hampir keguguran,” sembur Zevan. “Kau berusaha membunuhnya.”

Ethan tertawa. Lebih keras. “Apakah itu artinya kau mengakui keguguran itu tak benar-benar terjadi?”

Wajah Zevan membeku. Kali ini Ethan berhasil membuatnya kehilangan kata-kata. 

“Kau membakar klinik itu untuk menyembunyikan semua ini? Ck, Cara memang sepolos itu mempercayai pria licik sepertimu.”

“Kau menyiksanya. Kau membuatnya menderita. Hanya itu satu-satunya hal yang kau berikan padanya!”

“Apakah kau tidak?”

“Cukup kalian berdua!” Arman berusaha melerai. Zevan merapatkan mulutnya dan Ethan menyeringai. Menatap kedua cucunya bergantian dan berpikir keras.  “Jadi di mana wanita yang kalian maksud sekarang?”

“Kami kembali karena mendengar kabar tentang mama. Memutuskan menetap  di negara  ini dan ketika tanpa sengaja dia melamar pekerjaan di perusahaan Ethan, dia menculiknya.”

Ethan menoleh,  menatap sang kakek dengan penuh ketenangan.  Alih-alih Zevan yang berapi-api. “Apakah aku tidak boleh merindukan istriku sendiri?”

“Omong kosong kau, Ethan. Kau mengurungnya di apartemenmu.”

Ethan kembali tertawa sembari beranjak dari duduknya. “Sepertinya semua sudah terjernihkan, bukan. Tak ada gunanya aku berada di sini lebih lama lagi.”

“Aku ingin bertemu anakmu, kan? Aku akan memberikannya. Tapi lepaskan Cara.”

“Tidak. Aku sendiri yang akan mendapatkannya.” Balasan Ethan penuh dengan kepercayaan diri yang begitu besar seperti biasa.  Berjalan menuju pintu ruangan. 

“Ethan,  kakek ingin bertemu dengannya. “

“Kakek?” Zevan memprotes. Yang langsung terdiam begitu Arman mengangkat tangan. 

Langkah Ethan terhenti,  menatap sang kakek. “Untuk diberikan padanya lagi?”

Arman tak langsung menjawab.  “Bukankah adil jika kita membutuhkan pendapat darinya? Dia berhak memilih sendiri.”

“Ah, aku lupa. Aku juga berhak memilih untuk menerima atau tidak menjadi penerus kakek, ya?”

Sang kakek kembali terdiam.

“Apakah itu artinya perusahaan lebih berharga dibandingkan cucu kesayangan kakek sendiri?” Seringai Ethan naik lebih tinggi.  “Ya, terlalu beresiko memberikan Anthony Group padanya. Resiko yang sangat besar.”

Zevan menggeram, kepalan tangannya menggebrak meja. “Diam kau, Ethan!”

“Aku akan. “ Ethan menutup mulutnya dan berjalan keluar.  Membanting pintu di belakangnya dengan keras. 

Zevan langsung menjatuhkan lututnya di hadapan sang kakek. “Bantulah aku, kakek. Hanya kali ini. Sebelumnya aku tak pernah menginginkan seseorang seperti ini.”

Arman terdiam,  menatap keputus asaan di wajah Zevan. Rasa iba merambati dadanya. Jika semua cucu-cucunya memiliki keluarga yang sempurna,  hanya Zevan satu-satunya cucu yang harus hidup dengan tersingkir dari lingkungan mereka. Yang membuatnya harus turun tangan agar sang cucu tidak semakin terasing. Bagaimana pun, Zevan adalah keturunannya. Pun keberadaan sang cucu menciptakan kecanggungan di antara beberapa anggota. “Apakah kau masih tak mendengar apa yang dikatakan oleh Ethan?”

Zevan menggeleng.  “Ethan selalu berhasil mendapatkan apa yang diinginkannya. Sepuluh tahun yang lalu maupun sekarang.”

“Kau pikir dia berada di penjara karena keinginannya?”

Zevan terdiam sejenak. Wajahnya berubah dingin saat berkat tanpa penyesalan. “Dia pantas mendapatkannya.”

Mata Arman terpejam.  Mengurut pelipisnya. 

“Bukankah kakek yang ingin aku kembali dan memperbaiki semua ini?”

“Kakek tak tahu kalian akan terlibat masalah seserius ini.”

“Percayalah,  Cara juga tak menginginkan pernikahan tersebut.  Semua yang terjadi hanya kegilaan Ethan.  Ethan bahkan tak benar-benar tahu apa yang dilakukan. Hanya Mano dan Zaheer yang menjadi saksi pernikahan itu. Mereka bisa bersaksi bahwa ada pistol yang menempel  di kepala Cara. “

Arman menghela napas panjang,  seolah dengan begitu permasalahan tersebut bisa diselesaikan dengan mudah.  Tapi tak pernah menjadi semudah itu jika berurusan dengan cucunya yang satu itu. Ethan berhasil mempertahankan kendali di hidupnya dengan baik sehingga tidak perlu terpengaruh oleh keluarga besar pria itu.

“Lalu di mana anak mereka sekarang?”

*** 



Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top