Tatapan Tak Biasa

Tentang jodoh, sebenarnya perihal ini telah diatur oleh Sang Pencipta, bahkan sebelum kau lahir. Jadi tak usah khawatir tak mempunyai jodoh, karena jodoh tak akan pernah tertukar.

–Kembalikan Hafalanku–

Brukkk!!

Mata Alya yang tadi hanya melihat jalanan dari halte karena akan menyebrang menuju gerbang terpaksa dialihkan ke sumber suara yang berada di sebelah kanan dekat gerbang sekolah, ralat lebih tepatnya depan gerbang sekolah.
Netranya menatap sesosok pria yang cukup asing baginya. Pria itu menunggangi motor ninja berwarna merah dengan helm yang berada di pergelangan tangan kiri yang telapak tangannya memegang stang. Rambut lelaki itu terlihat jelas acak-acakan, baju SMA yang dikenakannya jauh dari kata rapi, apalagi seragamnya dibiarkan keluar. Seperti ciri-ciri orang yang langganan dihukum.

Setelah beberapa detik melihat lelaki itu, matanya beralih ke ban yang menabrak gerbang sekolah karena tidak sepenuhnya terbuka.

Lelaki yang Alya tatap hanya diam, malah dia menatap Alya dengan tatapan yang tak biasa. Padahal Alya tak pernah mengenalnya, atau bisa jadi dia tak mengenalnya karena sifat tertutup yang dijunjung tinggi. Sifat yang tak mau tahu tentang orang lain. Benar-benar spesies langka di zaman yang semua orang ingin tahu.

Saat lelaki itu memandang Alya, gadis itu malah memandang balik. Namun, itu tak berlangsung lama karena dia langsung terdorong kembali ke dunia nyata. Alya langsung menunduk dan beristigfar beberapa kali dalam hati.

Setelah merasa cukup beristigfar, Alya mulai fokus pada jalanan yang akan disebranginya. Dan mulai menyebrang saat jalanan mulai aman.

***

Ritual Senin adalah kegiatan yang paling malas dilakukan bagi anak-anak yang tak mau disiplin, apalagi dengan pembina yang memberi petuah terlalu lama. Ketika ada yang merasa malas, pasti ada sebagian orang yang merasa senang. Karena alasan bisa berjemur di sela-sela aktivitas yang belum memuncak, atau bahkan senang karena sedang menatap orang yang diincarnya untuk dijadikan pacar. Sepertinya lebih banyak kemungkinan pada opsi kedua.

Alya, yang tadinya hanya memperhatikan pembina upacara sedang memberikan petuah mulai terusik dengan pandangan seseorang yang entah siapa. Merasa terusik, Alya menoleh ke arah seseorang yang menatapnya. Dia mulai terkejut saat matanya bertemu dengan orang itu, apalagi orang itu adalah orang yang tadi lihat di depan gerbang sekolah. Lelaki anonim –karena tak terdapat badge name yang melekat– yang menatapnya tak biasa.

Keduanya hanya saling tatap dari jarak yang cukup jauh, lelaki anonim itu malah melemparkan senyuman yang cukup manis pada Alya. Alya hanya bisa tersenyum canggung untuk membalas senyuman dia, lantas gadis itu langsung tertunduk dan langsung beristigfar dalam hati karena dia sadar akan kesalahan yang dibuatnya sendiri. Zina pandangan. Tak lama dari itu, pembina upacara langsung merampungkan petuahnya.

***

Murojaah atau mengulang hafalan Alquran adalah rutinitas yang sangat penting bagi seorang hafidz atau hafidzah agar hafalannya tetap terjaga dalam dada, bahkan agar ayat-ayatnya terus melekat sampai raga tak bersatu lagi dengan nyawa.

Begitu pun dengan Alya Adriana Salsabila yang sedang terduduk di masjid setelah melaksanakan salat duha pada waktu istirahat. Statusnya sebagai hafidzah yang membuat dia harus selalu meluangkan waktu untuk murojaah jika ingin hafalan tetap terjaga. Murojaah terkadang sulit untuk dilakukan, bahkan murojaah lebih sulit daripada menghafal. Karena murojaah adalah mengulang apa yang pernah dihafal. Jika tak murojaah, akibat fatal bisa menyerang para hafidz ataupun hafidzah. Akibat fatal yang paling utama adalah lupa, lupa akan ayat-ayat yang selama ini berusaha untuk dihafal dengan susah payah dan akan bisa lupa dalam durasi waktu yang tak lama karena melaksanakan perbuatan maksiat.

