22. Patah Kaki Jilid Dua

Vote dulu yekan!
.
.
.
.
.
Kalau tidak ada-ada saja, bukan keluarga bangsul namanya. Kali ini, Cista dibuat pusing oleh Tri yang kini harus terbaring dengan kaki di gip. Dulu Jaylani, kini Tri.

Memang, anak-anak Cista ini sangat hyperaktif. Entahlah, mungkin, saat mengandung, Cista mengidam per hingga anaknya tidak bisa diam.

"Astaghfirullah. Kalian tuh bikin Emak khawatir terus kerjaannya. Padahal, kalian udah gede-gede." Cista memijat kepalanya yang terasa berat.

"Jaki nggak kan, Mak?" tanya Jaki yang saat ini tidur dipangkuan Cista.

"Gak kelewat! Kamu nih sering gak berani tidur sendiri, tapi kalau tidur di kamar Kakakmu suka ngompol. Kan Emak repot jemurnya. Tiap hari jemur kasur terus!"

Jaki menutup mulutnya. Ia merasa salah bicara dan membuat Cista mengomel.

"Tuh, Mak. Liyu gak mau ditebengin tidur sama Jaki lagi. Masa kasur Liyu bau pesing?" adu Ryusman pada Cista.

"Emang, Bang Ryu aja gak mau diganggu kalo teleponan tuh, Mak!"

"Huuust! Malah berantem! Ini, Emak lagi pusing sama Tri. Jay sembuh, ganti Tri."

Jaki dan Ryusman langsung terdiam dan memijat tangan Cista satu-persatu.

"Kita gak nakal lagi kan, Jak?"

"Hooh. Jaki gak bakal kayak Bang Jay sama Bang Tri kok!"

"Dah tidur gih. Udah malem juga," ujar Cista sambil mengelus kepala kedua anak termudanya itu.

Setelah Ryusman dan Jaki masuk ke kamarnya masing-masing, Cista pergi ke kamar Tri. Anaknya yang satu itu mengalami insiden yang membuat kakinya patah seperti Jaylani beberapa waktu lalu.

"Tri,"

"Iya, Mak."

"Makan dulu yuk! Nanti minum obat," ujar Cista.

Tri menjawabnya dengan anggukkan. Anak lelaki itu bersusah payah mendudukan tubuhnya.

"Kenapa anak Emak pada petakilan banget sih? Mana Bapak lagi ke luar kota lagi,"

"Maaf, Mak. Tri gak hati-hati," cicit Tri.

"Ya sudah. Toh, sudah terjadi juga."

Cista menyuapi Tri dengan sabar. Ia juga menunggu anaknya itu sampai tertidur. Lagipula, ia tak terburu-buru karena Toro sedang berada di luar kota untuk mengurus proyek barunya.

Baru saja Cista merebahkan tubuhnya di atas ranjang, ponselnya berbunyi. Nama "Lovely Husband" terpampang di layar ponselnya.

Cista merapikan pakaiannya sebelum mengangkat panggilan Toro.

"Hai, Mamak sayang," sapa Toro dari seberang sana.

"Halo, Bapak," jawab Cista tersipu.

"Gimana keadaan Tri? Maaf, Bapak gak bisa buru-buru pulang ya!"

"Iya. Bapak fokus kerja aja ya. Emak sama anak-anak bisa handle semuanya kok."

"Ululu makin sayang deh!"

Kemudian, percakapan Toro dan Cista berlanjut tanpa harus ada percakapan di sini. Karena, super tidak lulus sensor.

"Mas, mau makan apa?"

Tiba-tiba, suara misterius dari panggilan Toro terdengar oleh Cista.

Ia masih berpikiran positif. Mungkin saja, itu petugas resort. Tapi, kenapa suaranya lembut sekali? Namun, Cista enggan menanyakan hal tersebut.

"Mak, Bapak tutup ya. Emak sama anak-anak hati-hati di sana,"

"Iya, Bapak juga ya!" balas Cista.

Cista sebenarnya curiga. Setelah suara wanita yang ia dengar, ekspresi Toro tiba-tiba berubah dan segera menutup panggilannya.

Ia berusaha berpikir berpositif. Suaminya tidak akan macam-macam. Lagipula, ini bulan puasa. Harus sabar.








Lama, pendek. Hahaha
Maaf ya!
Btw, dulu kan udah masalalu Cista. Next masalalu Toro ya (:
#SalamKetjupBasyah 😘💦
#authorterjomblosedunia

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top