11. Kecurigaan Yang Menguat

Part 11 Kecurigaan Yang Menguat

Jemari Ethan tak berhenti mengetuk-ngetuk pangkuannya. Kerutan di kening menunjukkan otaknya yang berpikir dalam. Menerka dan mempertimbangkan. Sesekali desahan lolos dari bibirnya. Sementara pandangannya tak lepas dari Cara yang berbaring memunggungi posisinya. Selimut yang tadi menutupi hingga pundak, kini tersingkap sampai di perut saat wanita itu bergerak mendapatkan kenyamanan. Kenyamanan yang tak benar-benar didapatkan ketika sesekali wanita itu tersentak kaget. Seolah terbangun dari mimpi buruk.

Tak heran jika dirinyalah yang menjadi mimpi buruk wanita itu. Yang artinya, dirinya ada di dalam pikiran dan alam bawah sadar Cara. Batinnya mendengus.

Ponselnya berkelip, nama sang sepupu muncul di sana. “Kau di bawah?”

“Ya.”

Ethan langsung beranjak. Berjalan ke samping tempat tidur dan mengambil ponsel Cara tanpa menciptakan suara sekecil apa pun. Berjalan keluar dan menutup pintu dengan hati-hati.

Mano muncul dari arah ruang tamu. Dengan tas di tangan kanan menghampirinya. Keduanya mengambil arah yang sama, menuju ruang kerjanya. “Kau memanggilku tengah malam begini, apakah segenting itu?” gerutu Mano duduk di samping sofa tunggal.

“Orang tuaku mengawasi Zaheer.”

Mano menganga. “A-apakah …”

“Ya, jika kau ikut buka mulut. Kau tahu apa …”

“Aku tahu,” jawab Mano dengan cepat. “Apa yang kau inginkan?”

Ethan menyodorkan ponsel Cara. “Salin semua yang ada di sini. Panggilan dan pesan yang keluar masuk, pulihkan semua sampahnya. Aku ingin semua detailnya. Sebanyak mungkin.”

“Bukan sebanyak yang bisa kudapatkan?”

“Semuanya.”

Mulut Mano membulat sempurna, tetapi kembali menutup tanpa protes sepatah pun. Semakin ia menawar, Ethan akan menginginkan lebih banyak.

“Aku yakin ada sesuatu di dalam sana.”

“Dan tepatnya hal semacam apa yang kau inginkan?”

Ethan tak menjawab.

“Aku butuh kategorinya, Ethan. Jika kau tak tahu apa yang kau inginkan, setidaknya kau pasti mencurigai sesuatu.”

“Apakah menurutmu Cara benar-benar keguguran?”

Mano tak yakin jawaban apa yang diinginkan oleh Ethan. “Jika tidak. Menurutmu kenapa ia harus mempertahankan kandungannya? Sementara ia sangat membencimu.”

Kedua alis Ethan bertaut. Ada yang mengusik hatinya dengan kebencian itu.

“Dia masih muda, Ethan. Seperti yang kau katakan. Bahkan kau sendiri yang mencekokinya dengan obat itu. Kehamilan jelas adalah batu sandungan yang harus dihindari. Ah. Sepertinya itu bukan lagi batu sandungan. Tapi gunung. Menurutmu dia akan mampu melompati gunung itu? Melenyapkan adalah jalan yang paling mudah untuk menyelesaikan masalah itu. Seperti dia yang kabur bersama Zevan.”

Ethan tampak mempertimbangkan. Ia pun memikirkan hal yang sama. Berkali-kali dan meyakinkan diri bahwa langkah itulah yang akan dipilih oleh Cara maupun Zevan dengan kehamilan tersebut. Namun, berkali-kali pula ia merasa terusik dengan hasil tes darah Zevan. Golongan darah pria itu seharusnya AB- dan Cara adalah Rh-null. Rahasia apa yang sengaja disembunyikan oleh Zevan dan Cara di klinik itu? Apakah anak itu sungguh miliknya?

Ah, ia yakin anak itu miliknya. Pertanyaannya, apakah sekarang anak itu masih hidup?

“Dia tak punya alasan untuk mempertahankan anak dari pria yang membuat hidupnya menderita. Itu jika pikiranku waras.”

“Tapi otaknya tak pernah berpikir dengan waras.”

Mano terdiam. Matanya berkedip dua kali.

“Jika dia berpikir dengan jernih, dia tak akan menolakku, kan? Apa kurangnya aku? Apa yang membuatnya tidak menyukainya? Aku tampan, pewaris Anthony Group yang paling kuat. Aku juga anak sah. Aku akan memberikan apa pun selama dia membuatku senang. Kami bisa bersenang-senang tanpa semua penderitaan ini. Dia sendiri yang menyukai masalah. Tak heran jika masalah selalu datang di hidupnya, kan?”