"Ha Mim." Mulutnya setelah membaca bismillah langsung membaca awalan surah ke-40 atau surah Ghafir yang berada di juz dua puluh empat. Sedangkan tangannya memegang Alquran yang berfungsi sebagai pencegah agar dia tak benar-benar lupa jika tiba-tiba dia kehilangan konsentrasi. 

Mulutnya langsung bergerak melantunkan ayat berikutnya, sampai akhirnya mulut dia berhenti pada ayat 19.

"Ya'lamu ...."

"Ya'lamu ...." Mulutnya terus berkata awalan ayat 19.  Konsentrasi tiba-tiba pecah. Rasa khawatir kehilangan ayat suci Alquran mulai menghinggapi dada. Bahkan setelah Alya mencoba mengingat-ingat sampai lima belas kali pun, dia masih belum ingat, jika dia hafal beserta artinya, dia akan lebih mudah untuk mengulang. Sebelum mencapai percobaan yang kedua puluh, dia tak akan membuka Alquran. Padahal jika Alya membuka surah Ghafir dan melihat arti ayat tersebut dia akan mengerti bahwa ayat 19 yang memiliki arti, "Dia mengetahui (pandangan mata) yang khianat, dan apa yang tersembunyi dalam dada." 

Apalagi jika Alya melihat catatan kakinya yang tertulis, "Pandangan kepada hal-hal yang terlarang seperti memandang kepada perempuan atau lelaki yang bukan mahram."

Ayat ini semacam menampar secara halus tentang kesalahannya lewat ayat yang akan dimurojaahkan. Allah benar-benar maha baik, dia selalu memberi teguran pada hambanya yang mulai menyimpang agar kembali lagi pada jalan-Nya, hanya saja tak sedikit manusia yang tak menyadari kasih sayang Allah yang begitu besar.

Setelah mulai ingat, Alya mengira bahwa konsentrasinya hilang karena belum sarapan, karena itu dia memutuskan untuk pergi ke kantin. Padahal nyatanya perut yang kosong mampu menambah konsentrasi, jika berpendapat saat perut kosong pun akan lebih gampang tanpa harus ambigu terlebih dahulu. Benar, terkadang manusia tak sadar dengan apa yang Allah tegur dengan cara perlahan, bukannya ingat akan kesalahan, mereka malah semakin ingkar dan semakin mencintai dunia yang fana bagai fatamorgana ini.

Setelah berhasil murojaah sampai ayat dua puluh, akhirnya Alya memutuskan untuk ke kantin setelah selesai menyimpan mukena dan Alquran. Sebenarnya, rekor Alya murojaah di sekolah tak pernah dua puluh ayat, malah dia selalu lebih. Tapi entah kenapa sekarang dia hanya murojaah tak cukup lama apalagi karena ada ayat yang lupa hingga membuat dia terus berusaha untuk konsentrasi.

***

Alya langsung pergi kembali ke kelas sehabis membeli jajanan untuk dimakan. Dia lebih memilih makan di kelas, lagipula dia tak memiliki teman dekat di SMA alasannya karena dia introvert dan karena dia tidak ingin sahabat-sahabat sewaktu SMP-nya tidak terlupakan.
Suasana kelas seperti tak bernyawa karena semu penghuninya sedang menghabiskan waktu istirahat.

Saat Alya sedang minum air mineral yang dibawanya dari rumah, datanglah seorang perempuan yang satu kelas dengannya. Perempuan itu adalah Dinda, yang dapet julukan bad girl di kelas Alya. Bukannya ke kursinya, Dinda malah duduk di samping Alya yang masih minum. Alya menatapnya kaku, karena sebelumnya belum ada yang duduk di sampingnya.

"Hai?"
Alya menatap dengan kaku pada Dinda yang barusan menyapanya.

