46. Menajamkan Konflik dan Memperkuat Karakter

Materi     : Menajamkan Konflik dan Memperkuat Karakter
Tutor       : Gita Romadhona Gitaromadhona
Notulen  : irmaharyuni
Disclaimer: thewwg

=====>>>>>=====<<<<<=====

Materi kali ini diadakan terbuka bersama Member dan Non Member yang telah mendaftar kelas sebelumnya. Dan Alhamdulillah, kelas berjalan lancar dan tertib. Semua sangat antusias, meski anggota kelasnya banyak. Terima kasih sebesar-besarnya bagi yang telah mengikuti kelas dengan tertib dan antusias. :)

***

Materi Menajamkan Konflik dan Memperkuat Karakter

Karakter adalah pusat dan inti penggerak ceritanya. Tanpanya, pembaca tidak akan peduli dengan sehebat apa pun konflik atau alur yang diceritakan.

Cara mengembangkan karakter itu sebenarnya bebas tidak ada salah atau benarnya. Semua tergantung bagaimana penulis merasa enak "mendekati" si karakter.

Beberapa penulis punya karakter asli--yang diam-diam dia wawancarai. Ada penulis yang membuat karakter 3d, ada yang mengimitasi selebritas, ada yang menyimpan berbagai foto. Bebas aja, dan nggak ada yang salah dari sana.

Tapi yang harus diperhatikan, setiap karakter, sekecil apa pun perannya, haruslah punya dimensi dunianya sendiri. Siapa dia, apa pekerjaannya, bagaimana latar belakangnya,

====****====

Sesi Tanya-Jawab:

Q1: Bagaimana membuat karakter yang kuat, selain bantuan teknik karakter 3 D? kadang planing sudah akurat, tapi eksekusi dalam ceritanya tidak bagus. kuat di rencana, tapi gagal memindahkannya.

A1: Teknik karakter 3D jika dibuat dengan benar adalah acuan terbaik saat membuat karakter. Agar akurat, konsistenlah sedari awal.

Jika di bagan karakter disebutkan dia perempuan pemalu, rapuh, dan tidak percaya diri, jangan bikin dia di bab 3, dia sudah berani memeletkan lidah saat bercanda dengan karakter cowok. Atau, tiba2, ada kalimat, Dia sebal mendengarnya, dientakkannya kaki meninggalkan ruangan.>>> (karakter yang rapuh, pemalu, tidak percaya diri, saat marah tidak akan mengentakkan kaki.)

Jadi, bikin karakter dengan teknik 3D, lalu konsisten.

Q2: Kan kita udah bikin outline termasuk gimana konflik di dalam cerita, terus takutnya pas kita eksekusi di naskah, konfliknya kurang greget. Apa sih tips atau cara untuk mengatasi hal ini?

A2: Riset. Kembangkan alur dengan menambahkan detail-detail deskripsi. Baca lagi konflik, benarkah jika konfliknya begini, akan mengubah alur hidup karakter, jika tidak (jika solusinya sangat gampang) berarti konflik tidak tajam.

Misal: konflik sebuah cerita: seorang perempuan nggak bisa melupakan masa lalunya. Lalu dia bertemu laki-laki baik, jatuh cintalah dia.
Apa masa lalunya? Kalau cuma patah hati doang, yang bisa dilupakan dengan bertemu laki-laki lain, konflik berarti nggak tajam.
Masa lalunya adalah dia pernah menikah dengan seorang laki-laki, dan dari pernikahan itu, dia punya anak. Dia berpisah karena diselingkuhi. Untuk kenal lagi dengan laki-laki lain dia perlu cara untuk percaya. <-- konflik bisa dibilang tajam.

Cara mengeksekusi: perhatikan detail, kekonsistenan karakter, dan logika-logika cerita.


Q3: Bagaimanakah menciptakan tokoh yang dinamis? Yang selalu berubah2 dari satu waktu ke waktu lain, dari satu situasi ke situasi lain, dari satu tempat ke tempat lain, tanpa terjerumus ke penokohan yang plin plan maupun tidak konsisten. 

A3: Saya sulit menjawabnya jika tidak tahu alur ceritanya bagaimana.

Intinya sih, karakter tokoh sangat koheren sama alur yang ingin kamu sampaikan. Kalau ingin karakter yang dinamis, dari awal sudah ada clue yang menunjukkan kalau karaktermu ini ssperti itu, jadi ya tiap perubahan logis, tidak ujug-ujug. Misal, Keira sangat pemurung dan pemalu di awal cerita, tetapi perlahan bertemu dengan Damian (si hero karakter) dia jadi membuka diri dan lebih ceria--- berubah kan karakternya, tetapi perubahan yang terjadi bisa dijelaskan dengan logika.

