24. Mohon Maaf Lahir Dan Bathin
Vote dulu kuy!!!
Jan lupa follow ig @night9x9.id ya (:
.
.
.
.
.
Cista mencoba menghubungi anak-anaknya untuk segera menyelesaikan belanjanya dan lekas pulang.
"Kenapa, Mak?" tanya Jaylani yang menghampiri Cista terlebih dahulu.
Sebagai anak sulung, tentu saja Jaylani yang kali ini bertanggungjawab menjaga seluruh anggota keluarganya karena Toro tidak bersama mereka.
"Emak agak pusing, Jay."
"Emak, tunggu di mobil aja ya. Biar Jay yang tunggu Adik-Adik di sini."
Cista mengiyakan usulan Jaylani. Ia memijat kepalanya yang terasa berat. Berada di basement sendirian membuat Cista agak parno. Ia terus menengok ke kiri dan ke kanan. Takut ada psikopat yang berkeliaran. Maklum, ia korban film thriller.
"Aku ngerepotin kamu banget ya, Mas?"
Sayup-sayup, Cista mendengar sebuah percakapan. Mau tidak mau, ia menajamkan pendengarannya.
"Aku kan sudah janji gak akan membuat kalian menderita."
Cista hafal betul suara itu. Siapa lagi jika bukan Toro, suaminya. Ia memberanikan diri mengintip dari balik mobilnya. Ternyata benar, Toro dengan wanita itu lagi. Ia memegangi dadanya yang terasa
sesak. Tega-teganya Toro melakukan ini padanya. Padahal, apa kurangnya Cista?
Daripada terus melihat pemandangan menyakitkan itu, Cista masuk ke dalam mobilnya dan menutup pintu mobilnya dengan keras.
"Mak, Mak!" Cista mengusap air matanya kasar.
Ternyata, Toro mmenyadari kehadiran Cista yang tentu saja karena mobilnya.
"Mak, buka dulu!"
"Aku gak mau anak-anak lihat kamu di sini. Aku gak mau mereka kecewa karena dibohongi Bapaknya." Cista enggan menangis di depan Toro. Ia tak ingin terlihat lemah.
"Mak! Bapak bisa jelasin."
"Gak!"
"Mak..."
"Bapak. Minal Aidin Wal Faidzin, Kalau udah gak sanggup sayangin mending udahin. Wassalam!"
Toro mengacak rambutnya kasar. Kemudian, pergi dari sana karena anak-anaknya sudah terlihat dan berjalan menuju mobilnya.
****
"Mak,"
"Ngapain kamu di sini? Bukannya gak bisa pulang karena ada proyek?" sindir Cista pada Toro yang sudah menunggunya di depan rumah.
"Mak, Bapak bisa jelasin."
"Gak duli!"
Cista langsung masuk ke dalam rumahnya. Sedangkan, Toro malah ditanyai anak-anaknya karena ternyata bisa pulang sebelum raya.
Ia hanya mengurung diri sampai pagi menjelang. Ia tidak ingin melihat wajah Toro.
"Mak, ini Jay. Tetangga pada datang nih nanyain Emak."
"Iya," jawab Cista singkat.
Ia lupa jika ini hari raya dan otomatis, tegangga berkunjung ke rumahnya.
"Permisi."
Cista membulatkan matanya melihat wanita yang berdiri di depan pintu rumahnya.
"Mbak Cista." Wanita itu menghampiri Cista dan memeluknya. "Saya Sasa, Mbak."
"Micin kali," gerutu Cista dalam hati.
"Mbak, saya minta maaf karena sudah membuat Mbak salah faham. Saya juga minta maaf karena sudah merepotkan Mas Toro."
Kemudian, Sasa menceritakan semua kejadian yang menimpanya bertahun-tahun lalu. Sasa dihamili oleh sahabat Toro pada zaman SMA yang sampai saat ini entah di mana keberadaannya. Dan Toro berjanji untuk menjaganya. Bahkan, sampai saat ini. Namun, salahnya adalah, Toro tidak pernah jujur pada Cista tentang hal ini.
"Jadi, kalian dulu pernah menikah?" Cista memberanikan diri bertanya.
Sasa mengangguk lemah. "Tapi, kami tidak pernah berhubungan, Mbak. Mas Toro sangat mencintai Mbak Cista. Tapi maaf, anak saya hanya tahu jika Mas Toro ayahnya."
Cista hanya terdiam. Mengapa ada rahasia sebesar ini yang tak ia ketahui selama ini.
Toro dan anak-anak hanya mengintip dari balik tembok saat ini. Ya, anak-anak sudah tahu mengenai hal ini semalam.
"Lalu, kemarin itu, kalian ada urusan apa?" tanya Cista datar.
"Begini, Mbak. Anak saya akan menikah. Dan Mas Toro ingin membantu mempersiapkannya. Maaf,"
"BAPAAAK!!!" teriak Cista.
"I, Iya, Mak."
"Dul, ayo taruhan. Bapak bakal diapain sama Emak?" tanya Fariz jahil.
"Ditendang anunya!"
"Nah iya,"
"Betul."
Anak-anak kasak-kusuk di balik tembok dengan ide jahilnya.
"Abang ih, Liyu sedih tau. Masa kalian taruhan buat kemusuhan Emak sama Bapak? Dasar anak durhaka!"
Ryusman memang anak yang paling berlebihan dalam menanggapi apapun.
"Canda juga!" dengus Fariz kesal.
Kembali lagi pada Cista dan Toro.
"Bapak, kenapa gak mau jujur sih?"
"Bapak takut Emak marah."
"Justru, Emak gak suka dibohongin, Bapak! Pokoknya kita musuhan!"
"Mak, Minal Aidin Wal Faidzin,"
"Cakep!" balas ketujuh anak mereka.
"Hih. Kalian pikir, Bapak lagi pantun?" Toro menatap kesal anak-anaknya.
"Habis nadanya gitu, Pak." Jawaban Jaki diiringi tawa mereka semua. Termasuk Cista yang diam-diam tersenyum. Hanya Toro yang tampak kesal.
Mbak Sasa tapi bukan micin di mulmed yaw!
Hayo yang kemarin nebak si Ferny salah semua. Wkwkwk
Oiya anaknya udah mau nikah soalnya kan lebih tua dari Jay. Ehehe
#SalamKetjupBasyah 😘💦
#authorgakpenginjomblolagi 😆
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top