33

Bab 33

Dan segala sesuatu Kami ciptakan berpasang-pasangan agar kamu mengingat (kebesaran Allah).
(QS. Az Zariyat: 49)

"Why me? Why me? Why me, Ooooom?!" Suara Omar memenuhi seisi rumah.

Arsa berhenti mengepel lantai dan menoleh ke arah dapur. Dia mendesah. Kedamaian adalah harapan yang jauh dari mata saat Omar masih terjaga.

"Oooom, it's unfair!" lolong Omar.

Arsa tersenyum tipis. "You must do it," sahut Arsa kalem. Dia kembali mengepel lantai.

"I don't like washy washy sawi. Why I chose sawi? I don't like sawi." Omar terus mengeluh dari balik dapur.

Omar memiliki tugas kelas, yaitu membersihkan sayuran yang dipanennya dan memasaknya bersama keluarga. Pagi ini dia sedang mengerjakan tugas tersebut dan Arsa membersihkan rumah. Bukan kali ini Omar membersihkan panen yang diperoleh dari sekolah. Hampir tiap sebulan sekali, Omar membawa hasil panen kecil-kecilan dari sekolah. Namun Omar tidak menyukai aktivitas membersihkan sayuran kali ini.

"Miss Gendis cerita, kamu pilih memanen sawi untuk dimasak sama Indomie." Arsa berjongkok. Dia mengarahkan pel ke kolong meja.

"But we don't have any Indomie. Don't you have money? Buy some dong."

Arsa berpaling. Ada kaget yang berganti geli terlihat di ekspresinya. Omar selalu tahu caranya membuat orang kesal sekaligus ingin tertawa.

"Kita bisa beli Indomie di warung Baba," Arsa menawarkan.

"Minimarket aja!" sahut Omar.

"Oke." Arsa tidak akan heran jika Omar merengek minta dibelikan es krim begitu mereka sampai di minimarket. Itu sebabnya Omar enggan diajak belanja ke warung Baba yang tidak menjual es krim kesukaannya.

"Oooom."

"Ya?" Arsa telah selesai mengepel ruang keluarga. Dia mengangkat ember dan menenteng pel ke dapur.

Omar menoleh saat Arsa masuk dapur. Anak itu berdiri di atas tangga kecil yang memiliki dua anak tangga yang membantunya berdiri di depan sink. Dia juga mengenakan apron lucu bergambar karakter Paw Patrol dari bahan anti air.

"My school takes too much money. Oliver said, his mom cannot buy robot toy because school pay."

"School fee," koreksi Arsa.

"Yes." Omar berhenti mencuci sayurannya. Dia berbalik badan sepenuhnya untuk melanjutkan cerita. "Are you poor because school fee?"

"Kenapa kamu mikir Om miskin karena biaya sekolah kamu?" Arsa menepikan ember dan pel ke dekat pintu. Dia mendekati Omar.

"Kan, school fee too expensive."

Seperti perkiraan Arsa, Omar menutup lubang saluran dan membuat sink dipenuhi air. Sawi yang dicucinya terlihat seperti sedang bermain air. Arsa menarik sumbat pada sink. Air mengalir turun. Dia mengambil sawi ke baskom peniris.

"Om masih bisa bayar school fee kamu. Om juga masih bisa belikan mainan asal harganya nggak terlalu mahal."

"Nah, kan!" Omar melipat tangan di depan dada. Bibirnya manyun diikuti alisnya yang menukik tajam. "You're not rich."

"Kita masih berkecukupan, Omar. Kita punya rumah yang nyaman. Mobil untuk pergi ke mana-mana. Dan yang paling penting, kita sehat."

"But we never go to Bahamas, Hawaii, France, Belanda, Japan, or Disneyland," keluh Omar.

Semua sawi sudah masuk baskom. Arsa meletakan baskom itu untuk menghadap Omar. "Kamu mau ke sana?"

"Mau!" Mata Omar berkaca-kaca. "My friends wanna go to luar Indonesia. Even the girls. They wanna go to Australia."

Situasi ini pernah dibayangkan Arsa. Saat-saat di mana Omar menginginkan yang sama dengan teman-temannya. Jika Omar menginginkan mainan, Arsa masih bisa mengusahakan. Sementara liburan ke luar negeri seperti yang dilakukan teman-temannya saat libur sekolah tiba adalah hal yang sulit baginya. Sebagai pekerja kantoran dan bekerja dalam proyek dengan batas waktu tertentu, Arsa perlu mengajukan cuti dari jauh-jauh hari. Selain itu, tentu saja dia harus memikirkan kondisi Omar. Bepergian bersama anak kecil sudah pasti berbeda dengan wisata sendiri.

"Gimana kalau kita liburan ke-"

"SWEDEN!"

Arsa mengernyit. "Kenapa Sweden?"

"I wanna see aurora." Wajah Omar kembali ceria. Dia meletakan kedua tangannya di atas kepala. "And moose."

"Kamu yakin moose ada di Sweden?"

"Ada dong. Ya! Ya! Ya! Kita ke Sweden. Ya?"

Mendapati tatapan penuh kelip-kelip harapan, Arsa luluh. Dia begitu menyayangi Omar sampai-sampai tidak tega mematahkan keinginan anak itu.

"Kayaknya Om harus nabung dulu. Sweden tuh ada di mana sih? Kayaknya jauh deh."

"It's in Europe. Aku tahu jalannya," kata Omar dengan percaya diri.

