1. Dimana Kolor Jaki?
Budayakan vote sebelum baca.
.
.
.
Ketika kolor monyet ilang!
"Maaak!" teriak Jaki memecah keheningan pagi di rumah keluarga Toro.
"Berisik, lu, Jak! Gue baru tidur jam 3, goblok!" Tri menggeplak kepala Jaki cukup keras sampai adik bungsunya itu mengaduh.
Seperti diketahui, kehidupan keluarga Toro - Cista memang tidak pernah ada damainya. Selalu saja ada kejadian yang membuat gempar seisi rumah.
Dan pagi ini, si bungsu Jaki yang membuat ulah. Padahal, ini hari minggu dan jadwal ketujuh bocah nakal itu malas-malasan.
"Apa sih, Jak? Emak lagi sibuk nih. Jangan bilang kamu ngompol lagi!" balas Cista yang teriak dari arah dapur.
"Ampun, ini kenapa pagi-pagi pada teriak oy? Memangnya ini hutan?" sahut Tri yang sama-sama berteriak.
"Lo juga ngapa ikut teriak, Tri? Sama aja koplak!" Adul menoyor kepala Tri sampai adiknya itu terhuyung karena tidak berdiri seimbang.
Toro yang tengah menyesap kopinya dan awalnya enggan ikut ke dalam kekacauan ini, akhirnya bertindak juga.
"Lama-lama, Bapak minggat nih kalo kalian masih kayak gini," ucap Toro dingin yang membuat Adul dan Tri bungkam.
Hanya Jaki yang malah berjalan ke arah Toro sambil menghentakkan kakinya. "Pak, kolor Jaki gak ada," rajuknya.
"Ya paling dicuci, Jak. Gitu aja heboh deh," balas Toro.
"Gak ada, Pak. Di jemuran gak ada, di tempat cucian gak ada, di tempat setrika juga gak ada!"
"Mungkin kolor lo lagi tamasya kali, Jak," balas Tri asal sambil cengengesan.
Jaki menatap Tri tajam kemudian pandangannya turun ke arah pinggang Tri. Sontak Tri menutup selangkangannya dengan kedua tangannya.
"Heh, liatin apa lo?"
"Jangan-jangan, Bang Tri nih yang pake kolor Jaki," tuduh Jaki.
"Hilih, sorry ya, gue anti monyet-monyet club!"
"Anti monyet tapi barbie!" cibir Jaki.
"Bacot lu, an..."
Sebelum umpatan Tri selesai, Toro memotong pembicaraan mereka, "Tri, siapa yang ajarin kamu ngomong kasar?"
"Maaf, Pak. Abis, Jaki noh!"
"Bang Tri noh!"
"Salah semua! Mau, Bapak potong uang jajannya setahun?"
"Tanggung, Pak. Kenapa gak seumur hidup aja?" tanya Adul dengan nada mengejek.
"Kamu juga mau, Dul?"
"Ndak, Pak!" Adul meringis membayangkan jika uang jajannya ikut dipotong juga. Bisa rusak rencananya mengajak Angie balikan.
Tri dan Jaki melirik Adul dengan tatapan mengejek.
"Mak, ketemu gak kolor Jaki?"
"Kamu pikir, Emak cari kolor kamu? Emak nyuci piring aja gak kelar-kelar," omel Cista.
"Ya, Emak nyuci piringnya punya orang Se-RT, kapan kelarnya?"
"Jaki!"
Bentakan Toro membuat si bungsu bungkam.
"Heh, Onyet. Ribetnya ayak kolor lo cuma satu aja deh. Noh banyak yang lain, jangan kayak orang susah deh!" cibir Tri.
"Bacot kau, Bang!"
"Dah jangan ribut, Emak bantu cari ya, Jak."
Jaki mengangguk manja sambil mengikuti Cista yang mencari kolor milik Jaki di tempat setrikaan.
"Oh iya, kamu tumben minggu gini mau keluar. Jangan bilang mau pacaran?"
