Kemalaman
30 Oktober 2000
Hari itu Elly mendesah. Berkali-kali ia mondar-mandir di depan halte. Tak ada satupun angkot yang lewat. Jam sudah menunjukkan pukul 21.00. Angkot-angkot sudah tak beroperasi lagi jam segitu. Sebenarnya ada alternatif untuk naik taksi atau ojek. Tetapi dua angkutan itu tak terlihat sama sekali. Sialnya ia tak punya pulsa untuk menelpon orang tuanya, mana batterynya nyaris habis.
Seharusnya ia menerima ajakan teman-temannya untuk pulang bareng tadi. Hanya saja kebetulan tadi kebanyakan cowok. Hari ini tak ada satupun cewek yang ikut bimbingan belajar kecuali dirinya. Dia tak mau nanti terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. Sebagai primadona di sekolah, gosip cepat sekali menyebar. Ia tak mau dikatakan dekat dengan salah satu dari teman bimbelnya hanya gara-gara diantar pulang.
Malam itu entah kenapa terasa lebih dingin dari biasanya. Padahal tak ada tanda-tanda hujan akan turun. Saat kebingungan beruntunglah handphone NOKIA N-3315 miliknya berbunyi. Ternyata dari mamanya.
"Halo, Ma?" sapa Elly.
"Elly, sudah sampai mana koq belum pulang? Biasanya jam segini sudah di rumah?" tanya mamanya.
"Entah ma, nggak ada angkot. Panggilin ojek dong ma. Mana pulsaku habis lagi, please!" pinta Elly.
"Ya sudah, tunggu saja ya. Mama mau minta Mang Udin untuk jemput," ucap mamanya.
"Ah, syukurlah. Iya ma, cepetan yah!?"
Telepon ditutup. Bukan, bukan ditutup melainkan batterynya habis. Elly merasa lega. Sebab, sebentar lagi jemputannya akan datang. Mang Udin adalah tetangganya yang berprofesi sebagai tukang ojek dan biasanya mangkal di pasar.
Tak sampai lima menit kemudian ada pengendara sepeda motor yang menghampirinya. Elly sangat senang saat orang itu menghampirinya. Mang Uding langsung menyerahkan helm kepada Elly. Segera saja Elly menerima helm tersebut lalu tak berapa lama kemudian mereka sudah melaju di atas jalan raya.
"Koq cepet ya bang? Baru juga lima menit di telpon udah nyampe," ucap Elly.
"Iya neng, Mang Udin lagi di jalan tadi," kata Mang Udin datar.
Elly merasa agak aneh dengan Mang Udin. Tetapi, dia merasa lega sudah ada yang mengantarnya pulang. Akhirnya, tak berapa lama kemudian Elly sampai juga di depan rumahnya.
"Makasih ya, Mang," ucap Elly. Tak ada kata-kata lain dari Mang Udin. Orang itu kemudian pergi begitu saja setelah Elly mengembalikan helm yang dipakainya.
Gadis itu kemudian segera membuka pagar lalu masuk ke dalam rumah. Tampak Mamanya sudah ada di ruang tamu dengan perasaan cemas. Tampak dengan raut wajah pucat dia menggenggam gagang telepon.
"Nak, Elly?! Kamu nggak apa-apa?" segera mamanya meraba tubuh anaknya, memeriksa ada yang kurang atau cacat.
"Mama ini kenapa sih?" tanya Elly penasaran.
"Tadi setelah mama nelpon kamu, mama nelpon Mang Udin. Nah, setelah nyuruh Mang Udin itu mama lalu ditelpon oleh nomor teleponnya Mang Udin, dan ternyata yang nelpon polisi. Katanya pemilik handphonenya mengalami kecelakaan dan meninggal. Mama kira itu kamu nak!" jelas mamanya.
Elly menelan ludah. Tiba-tiba saja ia merinding. Keringat dingin mulai membasahi dahinya. Kalau Mang Udin tewas karena kecelakaan, lalu yang mengantar dia tadi siapa?
"Elly, memangnya tadi kamu Diantar Siapa?"
* * *
AN:
photo credit: Gabriel unsplash.com
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top