"Tahu jalannya? Sungguh?" Arsa mengulum tawanya. Anak kecil ini belum pernah ke luar negeri. Paspor pun belum punya. Besar sekali khayalannya hingga yakin tahu jalan ke Swedia.

"Iya dong. Kita telepon agent yang jalan-jalan. Nanti kita tahu jalan ke Sweden."

Duh, Omar. Memang bakatnya membuat orang terpingkal-pingkal.

Bunyi bel mengalihkan mereka. Omar melompat, lalu berlari keluar.

Arsa mengikuti sambil mengingatkan untuk berhati-hati.

"Kak Asi!" seru Omar. Dia membukakan gerbang supaya Asiyah bisa masuk.

Arsa termangu di teras. Dia berhasil berkelit dari pertanyaan Asiyah semalam dan pagi ini Asiyah sudah bertandang ke rumahnya.

Haruskah dia senang?

"Assalamualaikum," sapa Asiyah.

"Waalaikumsalam." Arsa melirik bungkusan di tangan Asiyah. Dia menduga bungkusan itulah alasan kedatangan Asiyah.

"Aku bawa titipan Ibu buat kamu dan Omar." Asiyah mengangkat kantong plastik hitam itu.

"Nyaik ngasih makanan lagi?" Omar merentangkan tangannya.

Asiyah menyerahkan bungkusan itu pada Omar yang langsung berujar, "Please say my thanks to Nyaik."

"Iya."

"Yippy yeah!" Omar masuk ke rumah dengan gembira.

"Jalannya hati-hati. Om baru pel lantainya," Arsa memperingatkan.

"Kamu ngepel sendiri?" Asiyah memanjangkan leher untuk mengintip suasana dalam rumah.

"Omar belum aku percaya untuk ngepel rumah." Arsa meneliti Asiyah sok serius. "Atau kamu mau bersih-bersih rumahku?"

"Kalau kamu butuh bantuan, aku mau saja bantu bersih-bersih."

Arsa menggeleng. Asiyah salah menangkap gurauannya. Bisa-bisa Asiyah serius ingin membersihkan rumahnya. "Aku masih bisa bersih-bersih sendiri."

"Memangnya nggak capek? Akhir pekan bukannya istirahat, malah bersih-bersih rumah."

"Setiap hari aku menyapu dan mengepel, kalau akhir pekan aku nggak bersih-bersih dengan dalih ingin istirahat, aku sendiri yang menikmati rumah kotor. Istirahatku nggak akan terasa menyenangkan."

"Makanya cari istri," canda Asiyah.

Arsa tertawa pelan. "Masak aku cari istri untuk membantu bersih-bersih rumah. Salah banget niat pernikahannya."

"Dengar kamu ngomongin pernikahan kayak gini, bikin aku mikir kamu pasti sudah punya persiapan ke sana."

Arsa bersiap kabur. Asiyah akan menggoyahkan nalarnya jika pertanyaannya berputar pada jodoh dan pernikahan. Tanpa perempuan itu ketahui, dia seperti mengayunkan ikan segar di hadapan kucing kelaparan.

"Aku belum selesai ngepel," dalih Arsa.

"Kamu nyuruh aku pulang semalam karena kamu nggak mau jawab pertanyaan aku soal jodoh kamu. Sekarang, kamu kabur lagi."

Arsa batal memutar tumitnya. Dia berbalik menghadap Asiyah bersama pertanyaan mengapa Asiyah begitu penasaran dengan pernikahan dan jodohnya.

"Pertanyaan kamu semalam itu nggak perlu dijawab, Asiyah," kata Arsa. Dia mengalah. Dia menanggapi Asiyah dengan serius.

"Kamu nggak pernah kepikiran sama jodoh kamu? Apa karena kamu cowok?"

Arsa menyandarkan punggung pada kusen pintu. Dia menyatukan tangannya di belakang badan, menahan gemas pada rasa penasaran Asiyah. "Memikirkan jodoh sama seperti meragukan Allah. Kita sudah diajarkan bahwa jodoh, rezeki, dan maut sudah disiapkan oleh Allah. Dicatat di lauhul mahfudz. Selembar daun yang jatuh ke bumi saja sudah ditetapkan oleh Allah. Buat apa lagi mempertanyakan jodoh."

Asiyah menunduk. Ujung sandal sebelah kanannya diketuk-ketuk ke lantai. Arsa memperhatikan ekspresi Asiyah yang berubah. Dia tidak tahu apa yang dipikirkan perempuan itu, tapi instingnya menilai ada hal tidak mengenakan yang mengganggu pikiran perempuan berhijab itu.

+++

♥Notes♥

Allah SWT telah menetapkan segala sesuatu kepada setiap insan manusia. Sejak manusia itu masih dalam kandungan, Allah SWT telah menetapkan jodoh, rezeki, hingga mautnya di lauhul mahfudz. 

Apa itu lauhul mahfudz?
Lauhul mahfudz adalah kitab dimana Allah SWT mencatat seluruh kejadian di alam semesta. Contohnya kayak yang Arsa bilang, daun jatuh pun sudah dicatat di situ.

Allah SWT sudah menyatakan di surat Az Zariyat 49 bahwa segala sesuatu diciptakan berpasang-pasangan. 

Nah, buat kamu yang masih lajang slash jomlo, jangan khawatir dengan yang namanya jodoh. Allah SWT sudah menyiapkan yang terbaik buat kamu. Yuk berprasangka baik terhadap ketetapan Allah, Insya Allah kebaikan yang datang ke kita semua. Aamiin.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top