"Mana ada, Mak. Jaki mau ikut mancing sama Bapak, keleus!"
"Eh? Kok, Bapak gak bilang sih? Mancing apa?"
"Mancing keributan! Ya ikan lah, Mak."
Cista menutup mulutnya karena memang merasa pertanyaannya salah.
"Maksud Emak, mancing di mana?"
"Di kolam lah, Mak."
Kali ini, Cista kesal karena jawaban Jaki yang asal-asalan. Cista menarik kuping Jaki gemas.
"Ampun, Mak. Iya, di kolam Pak Tarji, Mak."
"Nah, itu baru jawaban yang benul!"
"Betul, Mak!"
"Suka-suka, Emak lah." Cista mencari kolor Jaki kembali.
"Gak ada, Jak. Kamu pake kolor lain deh ya." lanjut Cista beberapa saat kemudian.
"Iya, Mak!" jawab Jaki lemas.
Akhirnya Jaki menyerah juga. Ia berjalan gontai menuju kamarnya sambil membetulkan letak handuk yang melingkari pinggangnya. Ya, memang sedari tadi, Jaki sudah mengenakan kaus. Namun, bawahannya hanya menggunakan handuk akibat kolor monyet kesayangannya menghilang entah kemana.
Beberapa menit kemudian, Jaki keluar kamarnya dengan wajah yang ditekuk. Ia masih kesal karena kolornya hilang.
"Ketemu, Jak, kolornya?" tanya Toro yang sudah bersiap-siap.
"Gak ada. Ini pinjem kolor bunga-bunga punya Kak Jejem,"
Jejem adalah panggilan Jaki pada Jamyla.
"Tapi bilang kan?"
"Bilang dong, Pak."
"Yuk deh berangkat."
****
"Mak, Jaki kemana?" tanya Fariz yang masih mengucek matanya karena baru bangun tidur.
"Mancing sama Bapak, Riz."
"Tumben dia gak heboh sama kolor monyetnya,"
"Mana ada? Kamu aja kebo, Riz. Pagi-pagi dia udah bikin rumah gempar. Memang kenapa?"
"Nih!" Fariz menunjuk kolor yang dipakainya sambil nyengir tanpa dosa.
"Astaga, Riz. Cepat ganti! Nanti kolornya Emak cuci, biar pas Jaki dateng udah kering. Jangan bikin Emak pusing, Riz. Nanti heboh lagi,"
"Iya, Mak." Fariz mengangguk patuh.
"Oh iya, Jaki mancing sama Bapak? Tumben deh,"
"Iya, Riz. Di kolam Pak Tarji katanya,"
Jawaban Cista membuat Fariz mengernyitkan keningnya. Karena setahunya, Pak Tarji tak pernah punya kolam pemancingan ikan.
"Mak,"
"Hmm,"
"Setau Fariz ya, Pak Tarji masih jualan cireng deh, Mak. Gak punya kolam ikan."
Jawaban Fariz membuat Cista heboh sendiri.
"Ha? Terus? Bapak sama Jaki bohongin Emak? Sebenarnya mereka kemana?"
"MANCING JANDA, MAK!!!" teriak Fariz dari kamar mandi.
"Sembarangan kamu, Riz!" bentak Cista sambil mengikuti Fariz ke kamar mandi.
Eh tidak, makudnya hanya sampai ke depan kamar mandi.
"BETUL MAK, BAPAK PASTI MANCING MPOK YAYA, JANDA KAMPUNG SEBELAH!" teriak Fariz sekali lagi.
Tunggu saja saat Toro pulang nanti, rumah mereka runtuh sudah. Dasar Fariz kompor!
Hiyaaa, sudah muntah pelangi belum? Hehe
Next chapt bagian Fariz kompor ya.
#SalamKetjupBasyah 😘💦
#authorterjomblosedunia yang lagi baper karena MV Eternity 😭
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top