33. Tak Lagi Sama
Vote dulu sat!
.
.
.
.
.
"Kuyang," panggil Adul pada gadis yang masih kekasihnya itu.
"Hm." Kuyang hanya membalas seadanya.
"Yang, ih."
"Apa sih, Adul? Kuyang sibuk."
Jawaban Kuyang membuat Adul geram. Pasalnya, gadis itu hanya sedang memandangi bunga mawar yang belum mekar.
"Sibuk apa?"
"Nungguin bunga mawar mekar."
"Astaghfirullah, untung pacar!"
Kuyang hanya mengedikkan bahunya dan membiarkan Adul pergi tanpa mencegahnya sama sekali.
Di balik pagar rumahnya, Adul berdiri sejenak. Akhir-akhir ini ada yang berbeda dari Kuyang. Gadis itu sering sekali mengabaikan Adul. Bahkan, chat saja kadang-kadang tidak dibaca sama sekali. Padahal, ia sedang online.
Masih belum beranjak, Adul mendengar tawa yang tak asing baginya. Bulu kuduknya meremang. Cekikikannya seperti kuntilanak. Eh, bukan. Itu tawa Kuyang.
Adul mencoba mengintip lewat pagar tembok yang memisahkan rumah mereka. Tidak seperti tembok China, tapi Adul melakukannya dengan sangat hati-hati, takut ketahuan.
Lelaki itu membulatkan matanya. Tapi tidak sampai copot. Karena, ia belum sempat mengasuransikannya. Kuyang tengah tertawa dengan seseorang yang Adul kenal juga. Basuki. Yang katanya sepupu Kuyang. Tapi, bagi Adul, gerak-gerik keduanya sangatlah mencurigakan.
Ia mencoba berpikir positif kalau mereka memang seperti itu. Hanya, akhir-akhir ini saja Adul baru memperhatikan. Ia tak ingin ambil pusing dan memutuskan masuk ke dalam rumahnya.
"Dul, bengong aja!" Jaylani menepuk pundak Adul sebelum duduk di sampingnya.
"Eh, Bang Jay."
"Ada apa?"
Adul hanya menggeleng.
"Barangkali, gue bisa bantu."
"Bang, lo cemburu gak kalo Mbak Kanya ngobrol sama cowok lain?"
"Ya kagak lah. Kalo ngobrolnya sama Bapaknya," jawab Jaylani enteng.
"Au ah!" Adul malah dibuat kesal dengan candaan Jaylani yang tak tepat waktu.
Jaylani hanya tertawa melihat Adul yang tengah gegana. Bukan tim gegana, tapi gelisah galau merana kalau kata lagu dangdut.
"Dah ah, Adul ke kamar aja. Bang Jay gak ngasih solusi deh!"
Adul membuka ponselnya dan mencari kontak Kuyang. Ia hanya ingin memastikam kalau hubungannya baik-baik saja.
Adul Aja : Yang, Kuyang.
Kuyang Kusayang : Ya!
Adul mengernyit melihat balasan Kuyang yang sangat singkat, padat dan tidak jelas.
Adul Aja : 2 huruf doang nih?
Kuyang Kusayang : Ya maunya apa?
Adul Aja : Apa kek. Kangen deh :*
Kuyang Kusayang : Orang deket juga sok kangen!
Adul Aja : Ya, tadi kan Kuyang sibuk.
Kuyang tidak membalas lagi pesan Adul dan hanya membacanya. Adul semakin curiga pada kelakuan Kuyang yang semakin cuek padanya.
Adul memilih menyimpan ponselnya daripada menelepon Kuyang. Ia kehilangan moodnya.
Tidak lama, ponselnya berbunyi, menampilkan pesan dari Kuyang.
Kuyang Kusayang : Ehehe. Iya, Bas iya. Bawel banget deh.
Adul membaca pesannya berkali-kali memastikan pesan yang dibacanya salah. Namun, semua yang ia baca tidak salah sama sekali. Apa benar Kuyang dan Bas sepupuan? Tapi, kenapa sikap Kuyang semakin berubah?
Adul ingin membalas pesan Kuyang. Namun, sebelum Adul mengetikkan sesuatu, Kuyang sudah menghapus pesannya. Padahal, pesan itu sudah dibaca jelas oleh Adul.
Ia hanya mengembuskan napasnya berkali-kali, menahan emosi yang hampir saja membuat kepalanya meledak.
Esoknya, Adul menunggu Kuyang di depan rumahnya. Sebelum kekasihnya itu pergi kuliah.
"Yang," panggil Adul.
"Iya, Dul. Em, aku buru-buru nih!"
"Tapi,"
"Dul, nanti aja ya."
"Yang,"
"Maaf, Dul."
"M-maksudnya?"
Kuyang tidak menjawab pertanyaan Adul dan langsung pergi bersama Bas. Anak lelaki yang biasanya berangkat dan pulang bersama adiknya, Jaki. Kini, ia berangkat membonceng Kuyang, kekasihnya. Adul hanya menatap nanar motor yang dikendarai Bas yang semakin menjauh.
Sabar ya, Adul!
Bagi yang ingin menghujat Kuyang, kolom komentar saya sediakan! Ahihi
#SalamKetjupBasyah 😘💦
#authorterjomblosedunia
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top