2. Fariz Si Biang Kerok
Budayakan vote sebelum membaca (:
.
.
.
Pada saat itu di bulan Ramadhan!
-----------
Cista masih mondar-mandir menunggu kepulangan Toro dan Jaki sambil menggoyang-goyangkan raket nyamuk yang dipegangnya. Ia masih memikirkan perkataan Fariz tentang memancing janda kampung sebelah itu.
"Maaak, Jaki pulang!" teriak Jaki sambil mengacungkan ikan yang dibawanya.
Bukannya menggubris Jaki, Cista malah berjalan ke arah Toro sambil mengacungkan raket nyamuk yang dibawanya. Tentu saja hal itu membuat Toro terkejut.
"Wih, Mak, Bapak pulang gak bawa nyamuk kok,"
"Diem kamu, Jak. Ini urusan Emak sama Bapak!" bentak Cista pada Jaki yang sempat melontarkan pendapatnya.
Nyali Jaki langsung menciut mendengar bentakan Cista.
"Wait, Emak kenapa? Bapak pulang bukannya kasih sun, ini malah ngomel?" tanya Toro.
"Nih, sun raket nyamuk, nih!" Cista menyodorkan raket nyamuk itu ke arah Toro.
"Mak, semua bisa dibicarakan baik-baik. Uang belanja kurang? Apa anak kita kurang?" goda Toro sambil menaik turunkan alisnya.
"Gak usah bercanda, gak lucu!" bentak Cista yang sebenarnya menahan tawa.
"Cie senyum-senyum,"
"Pak! Serius ya! Bapak gak mancing kan? Ngaku gak?!" Cista kembali pada mode marahnya. Ia tak mau tergoda oleh rayuan gombal Toro.
"Ha? Itu yang Jaki bawa apaan, Mak? Kentang? Itu kan ikan?"
"Ya, itu, kan, bisa beli di pasar!"
"Mak, tanya Jaki deh,"
"Ah pasti kalian sekongkol kan?" Cista masih belum puas.
"Kita mancing ikan mujair, Mak. Bukan tongkol,"
"KATA FARIZ, PAK TARJI GAK PUNYA PEMANCINGAN IKAN, PAK! KATANYA BAPAK LAGI MANCING JANDA DI KAMPUNG SEBELAH!" teriak Cista dengan nada tinggi hampir mengalahkan tinggi gunung Himalaya.
"Astaga, Mak kenapa teriak-teriak? Emak mau lahiran? Jaki mau punya adek?" tanya Jaki bertubi-tubi.
"Ngaco aja, kamu!" bentak Cista.
"Jak, jelasin sama Emak gih! Abangmu tuh, sifat kompornya abadi deh. Bapak sampe kena semprot Emak gini kan!" Toro memandang Jaki penuh harap.
"Mak, Pak Tarji itu baru buka kolam pemancingan baru. Jadi hari ini, ada acara mancing gratis gitu. Makanya Jaki sama Bapak semangat," ringkas Jaki.
"Lagian siapa yang fitnes sih, Mak?"
"Fitnah, Mujaki!"
"Ah kayak Emak gak pernah gitu aja," balas Jaki cengengesan.
"Fariz yang bilang. Katanya, Bapak lagi mancing janda," bisik Cista malu.
"Yeu, Bang Fariz didenger! Emak inget gak pas bulan puasa kemarin waktu Bang Fariz ngisengin Pak Tarji terus Bang Adul yang kena?" tanya Jaki.
Cista manggut-manggut. Memang hobi anaknya yang satu itu menyulut api keluarga.
"Iya, terus, Emak inget gak, Fariz pernah ngumpetin sarung Pak Erte terus nuduh Bapak?" timpal Toro.
"Memang durhaka anak itu! Belum pernah aja Bapak cancel uang jajannya setahun!" sambungnya kesal.
"Nah, Emak gak pernah belajar dari pengalaman, sih. Masih aja percaya omongan Bang Fariz,"
"Iya, harusnya kalau tahu sifatnya, Emak lebih jeli lagi," nasihat Toro.
"Nah, Emak mah lupaan emang. Tau Bapak hobinya produksi, Emak nurut-nurut aja," kekeh Jaki.
"JAKI! SIAPA YANG NGAJARIN KAMU NGOMONG KAYAK GITU?" bentak Toro dan Cista secara bersamaan.
"Cie kompak,"
"JAKI!" Toro dan Cista kembali membentak Jaki secara bersamaan.
"Maaf," ucap Jaki lirih.
"Eh iya, Emak lupa angkat jemuran, satu lagi sih," Cista panik melihat langit yang sudah mulai menggelap.
"Jaki aja yang angkat, Mak."
Cista mengangguk sampai akhirnya sadar kalau jemuran itu hanya kolor Jaki. Ia menepuk jidatnya, bisa merajuk anak itu kalau tahu kolornya ternyata dipakai Fariz.
Benar saja, baru Cista ingin mengejar Jaki, anak bungsunya itu sudah teriak terlebih dahulu.
"MAK, INI KOLOR JAKI KOK ADA?!"
"Eh, kamu sama orang tua ngegas mulu ya, Jak. Dosa!"
