30. Gencatan Senjata

Vote dulu yaaa!
.
.
.
.
.
Cista mondar-mandir menunggu kedatangan Toro yang dua jam yang lalu pamit untuk rapat RT. Rencananya, hari ini, ia ingin membicarakan masalah Jamyla.

"Jaki, besok ketemu di tempat biasa ya!" Teriakan seorang anak laki-laki membuyarkan konsentrasi Cista.

"Mujaki! Anak bandel ini ya. Habis dari mana kamu?" sembur Cista pada Jaki yang baru saja datang.

"Main layangan di lapangan, Mak sama Basuki," jawab Jaki santai.

"Si Basuki anak orang kaya baru itu?"

"Anak Umi Sitee, Mak. Mereka udah kaya dari dulu deh, Mak perasaan."

Jawaban Jaki membuat Cista semakin geram. Sudah tahu ia sedang senewen pada Sitee, pembicaraan Jaki seolah-olah membela rivalnya itu. Cista menarik daun telinga Jaki sampai anaknya itu teriak minta ampun.

"Maaak, ini kuping Jaki copot, Maaak!"

"Makanya jangan bandel! Awas ya, kamu main lagi sama Basuki. Emak gak kasih duit jajan!" ancam Cista.

"Yang ngasih uang jajan kan Bapak, Mak."

"Nyaut terus!" Cista semakin kuat menarik daun telinga Jaki.

"Iya, maaf, Mak, maaf. Gak lagi-lagi, Mak. Ampun. Aduh sakit." Jaki meringis sambil memegangi kupingnya yang memerah.

Cista yang harap-harap cemas menunggu kedatangan Toro dibuat terkejut karena melihat siapa yang datang bersama suaminya itu. Kenapa semua orang di rumahnya berhubungan dengan keluarganya Sitee? Setelah Jamyla, Jaki, kini Toro yang malah pulang dengan Taejo, suami Sitee.

"Mak, Bapak pulang!"

"Iya, Toro tau! Gak usah teriak-teriak." Cista melampiaskan kekesalannya kembali pada Toro.

"Eh, Mbak Cista. Apa kabar, Mbak?" sapa Taejo ramah.

"Baik, Bang. Mau minum apa?" Cista cukup pandai basa-basi. Ia tidak ingin terlihat menjadi istri yang tidak baik. Apalagi, di depan anggota keluarga rivalnya ini.

"Ah, jadi ngerepotin, Mbak." Taejo juga tak kalah basa-basi.

"Ngerepotin, sih. Tapi biar saya sekalian bikinin buat suami saya. Masa suami saya minum, Bang Taejo ngeliatin doang!"

"Wah. Boleh deh kalo gitu. Saya mau yang adem-adem ya."

"Nawar lagi!" gerutu Cista sambil masuk ke dalam rumah.

Hanya beberapa menit sampai Cista kembali lagi untuk mengantarkan minuman untuk Toro dan Taejo yang sudah asyik bermain catur. Iyalah, kalau main perempuan bisa langsung di kebiri mereka.

"Eh, Mbak Cista gak ikut arisan sama Bini saya?"

Dalam hati Cista ingin menjawab tidak level. Tapi, lagi-lagi ia memperhitungkan harga dirinya yang tidak seberapa itu.

"Arisan saya udah kebanyakan duh. Kalo nanti dapet pusing mau naruh uangnya di mana."

"Jalan, Jo. Malah bahas arisan!"

"Hm, bilang aja lu cemburu karena gue ngobrol sama Bini lu!" cibir Taejo.

"Heh!"

Cista langsung masku ke dalam rumah daripada mendengar bahasan bapak-bapak tidak jelas. Ia kembali di buat kesal karena jika sudah main catur, Toro pasti lupa waktu. Padahal, ia mau membahas masalah yang sangat genting.

****

"Udah mainnya?" sindir Cista.

"Eh, Emak. Udah, Mak. Si Taejo mau ngandangin burungnya katanya."

"Heh. Masih sore juga omongannya ya!"

"Apa sih, Emak? Burung peliharaan Taejo yang lagi di jemur, Mak. Kandangnya lupa dia masukin tadi. Bisa semaput burungnya kalo kepanasan terus."

"Oh." Cista agak malu karena sudah berpikir yang iya-iya.

"Hayo nakal ya mikirin burung Taejo."

"Heh! Apaan?"

"Mau gak?" goda Toro.

"Apaan sih?"

"Ngandangin burung."

"Astaghfirullah, Bapak! Emak mau ngomong sesuatu sama Bapak. Ayo ke kamar!"

"Yah, tadi sok-sokan istighfar, sekarang ngajak ke kamar."

"Mau ngomong, Toro. Jangan macem-macem deh!"

Toro langsung kicep saat mendapat bentakan maut dari Cista.

"Pak, masa Jamyla pacaran sama anaknya si Sitee," adu Cista.

"Ya gapapa lah, Mak."

Jawaban Toro membuat Cista geram. "HEH! EMAK GAK SUDI YA BESANAN SAMA ORANG CONGKAK KAYAK SI SITEE!"

"Mak, gak usah ngegas, Mak."

"Lagian, Bapak nih ya gak ada simpati-simpatinya."

"Mak, jangan nyebutin provider. Gak dibayar."

"Astaghfirullah, Bapak bisa serius gak sih?"

"Iya, Mak. Jadi, Jejem pacaran sama yang mana?"

"Sama Juned lah, Pak. Kalo Basuki mah bocah."

Toro manggut-manggut. Sepertinya ia tahu apa yang harus dilakukannya. Pertarungan antara Cista dan Sitee harus segera diakhiri. Karena, hanya mereka yang berselisih di antara dua keluarga itu. Mungkin, dengan hubungan Jamyla dan Kimmon akan memperbaiki hubungan mereka.

"Mak, apa Emak cuma menilai Kimmon karena dia anak Sitee?"

"Juned, Pak. Kimmon kebagusan," protes Cista.

"Iya, Mak terserah! Coba deh, Emak lihat Kimmon dari sisi yang lain. Dia cukup mandiri lho, Mak. Setidaknya, Emak pikirin kebahagiaan Jamyla."

Cista merenungi perkataan bijak Toro.

Di tempat lain, Kimmon dan Taejo melakukan hal yang sama pada Sitee. Meyakinkannya untuk merestui hubungannya dengan Jamyla.

Gencatan senjata akan segera tiba. Perang pun akan segera berakhir.









Apakah mereka akan berdamai gengs?
Hayo tebak sat!
#SalamKetjupBasyah 😘💦
#authorterjomblosedunia

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top