9. Datang Tak Diundang, Pulang Minta Ongkos
Vote dulu biar berkah. 555
.
.
.
Kreativitas anak Asrama nih. Parodi Into The Light!
-----------
"Mak, Jay berangkat dulu, ya!" teriak Jaylani yang tergesa-gesa menuruni tangga.
Cista berdecak melihat tingkah anak sulungnya yang semakin hari bukan semakin dewasa.
"Jay, kamu kan sudah dewasa. Harusnya, kasih contoh yang baik buat adik-adik kamu,"
"Iya, Mak." Jaylani memutar bola matanya malas.
Hal itu tentu saja membuat Cista geram, "Jay, gak sopan banget, sih!"
"Hmm,"
"Jaylani!" bentak Cista.
"Ah iya, maaf, Mak. Maafin Jay, Mak," Jaylani langsung menghampiri Cista dan memeluknya sebelum ibunya itu semakin murka.
"Pusing Emak tuh, Jay. Kamu gitu terus! Kamu mending kerja di kantor Bapak, deh,"
Jaylani selalu menolak bekerja di kantor Toro. Alasannya klasik, ingin mandiri. Dan pekerjaan di kantor bukan passionnya. Jay hanya ingin menjadi penyanyi. Namun, sampai sekarang, usahanya itu belum membuahkan hasil.
"Mak, Jay,"
Cista memotong pembicaraan Jaylani yang sudah tahu apa yang hendak putranya itu katakan. "Jay, apa salahanya nyoba? Daripada kamu gini terus? Lumayan kan sebelum kamu bisa sukses dengan cita-cita kamu,"
"Jay pikirin lagi ya, Mak," Jaylani tersenyum lebar hingga matanya tinggal segaris.
"Kok tumben, kamu gak pakai setelah hitam putih, Jay?"
Bukannya menjawab pertanyaan Cista, Jaylani malah tersenyum malu-malu.
"Lah, sehat, Jay?"
"Anu, Mak,"
"Anu?"
"Jay, mau ngapel," cicit Jaylani.
"Kerjaan belum punya, udah berani pacaran!"
"Emak baik, deh!" rayu Jaylani yang kembali memeluk Cista.
Apa daya, sebawel apapun Cista, ia tetap tak pernah menolak keinginan anak-anaknya.
"Jalan, deh,"
"Emak cantik. Jangan bilang Bapak dulu, ya,"
Cista menggeleng sambil tersenyum. Tetapi, senyumnya berangsur memudar mengingat waktu yang berjalan sangat cepat. Jaylani bahkan sudah terlihat serius pada hubungannya.
****
"Yuhu, Baby!!!" teriak Jaylani di depan sebuah rumah yang cukup besar.
"Hust, jangan berisik! Kamu kira rumahku di tengah hutan?" ujar perempuan yang baru saja membukakan pintu gerbang untuk Jaylani.
"Kangen," lirih Jaylani manja.
"Geli banget, Jay," perempuan itu memutar bola matanya.
Baru saja Jaylani hendak memeluk perempuan itu, suara bariton dari dalam rumah membuat Jaylani mengurungkan niatnya.
"Kanya! Jay sudah datang?"
"Sudah, Pa!" balas perempuan bernama Kanya itu.
"Gak ngerti deh, kenapa, Papa suka banget sama kamu. Padahal, kamu kan pengangguran!" decak Kanya yang memang kenal Jaylani dari papanya.
Alasannya, Jaylani pernah menolong papa Kanya saat mobilnya mogok. Namun, bukan hanya itu saja. Melainkan, papa Kanya adalah rekan bisnis Toro.
"Aku, kan tampan menawan, Sayang,"
"Sana masuk! Gombal terus!"
Walau sering marah-marah, bukan berarti Kanya tak cinta pada Jaylani. Hanya, ia kesal dengan tingkah Jaylani yang seenaknya. Harusnya, di umur Jaylani yang sekarang ini, ia harus memikirkan masa depan juga.
"Love you," ucap Jaylani sambil memajukan bibirnya sebelum berjalan mendahului Kanya.
"Cih," decak Kanya. Padahal, diam-diam ia tersenyum.
Setelah entah apa yang papa Kanya dan Jaylani bicarakan, lelaki paruh baya itu pamit dan meninggalkan Jaylani serta Kanya berdua. Sepertinya, ada udang dibalik bakwan.
"Yang,"
Kanya pura-pura tak mendengar panggilan Jaylani dan terus sibuk membolak-balikkan majalah dipangkuannya.
"Sayang, kamu kok budek sih?"
Pertanyaan Jaylani kali ini mengusik ketenangan Kanya, "Jay! Sembarangan aja!"
"Nah, gitu, Cintaku. Kalau dipanggil calon suami kamu yang ganteng ini nyaut," kekeh Jaylani.
Ia mencubit pipi Kanya yang tampak menggemaskan.
"Jangan pegang-pegang!"
Jaylani semakin gemas melihat Kanya yang merajuk. Ia lantas terus menggodanya.
Kanya tak habis pikir. Padahal, saat bertemu, ia dan Jaylani pasti bertengkar. Tapi, jika Jaylani tak datang ke rumahnya, ia pasti rindu. Ya, walaupun, Kanya tak pernah ingin menghubungi Jaylani terlebih dulu. Gengsinya selalu berjalan di depan.
Kanya berdeham menghilangkan rasa groginya, "Jay, cobain deh," ia menyerahkan toples berisi kue cokelat kesukaan Jaylani.
"Enak banget!" Jaylani memasukkan beberapa potong ke mulutnya.
"Aku yang buat," cicit Kanya.
"Mmm," Jaylani tak berhenti mengunyah.
Kanya senang akhirnya ia bisa membuat kue kesukaan Jaylani setelah gagal berkali-kali.
"Nya," panggil Jaylani dalam mode tidak menggombal.
"Iya,"
"Kayaknya, aku musti pulang, deh. Orang rumah udah ngehubungin, nih," Jaylani menunjukkan grup chat keluarganya agar Kanya percaya.
"Oke," jawab Kanya singkat. Yang dalam hatinya masih ingin berlama-lama dengan Jaylani.
Baru saja Kanya kembali duduk, Jaylani datang kembali. Kanya pikir, Jaylani tak jadi pulang.
"Sayang," jeda Jaylani. "Aku tadi cuma bawa ongkos buat ke sini," lanjutnya.
Kanya berdecak malas. Ternyata, Jaylani kembali hanya untuk meminta ongkos pulang.
"Dasar, Jaylangkung! Datang tak diundang, pulang minta ongkos!"
Jaylani hanya tertawa sambil mendaratkan kecupan singkat di pipi Kanya sebelum akhirnya berlari.
Dasar Jaylangkung! Eh, Jaylani.
Kayak ada manis-manisnya masa. Ehehe
Next ada Ex Series. Apa aja isinya? Stay ya! 😉
#SalamKetjupBasyah 😘💦
#authorterjomblosedunia
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top