"Maaf, Mak. Habis ini kolor Jaki kok ada sih? Ajaib banget,"
"Tadi dipake Abang kamu, Fariz," cicit Cista.
Sebenarnya, ia juga merasa bersalah karena mencoba menyembunyikan hal tersebut.
"Udah, Jak. Gak usah lebay deh, yang penting sekarang ketemu kan?" timpal Toro.
"Iya, Pak!"
"Awas aja, Bang Fariz kalo balik, gue jadiin umpan lele Pak Tarji!" umpat Jaki yang masih bisa didengar oleh Toro dan Cista.
Baru saja Toro mengeluarkan ponselnya untuk menghubungi Fariz untuk segera pulang, si Biang Kerok itu mengiriminya pesan untuk tidak pulang. Karena, katanya, ada tugas yang harus ia kerjakan. Dan tentu saja itu hanya alibi seorang Fariz yang kelakuannya sudah ketahuan.
Tanpa berpikir lagi, Toro langsung menghubungi Fariz.
"FARIZ, SIAPA YANG AJARIN KAMU IZIN KE ORANGTUA LEWAT PESAN WHATSAPP?" sembur Toro dengan nada sangat tinggi. Sampai, Cista dan Jaki meringis. Karena, lengkingan suara Toro.
Entah, bagaimana nasib kuping Fariz diseberang telepon sana mendengar suara Toro yang seperti auman serigala itu.
"PULANG! ATAU BAPAK STOP UANG JAJAN KAMU SEUMUR HIDUP?!" teriak Toro membalas entah apa jawaban Fariz di ujung sana.
"Sabar, Pak. Namanya juga anak-anak," Cista mengelus lengan Toro.
****
"Nah, ini bocah pulang!" Toro langsung menyambut kedatangan Fariz dengan sebuah jeweran pedas di kupingnya.
"Ampun, Pak. Ini kenapa dah, Fariz salah apa?" tanya Fariz tanpa dosa meski wajahnya meringis menahan panas di kupingnya.
"Kamu kapan tobat sih, Riz?"
"Memang, apa salah dan dosaku, Sayang? Eh, Bapak," cengir Fariz.
Ia masih bisa melontarkan candaan di saat kupingnya masih kena jewer oleh Toro.
"Dasar Biang Kerok! Kamu pakai kolor Jaki sampai adik kamu uring-uringan. Terus, kamu fitnes Bapak mancing janda,"
"Fitnah, Pak!" Cista mencoba meluruskan.
"Diem!" bentak Toro.
Ya, jika Toro sudah marah, memang tidak ada seorangpun yang bisa mencegahnya. Termasuk Cista.
"Ampun, Pak. Fariz kan, bercanda doang. Emak aja baperan. Jaki juga!" Fariz melakukan pembelaan.
Tetapi, hal tersebut malah membuat Cista dan Jaki ikut geram. Memang, sikap Fariz seperti itu. Tidak ingin disalahkan dan malah melempar kesalahannya pada orang lain.
"Riz, kamu gak takut nanti kena azab, ha?"
"Ih, Fariz mau, Mak, main FTV azab. Nanti, Fariz terkenal," jawab Fariz dengan gurauan yang membuat orang emosot. Eh, emosi.
"Uang jajan kamu, Bapak cancel setahun, password WiFi mau Bapak ganti. Kalau ada yang kasih tau Fariz, Bapak hukum juga!"
Toro pergi setelah mengucapkan hal tersebut. Cista dan Jaki hanya menganga mendengar ucapan Toro tersebut.
Sementara Fariz, baru merasa bersalah karena kelakuannya. Seharusnya, tadi ia langsung minta maaf saja. Jika sudah begini, siapa yang bisa membantunya?
"Mak, maafin Fariz ya," mohon Fariz pada Cista.
"Jak, Abang minta maaf juga ya," ia beralih menatap Jaki.
"Mak, bantuin Fariz bilang ke Bapak ya." Fariz menggenggam tangan Cista.
Cista mengangguk sambil menepuk puncak kepala Fariz. Bagaimanapun, Fariz tetap anaknya juga. Meski, sikap kompornya kadang menyebalkan.
****
"MAK, SALLY ILANG, MAK!!!" teriakan Jamyla mengejutkan semua penghuni rumah yang tengah menonton TV dengan tenang.
"Ilang gimana, Jem? Itu Sally numpuk?" Cista yang masuk ke kamar Jamyla mengerutkan keningnya. Karena, menurutnya, Sally, karakter boneka kesayangan Jamyla sudah terlalu banyak.
"Yang suka aku peluk itu, pasti diambil Bang Jay deh," rajuk Jamyla.
Cista memijat dahinya. Dari sekian banyak boneka kesayangan Jamyla, ia selalu tahu jika tidak ada satu. Dan tentu saja itu ulah Jaylani yang hobi menjahili Jamyla.
"JAYLANIII, BALIKIN SALLYNYA ADIK KAMU, ATAU EMAK BALIKIN KAMU KE RAHIM EMAK?!" teriak Cista seperti menggunakan toak mushola.
Kacau lagi, kacau lagi. Kapan damainya keluarga ini?
The family of ngegas. 555
Next, partnya Jamyla ya. Stay terus!
#SalamKetjupBasyah 😘💦
#authorterjomblosedunia
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top