23. Prahara Di Malam Raya

Vote dulu yuk! Jangan lupa follow ig @night9x9.id (:
.
.
.
.
.
"Tri, jangan lari-larian. Kaki kamu baru juga sembuh!" omel Cista yang melihat Tri sedang berkejaran dengan Fariz di dalam rumah.

"Fariz tuh, Mak!" adu Tri yang sedang dikerjai Fariz.

Jadi, ceritanya, Tri sedang PDKT dengan cewek. Dan Fariz ternyata tidak sengaja membaca chatnya karena ponsel Tri tertinggal di meja.

"Riz! Tri! Stop! Kalian main keluar kek. Emak pusing nih!"

"Males ah, Mak. Fariz gak mau main sama Tri. Masa, jalan aja gak bener, sampe nyebur empang Pak Tarji. Mana segala pake terkilir kakinya. Kan, Fariz juga yang harus gendong Tri sampe rumah. Mana bau lumpur! Iw!"

"Udah?" tanya Cista.

"Apanya, Mak?"

"Ngomelnya, Fariz. Dah sekarang, bantu Emak beres-beres aja. Nanti malam, katanya mau beli baju lebaran."

"Yes! Eh, emang, Bapak gak beliin, Mak?" Tri kepo juga.

"Bapak pulang hari raya katanya. Jadi, Bapak cuma transfer uangnya. Kalian jangan rewel pokoknya ya!"

"Siap, Bos!" teriak Fariz dan Tri secara bersamaan.

Anak-anak Cista kompak membantunya membereskan rumah karena besok hari raya. Tentu saja, mereka semua menyambutnya dengan antusias.

Eh, tapi tidak semua. Ryusman dan Jaki kerjanya hanya rebahan saja tiga hari terakhir ini. Katanya, lebih lemas dari biasanya. Tapi, kabar baiknya, kedua krucil itu, tahun ini puasanya tidak ada yang bolong. Alias full satu bulan.

Dan karena hal itulah, Cista membiarkan kedua anak itu hanya baring-baring lemas di sofa tanpa ikut berbenah. Beruntung, kakak-kakaknya memaklumi kelakuan kedua adiknya tersebut.

"Jak, Liyu kangen Bapak deh,"

"Ih, Bang Ryu gede-gede baperan deh. Dikit-dikit mellow!"

"Aku tuh belum gede, Jak. Cuma kelebihan kalsium aja. Makanya, tingginya melesat cepat bagai kilat." Ryusman yang menganggap dirinya masih kecil pun, melakukan pembelaan.

"Dih. Menolak tua!" cibir Jaki.

Selanjutnya, Ryusman memejamkan matanya. Sedangkan, Jaki tak henti-hentinya menatap kue nastar yang tengah Jamyla tata ke dalam toples kaca.

Jaki yang belum menyadari kalau Ryusman tertidur, masih terus berceloteh. "Bang, nastar kayaknya enak banget ya!"

"Jak, ini hari terakhir tau. Masa, kamu makan nastar? Tanggung!"

"Ish, bukan makan nastar, Liyuiyuiyu! Kesel deh, Jaki. Au ah, males, pengin beli truk!"

"Yeu, ngambekan, Bajuri," cibir Ryusman.

"Masa Bajuri? Kembarannya Basuki dong? Ogah!"

"Apa sih? Gak jelas deh. Awas ah, Abangmu yang tampan ini mau tidur lagi." Ryusman kembali merebahkan tubuhnya di atas sofa.

"Iya, Babang Tamvan!"

"Asem!" Ryusman melempar bantal tepat ke wajah Jaki sebelum kembali tidur.

****

Biasanya, setiap hari terakhir bulan Ramadhan, Toro-lah yang mengajak anak-anaknya beli baju baru. Dan Cista memasak di rumah sendiri. Namun, kali ini, Cista harus membagi tugas itu dengan anak-anaknya. Karena, Toro masih ada pekerjaan yang belum diselesaikan dan tidak bisa ditinggalkan.

Sedih memang. Karena, ini kali pertamanya menjelang lebaran tanpa Toro. Suaminya itu belum pasti kapan pulang. Hanya, berjanji kalau hari raya, ia sudah di rumah.

"Mak, Bapak gak kawin lagi kan?" celetukan Adul membuat Cista yang tengah melamun sadar kembali.

"Hush! Sembarangan kamu, Dul. Bapak lagi ada kerjaan."

Dalam lubuk hati Cista yang paling dalam, sebenarnya, ia juga memikirkan hal yang sama denga apa yang Adul katakan. Namun, ia mencoba tetap berpikir positif. Karena, dosa juga, kan mencurigai suami sendiri?

Cista kembali melanjutkan pekerjaannya. Mengenyahkan semua pikiran buruk tentang suaminya.

"Mak, sebentar lagi buka puasa,"

"Eh, iya, Jay. Kamu ajak adik-adikmu ke ruang makan duluan. Emak mandi dulu, ya."

"Oke, Mak!"

****

Suasana pusat perbelanjaan di malam lebaran memang luarbiasa. Hampir semua toko penuh sesak dengan orang-orang. Cista membiarkan anak-anaknya berpencar dsn memilih sendiri pakaian yag hendak dibelinya.

Hanya Jamyla yang bersama dengan Cista. Karena, tentu saja apa yang mereka cari hampir sama.

"Mak, haus gak? Mau dibeliin minum dulu?" tanya Jamyla.

"Oh, boleh deh. Emak tunggu di sana ya!" tunjuk Cista pada bangku panjang di depan toko.

Hari ini cukup melelahkan bagi Cista. Tidak ada Toro yang berbagi tugas dengannya sampai malam ini. Ia iseng membuka ponselnya dan berniat melakukan video call dengan Toro. Namun, panggilannya tidak dijawab.

Beberapa menit kemudian, Toro menghubunginya. Bukan video call. Hanya voice call ternyata.

Kedua pasutri itu hanya berbincang biasa. Hanya saling mengatakan rindu, kemudian  mengakhiri panggilannya.

"Itu Bapak bukan sih?" gumam Cista bermonolog.

Ia menajamkan penglihatannya. Iya, itu benar-benar suaminya. Cista geram. Kenapa Toro harus berbohong padanya?

Namun, bukan hanya itu yang membuatnya sakit hati. Melainkan, ada wanita yang berjalan di samping Toro. Dan mereka tampak sangat akrab. Terlihat lebih tua dari Cista, tapi masih tampak cantik dan cocok berjalan berdampingan dengan suaminya.

Cista tidak bisa menahan tangisnya lagi. Meski tak bersuara, air mata sudah mengalir di pipinya. Toro tega menghancurkan hubungan yang sudah mereka jalin berpuluh-puluh tahun.

Ia mengeluarkan ponselnya dan mulai menuliskan sesuatu.

To : Bapaknya Anak-anak

Kamu boleh bohongin aku, tapi jangan nunjukkin wanita kamu dihadapan anak-anak. Mereka ada di sini juga.

Cista bersusah payah menahan dirinya agar tidak menangis. Ia tidak ingin anak-anaknya tahu tentang ini. Biar hanya ia yang kecewa. Ia tidak ingin membuat anak-anaknya bersedih.








Orang lebaran ini kemusuhan. Hahaha
Btw, aku mau ngucapin Minal Aidin Walfaidzin mohon maaf lahir dan bathin. Selamat lebaran bagi yang merayakan (:
Aku minta maaf kalau banyak salah kata atau ngeselin. Wkwk
#SalamKetjupBasyah 😘💦
#authorterjomblosedunia

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top