Mulut Mano menganga sempurna, tapi karena Ethan yang mengatakan semua peraturan itu, ia hanya perlu mempercayakan semua penilaian pada pria itu, kan. Kesombongan dan keangkuhan Ethan sejalan dengan nilai yang dimiliki pria itu.

“Jika kau jadi dia, apa yang tidak kau sukai dariku?”

Mano menelan ludahnya dan menggeleng.

Mata Ethan menyipit tajam.

“Yang tidak kusukai, semua kata-katamu adalah benar. Puas?”

Ethan mengangguk singkat, menyandarkan punggung di sofa dan menyilangkan kedua kakinya. Jemarinya kembali mengetuk-ngetuk pahanya.

“Dia hanya tidak tahu cara bersenang-senang, Ethan. Kenapa kau tidak memahaminya?”

“Apakah aku harus?”

Mano terdiam, sesaat berpikir dan memberikan gelengan lalu tertawa dengan kencang karena Ethan memang tak punya hati.

“Oke. Aku tahu apa yang kau inginkan,” ucap Mano kemudian setelah tawanya berhenti.

Ethan tak mengangguk. Pikirannya masih dipenuhi tentang klinik sialan itu dan Cara. Juga apa yang dilakukan Zevan sehingga perlu melenyapkan semua bukti seserius itu. “Dan aku tahu apa yang harus kulakukan sebelum mereka tahu.”

“Ah, Ethan. Bukankah ada cara untuk mengetahui apakah dia pernah melahirkan atau tidak? Setidaknya jika kau curiga keguguran itu benar-benar terjadi atau tidak.”

Ethan seketika tersadar. Seringai licik naik dengan perlahan.

*** 

Cara tak percaya Ethan benar-benar akan membawanya ke rumah sakit untuk melakukan kontrasepsi. Yang artinya pria itu tak berniat berhenti melecehkan tubuhnya. Pun begitu, setidaknya ia tak perlu mengulang apa yang pernah terjadi di antara mereka. Sebuah kehamilan.

Cara menelan ketakutannya saat keduanya sampai di depan pintu ruangan dokter kandungan. Pengalamannya tak pernah baik saat berkunjung ke tempat semacam ini. Terhitung ketika Ethan menyeretnya ke tempat ini untuk memastikan kebohongan Zevan.

“Masuk.” Ethan menarik lengan Cara, memberi jalan bagi wanita itu untuk masuk lebih dulu.

Cara tak tahu tentang kontrasepi. Dan dengan keegoisan Ethan, ia tahu pria itu tak ingin berepot-repot dengan hal semacam ini.

“Vasektomi?” Ethan menggeleng dengan mantap ketika dokter menjelaskan kontrasepsi dari pihak laki-laki. “Meski tidak sekarang, tentu saja aku masih ingin memiliki anak. Dan pelindung?” Ujung matanya melirik ke arah Cara dengan ketidak sukaan ketika membayangkan harus memakai benda itu ketika menyentuh istrinya. “Aku merasa terganggu dan kurang intim jika menyetubuhinya. Kesenangannya tak akan sempurna dengan halangan itu,” decaknya tak senang.

Wajah Cara seketika berubah merah padam dan permukaan wajahnya serasa dikuliti dengan jawaban Ethan yang kurang ajar tersebut. Seharusnya pria tak perlu meminta konsultasi tentang pencegahan kehamilan sebagai pasangan suami istri.

“Saya yang akan melakukannya,” ucap Cara dengan cepat. Sebelum pembicaraan menjadi semakin tak terkontrol. “Saya ingin IUD saja.”

“IUD?” Ethan memutar kepala. “Tidak. Aku tak ingin selama itu.”

“Apa maksudmu?”

Ethan tak menjawab, beralih pada sang dokter. “Aku ingin suntikan saja. Atau pil. Aku tak ingin yang bertahan lama.”

“A-apa maksudmu, Ethan? Kenapa kau yang harus menentukannya? Jika kau benar-benar tak ingin menghamiliki, bukankah kau hanya perlu menjauhiku.”

“Itu masalahnya. Aku masih butuh bersenang-senang dengan tubuh istriku.”

Cara tak lagi peduli dengan rasa malu akan keberadaan dokter dan perawat yang ada di ruangan ini tentang hubungan ranjang mereka.

“Dan lagi, kau yang tak ingin hamil. Bukan aku.”

“Kau ingin aku hamil?!”

Ethan terdiam, tampak mempertimbangkan.

“Jangan gila kau, Ethan!” sembur Cara dengan emosi. Yang langsung melompat berdiri hingga sang dokter dan perawat di depan mereka ikut terlonjak kaget. Ada seseorang yang berani meninggikan suara dan membentak seorang Ethan Anthony.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top