6. Tri Si Penghabis Pasta Gigi

Masih ingat Third setelah lihat mulmed?
.
.
.

Gigimu melemahkanku!

--------------

"Mak, odol habis masa?" rengek Jaki pada Cista yang tengah sibuk dengan tanamannya.

Cista tak habis pikir, kenapa anak bungsunya itu hobi sekali merengek. Apapun yang dicarinya, ia pasti merengek. Entah, itu pada Cista, Toro atau kakak-kakaknya. Bahkan, lebih parah dari Jamyla.

"Cari yang bener, Jak. Emak sibuk nih. Kan biasanya di lemari dekat kamar mandi," jawab Cista.

"Emak syantik, kalo ada, Jaki gak bakal tanya,"

"Ha? Perasaan waktu beli banyak, deh.

"Ini, Jaki hampir telat, Mak. Aduh jorok banget, masa ke sekolah gak gosok gigi?"

"Salah siapa tidurnya malem banget? Kan kesiangan!"

Jaki hanya mendengus kesal meninggalkan Cista yang acuh tak acuh.

"Weh, Tri. Bagi odol ngapa! Curang banget masa. Orang-orang dibagi masing-masing satu, lo ngumpetin banyak sendiri!" teriakan Adul membuat Jaki berlari ke arah kamar Tri.

"Ada apa, Bang? Kebakaran?" tanya Jaki polos.

"Noh, Jak. Tri masa ngumpetin odol?"

"Ih, Bang Tri. Jaki nyari dari tadi tau! Udah telat nih! Mana bagi satu!" dengus Jaki kesal.

"Gak! Pasta gigi gue kan harus dua kali lipat dari kalian!" Tri tetap tak mau mengalah meski sudah ditodong Adul dan Jaki.

Jadi, rupanya Tri yang menyebabkan kekacauan pagi ini. Penyebab lenyapnya stok odol di rumah Keluarga Bangsul.

"Iya, Bang Tri. Kita tau kalo giginya Bang Tri semakin di depan. Tapi, ini demi kesejahteraan bersama, Bang." bujuk Jaki.

"Nah, Tri. Lo jangan egois dong!"

"Kok lo nyolot sih, Dul?"

"Ya, siapa suruh lo ngeselin? Tri, gue ada kelas pagi nih,"

"Bukan urusan gue, Dul. Ya lagian kenapa kalo gak gosok gigi?" tanya Tri enteng.

"Sembokiran ya bacot lo, Tri. Bisa jatuh pamor gue di depan Kuyang tersayang,"

Tri dan Jaki pura-pura menahan muntah mendengar ucapan Adul yang tengah bucin-bucinnya pada anak tetangga sebelah.

"Eh, gak usah belagak jijik lo pada! Bagi satu aja, Tri. Nanti, Emak beli lagi kok. Jangan pelit ih,"

"Gak! Sekali nggak, ya nggak!" Tri tetap teguh pada pendiriannya.

"MAAAK! NIH BANG TRI PELIT!" teriak Jaki melengking sampai membuat Adul dan Tri meringis menutup kuping.

"Dasar tukang ngadu!" dengus Tri sebal.

Jaki hanya menjulurkan lidahnya. Adul juga ikut meledek Tri saat mendengar langkah kaki Cista menuju lantai dua.

"Berisik aja nih bocah-bocah. Ada apa sih? Jaki nih, udah gede juga jangan segala Emak dong!" omel Cista.

Kini, giliran Tri yang mengolok-olok Jaki karena omelan Cista. Namun, hal itu tak berlangsung lama. Karena, Adul yang kini melontarkan pembelaan.

"Tri yang salah, Mak. Masa odol di rumah dia gondol semua?"

"Ha, gimana?" Cista masih belum menangkap maksud perkataan Adul.

"Tuh, Mak. Bang Tri melakukan korupsi odol di rumah kita," tunjuk Jaki pada laci lemari Tri.

"ASTAGA! TRI! KAMU MAU JUALAN PASTA GIGI? KELUARIN GAK? INI PAGI-PAGI KALIAN RUSUH SAMA PASTA GIGI. EMAK KAN PUSING. BISA-BISA EMAK KEGUGURAN!"

Tri, Adul dan Jaki menutup kupingnya.

"Apa? Emak hamil lagi? Jaki mau punya adik, Mak?" tanya Jaki antusias.

"HEH! EMAK CUMA MENGUMPAMAKAN!" bentak Cista lagi.

"Tri, pasta giginya kasih Adul sama Jaki juga. Terus, balikin stok ke tempatnya. Kamu cemilin pasta gigi, Tri?"

"Tapi, Mak,"

"Tapi, tapi. Mak aduin Bapak, uang jajan kamu bisa-bisa di cancel setahun."

"Ampun, Mak. Tapi," elak Tri lagi. "Tri kan butuh pasta gigi lebih banyak dari penghuni rumah ini," cicit Tri dengan suara yang lebih kecil.

"Tapi, Tri, kamu harusnya ngertiin orang lain juga. Belajar jangan egois, Nak. Emak tau, kalau kamu dianugerahi gigi yang lebih dari saudara kamu yang lain,"

Tri mengangguk mendengar nasehat Cista. Kemudian, dengan langkah gontai, Tri mengambil pasta gigi yang ia simpan. Kemudian, dengan berat hati, ia menyerahkannya pada Jaki dan Adul.

"Gigimu melemahkanku," ledek Jaki dan Adul sambil keluar dari kamar Tri.

Cista hanya geleng-geleng kepala melihat tingkah anak-anaknya yang lagi-lagi membuatnya pusing tujuh keliling.

****

"Loh, Yu. Kok kamu nangis?" tanya Toro pada Ryusman, anak paling bongsornya.

"Bapak, jangan panggil Yu dong. Namaku bukan Ayu," isak Ryusman.

"Ha, iya. Habis, Bapak panggil apa dong? Namamu ribet,"

"Ya terserah Bapak lah. Bapak yang kasih nama juga, Bapak yang ribet!" Ryusman keki berat.

Ia sedang menangis saja masih sempat-sempatnya Toro bercanda. Dasar Bapak durhaka!







Mana nih, bini Third ngacung! Ehehe
Gas terooos, Mak Cista.
Next dedek bongsor Liyu si anak Jaksel. 🙊
#SalamKetjupBasyah 😘💦
#authorterjomblosedunia

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top