"Hai!" Alya tersenyum canggung ke arah Dinda untuk membalas membalas.

"Lo gak istirahat?" tanyanya tiba-tiba.

"A-aku istirahat kok," jawab Alya terbata. Dia benar-benar merasa canggung jika harus berbicara dengan orang tak terlalu dikenalnya, apalagi dia sekarang sedang berhadapan dengan bad girl kelas yang hobi banget langgar peraturan.

"Oh, gitu." Dinda tersenyum cukup manis, "biasa aja kali bicaranya, gue gak bakalan makan lo kok."

Alya hanya tersenyum menanggapi ucapan Dinda.

"Eh iya, lo tau gak sama si Arham?"

Alya hanya bisa menggeleng. Dia tidak tahu siapa itu Arham. Namanya memang terkenal di seantero sekolah, karena dia selalu membuat ulah yang pastinya menjadi murid yang selalu bosan dilihat guru, tapi sayangnya Alya tidak tahu siapa Arham lagipula Alya tak ingin mencari tahu.

"Itu yang tadi saling tatap sama lo pas upacara. Itu namanya Arham," ucap Dinda memberi tahu.

Alya sedikit terkejut mendengar penuturan Dinda tentang Arham yang tadi saling tatap dengan dirinya. Bagai-mana tak terkejut, Alya yang tertutup tadi bertatapan dengan siswa yang selalu buat onar. Pantas saja penampilannya tidak mencerminkan kepribadian yang baik, pikirnya dengan melupakan bahwa cover bisa jadi tidak sama dengan isi.

"Kenapa kamu tau?" Alya masih menyisakan ekspresi terkejutnya, tapi ini lebih sedikit.

"Dia kan temen gue yang sama-sama suka dihukum." Dinda menampakkan senyumnya, "oh, iya, dia suka sama lo!"

Lagi-lagi ucapan Dinda membuat Alya terkejut. Malah sekarang dia terkejut melebihi terkejutnya yang tadi.

"Kok bisa? Kenapa dia suka sama aku?"

"Bisalah, dia kan selalu liatin gerak-gerik lo. Tanya aja ke dia alasan dia suka sama lo, gue gak mau kasih tau soalnya!" Dinda tertawa renyah yang dibalas senyuman oleh Alya.

"Kalo dia nembak lo, lo bakalan terima dia nggak?" Alya kembali dibuat terkejut dengan pertanyaan Dinda, malah sekarang dia tak berkedip.

"Kenapa emangnya harus diterima? Terus gimana hafalan aku?" tanyanya dengan ekspresi penuh tanda tanya.

"Si Arham itu kan bad boy, Al, dan lo cewek baik-baik. Siapa tau lo bisa ubah dia buat jadi orang yang lebih baik. Lo bisa jadi kan perantara dia dapet hidayah. Lagian gak ada salahnya juga buat pacaran, kan biar lebih deket juga saling tau sifat satu sama lain sebelum ke jenjang yang lebih serius. Pacaran juga kan buat kita kenal cocok atau enggaknya kita sama orang itu." Alya mengangguk mendengar ucapan Dinda yang ada benarnya.

"Hafalan lo gak bakalan rusak kok! Lo kan ingatannya kuat!" Alya tersenyum lalu mengangguk, "lagian si Arham gak jahat kok, dia bakalan ingetin lo buat murojaah, malah sekarang sebelum murojaah lo bakalan ada yang kasih semangat!"

Alya menatap Dinda setengah tak percaya.

"Beneran, gue gak bohong! Cowok kaya si Arham itu bisa ingetin lo dan kasih semangat sebelum murojaah. Lo gak bakalan nyesel kok pacaran! Lagian ini kan masih masa-masa SMA, masa di mana sedang maraknya murid yang memilih pacaran untuk membuat masa sekarang lebih berwarna," jelas Dinda yang membuat Alya manggut-manggut lagi.

"Terus kalo si Arham nembak lo, lo bakalan terima dia nggak?"

Alya hanya diam.

Kira-kira si Alya bakalan nerima nggak, ya? Ayo, coba tebak!

Dewi Maharani
Bandung, 07 Agustus 2019.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top