2

. . . وَاَسْبَغَ عَلَيْكُمْ نِعَمَهٗ ظَاهِرَةً وَّبَاطِنَةً. . .
"... Dan dia menyempurnakan untukmu nikmat-Nya lahir dan bathin..." (QS. Luqman: 20)

Langit masih gelap saat lampu-lampu di rumah dua lantai itu dinyalakan. Masjid masih menyenandungkan sholawat tarhim sebelum azan Subuh, akan tetapi suara keributan samar-samar terdengar dari salah satu kamar di lantai dua.

"Wake up, Omar!" Seorang pemuda mengguncang lagi badan di balik selimut tebal bermotif Paw Patrol.

"Five more minutes please," suara gumaman menjawab dari balik selimut.

"Bangun, ah. Sudah mau Subuh nih. Kamu mau ikut sholat, nggak? Om tinggal di rumah sendirian, ya." Pemuda itu belum berhenti membangunkan.

"Om Acha nih!" Sosok mungil muncul dari balik selimut. Bibirnya manyun karena dipaksa bangun saat sedang nikmat-nikmatnya tidur.

"Yaudah, tidur lagi aja. Om tinggal kamu di rumah sendirian." Pemuda itu, Arsa, bangkit berdiri. Dia sengaja mengancam Omar agar segera bangun.

"Jangan tinggalin aku. It's a crime to leave a child alone at home." Omar mulai mengeluarkan serangan.

"I'd rather leave you than I'm hated by Allah. Bangun, mandi, terus kita ke masjid." Arsa bertolak pinggang menunjukkan dominasinya atas Omar.

"Kapan sih Ustad Udin holiday sholat? Sholat Subuh jamaah mulu," keluh Omar sembari melompat turun dari kasur menuju kamar mandi di dalam kamarnya.

"Ustad Udin holiday sholat kalau udah meninggal. Kamu mau holiday sholat juga?" Arsa sengaja membalas keluhan Omar dengan kalimat candaan yang sebenarnya serius.

"You're not funny, Om," kata Omar. Dia melongokan kepalanya dari balik pintu kamar mandi. Bibirnya masih manyun dan alisnya ditekuk.

Arsa hanya angkat bahu, nggak peduli. Yang terpenting keponakannya berangkat sholat berjamaah bersamanya. Arsa segera ke lemari dua pintu yang bergambar Paw Patrol untuk mengambil pakaian ganti Omar.

Saat hendak menarik baju koko biru muda dari tumpukan paling atas baju koko, Omar kembali melongokan kepala dan berkata, "Om, aku mau pakai baju koko green dan sarung gambar Rocky."

Arsa yakin dia melongo mendengar apa yang disebutkan Omar.

"Siapa Rocky?" tanya Arsa.

"Oh no! Rocky is Paw Patrol! You must know Rocky." Omar mendesah di akhir ucapannya, seolah lelah menjelaskan siapa Rocky adalah kesalahan besar Arsa yang harus dia tanggung. Kemudian anak itu menutup pintu kamar mandi.

Arsa yakin milyaran manusia tidak mengetahui siapa Rocky Paw Patrol. Bahkan Arsa yang dua tahun ini bosan pada lemari, wallpaper, dan selimut Paw Patrol di kamar Omar pun tidak tahu yang mana Rocky di antara kelompok anjing itu.

ーoー

Sholat jamaah masih terdiri dari dua saf yang kebanyakan diisi pria di usia lanjut. Setelah selesai sholat dan doa, mereka biasa melanjutkan dengan berzikir bersama. Arsa dan Omar tidak bisa mengikuti zikir karena diburu waktu untuk berangkat.

"Kamu ke tempat Nyai Atun beli sarapan. Om panasin mobil. Bisa sendiri, kan?" Arsa bertanya di tengah jalan mereka kembali ke rumah.

"Bisa dong. Aku mau beli tempe goreng."

"Kalau ada lontong sayur, Om mau ya."

"Oke deh." Omar membungkukan badan tiba-tiba. "Ayo kita lomba lari, Om. Siapa yang duluan sampai rumah?"

"Siapa takut!" Arsa ikut membungkukan badan.

Omar melirik Arsa penuh kepercayaan diri. "Ready! Set!" Omar berlari sembari berteriak, "GO!"

"Hei, kamu mulai duluan!" Arsa berlari mengejar.

"Your legs are longer than mine. I must run first." Omar memberikan alasan tanpa berhenti berlari. Rambut jamurnya tertiup angin, terbelah menjadi dua menampakan dahinya yang putih.

Arsa sengaja berlari ringan, membiarkan Omar menikmati lomba kecil-kecilan mereka dan mencicip sedikit kemenangan dari mengalahkannya. Dia senang melihat bagaimana wajah Omar memerah akibat campuran lelah dan bahagia tiap usai berlomba, atau bagaimana rambut jamur Omar yang acak-acakan.

Sedikit lagi mencapai rumah, Arsa menaikan tempo berlarinya menyebabkan Omar panik dan lari semakin kencang. Arsa terkekeh melihat jiwa kompetitif Omar yang ogah kalah.

"I win!" seru Omar di depan gerbang rumah mereka. Anak jamur itu sampai melompat-lompat kegirangan.

Arsa mengulum senyum geli, lalu segera menggantinya dengan wajah kesal. "Kamu cepat banget," keluh Arsa pura-pura.

"Aku kan sering nonton Paw Patrol makanya lari aku cepat seperti Marshall," balas Omar.

Siapa lagi Marshall? Arsa hanya bisa menggeleng sembari membuka gerbang.

Omar berlari ke rumah. Dalam perjanjian antara dua pria di rumah ini, yakni Omar dan Arsa, kalau salah satu memegang kunci gerbang maka yang lain berhak memegang kunci rumah. Tentu perjanjian itu membuat Arsa tercengang. Hanya Omar yang beranggapan ada dua pria dalam rumah ini, di saat semua orang berpikir hanya ada satu pria dan satu anak laki-laki. Lagi-lagi, Arsa mengikuti mau Omar, walau hatinya geli mendengar ide anak kecil itu.

Omar berkali-kali memutar kunci pada lubang, tapi terus-terusan gagal membuka pintu. "What's wrong with you?" Omar berdecak.

"Nothing's wrong. Try again. Do it slowly." Arsa berjongkok dekat Omar dan memberikan instruksi untuk membuka pintu. Setelah tiga kali usaha pantang menyerah, Omar berhasil membuka pintu.

Omar melesat ke dalam rumah, meninggalkan anak kunci masih terpasang di pintu. Arsa mendesah melihat kelakuan Omar. Dia yang mengambil anak kunci itu dan menggantungnya di tempat seharusnya, dekat ruang keluarga.

Arsa tak mau ketinggalan menyiapkan pagi mereka. Dia mengeluarkan mobil dari garasi dan memanaskannya.

Omar lewat saat Arsa sedang memeriksa kondisi ban. Tangan kecilnya membawa tas bekal. Omar dan Arsa langganan nasi uduk yang dijual di sebelah rumah. Omar juga sudah biasa pergi ke sana sendirian karena jaraknya yang terjangkau mata.

"Kamu siapa?"

Suara Omar di sebelah rumah membuat Arsa panik. Dengan siapa Omar sedang berbicara? Arsa segera meninggalkan kegiatannya menyiram tanaman yang disambi memanaskan mobil. Dia berlari ke luar. Langkahnya lantas membeku kala melihat siapa yang sedang berdiri di hadapan Omar saat ini.

"Aku? Aku Asiyah. Adik kecil siapa?" jawab perempuan ayu dalam balutan kerudung sederhana yang disampir ke bahu asal-asalan.

Asiyah.

Bagaimana bisa nama itu kembali mengguncang dunianya?

Arsa mundur perlahan, menyembunyikan diri di balik gerbang. Baik raga maupun akalnya tak kuasa menahan detak jantung yang kembali memburu akibat kembalinya perempuan itu.

"You're Nyai's daughter!"

Seruan Omar yang ceria menyentak Arsa sepenuhnya. Dia tidak sedang berkhayal bahwa Asiyah di sini. Namun Asiyah memang kembali untuk tinggal bersama di rumah Bu Atun yang berada tepat di sebelah rumahnya.

Arsa meremas rambutnya, menyalurkan geram yang mendadak bergumul dalam hati. Kenapa sekarang sih? pikirnya.

Dia tidak bisa berdiam di sana lebih lama, ada deretan pekerjaan yang harus dia selesaikan kalau tidak ingin terlambat. Arsa mengintip lagi sebelah rumah, lalu menghela napas lega, Asiyah sudah menghilang dari pandangan.

"You know, Nyai's daughter lives back here," kata Omar begitu pulang dari rumah sebelah.

"Oya?" Arsa menahan suaranya datar.

"Yes. She's good and she can speak English as we do. Do you think she likes cucumber as we do?" Omar menyerahkan tas bekalnya yang langsung dirapikan Arsa.

"Perhaps. I dunno." Arsa sudah selesai membereskan tas sekolah Omar dan tas kerjanya, memisahkan bekal Omar dan bekal sarapannya. Arsa segera membuka baju koko Omar, lalu mengelap badan Omar menggunakan tisu basah bayi agar segar dan dioleskan losion.

"I guess she likes me. She talks lots. But, you know, we can not talk too much. We must go to school. Traffic is bad. Tomorrow I talk to her again. She must be happy." Omar terus mengoceh, sementara Arsa memakaikannya seragam sekolah dan menempelkan stiker anti nyamuk.

Arsa tidak bisa menjawab lebih banyak cerita Omar mengenai Asiyah. Dia masih belum bisa mengatasi debaran di dadanya.

###

06/05/2020

Aku rencananya update tiap sahur 😂 ternyata hari ini aku gak sahur.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top