Kuncinya sederhana, fiksi harus lebih logis dari kehidupan sebenarnya.

Kalau ada temanmu yang biasanya jutek dan pemurung, tiba2 jadi gembira dan riang, pasti ada alasannya kan?
Nah, di fiksi, karena kamu tuhan untuk ceritamu, maka alasan itu harus diberi tahu, tentu nggak langsung2 aja, tetapi dengan clue2 supaya ceritamu smooth.


Q4: Konflik yg tajam itu seperti apa, Mbak? Apakah konflik ala sinetron tapi diasah sedemikian rupa shingga lbh menarik minat pembaca?

A4: Konflik yang tajam adalah konflik yang juga menganggu pembaca untuk mengetahui jawabannya. Konflik bukan dikarang oleh penulis, tetapi disimpulkan dari berbagai variable, dari karakter, latar, elemen eksternal, internal, cara pandang dan lain-lain. Jika terjadi ketidakselarasan dalam variable itu, maka konflik terjadi.
Penting untuk mempertemukan dua karakter yang sangat berbeda agar dapat menimbulkan konflik.
Konflik sinetron, sinetronnya apa dulu? Jika logika-logika dalam sinetron dibenerin, saya rasa bisa jadi.

Konflik terbangun saat karakternya jelas.
Setiap manusia punya kepentingan; niat, ambisi, motif. Perbedaan kepentingan antara dua manusia atau lebih sudah pasti menimbulkan konflik.

Untuk menimbulkan konflik, dua kepentingan yang berbeda tersebut harus bersinggungan dan saling menekan.
Jadi begini: penulis menciptakan karakter--dengan jelas, apa maunya gimana, bagaimana pandangannya, bagaimana latar belakangnya--dia mempertemukan dengan karakter dan kepentingan lain sehingga timbullah konflik.

*Contoh konflik yang terjadi karena karakter vs karakter.
Dalam Interlude, pemuda yang tidak pernah serius dalam hubungan dan senang mempermainkan perempuan tertarik kepada Hanna gadis yang punya trauma dan takut kepada lelaki.

*Contoh konflik yang disebabkan kepentingan
Dalam Saman, Lubukrantau yang mayoritas penduduknya bercocok tanam pohon karet harus berhadapan dengan perusahaan besar yang ingin mengubah industri pertanian di desa tersebut untuk kelapa sawit.

*Contoh konflik karakter vs kelompok
Dalam The Devil Wears Prada, Andrea"jurnalis muda yang idealisâ€"masuk ke dalam lingkungan  pegiat mode yang menjalankan Majalah Runaway.

Jadi konflik nggak terbatas antara karakter vs karakter aja. dia bisa lebih luas


Q5: Bagaimana mendeskripsikan karakter? Memakai narasikah atau tersirat saja dengan dialog/cara berpikir karakter dan membiarkan pembaca menyimpulkan sendiri karakter tokoh?

A5: Cara terbaik deskripsi adalah dengan meleburkannya dalam dialog, lakuan, dan sikap si tokoh.

Misal: Aku tak pernah bilang begitu. Lagi-lagi, dia terpancing marah. Tangan yang agak gemetar menyelipkan rambut panjangnya ke balik telinga. (dua hal yang terlihat, si tokoh gampang marah, dan rambutnya panjang)


Q6: Bagaimana menggiring konflik supaya endingnya susah ditebak?

A6: Untuk romance, biasanya emang ending tertebak dari awal. Bahwa tokoh hero akan berbahagia dengan heroine". Paling kalau sad ending aja yang tidak tertebak, tetapi cluenya jelas.

Jika kamu menulis thriller, pun ada clue yang kamu sisipkan, clue yang nantinya akan terjawab di bagian akhir.
Ending tertebak itu bukan masalah, tetapi bagaimana konflik, alur, dan deskripsimu dalam ceritalah yang akan menghanyutkan pembaca.
Misal: Kita tahu dari blurb bahkan kalau Alea akan jadian sama Bara, tetapi bagaimana mereka bisa saling menemukan, bisa saling percaya-lah yang akan bikin si pembaca penasaran.
Karena meski endingnya tertebak, tapi pembaca tetap mau mengikuti konflik--makanya penting untuk menguatkan karakter dan konflik.


Q7: Kak boleh kasih contoh cara mendeskripsikan karakter lewat narasi aja

A7: Paling mudah dengan perbandingan: Nara menatap diam-diam ke arah Alissa. Pantas saja Deo menyukai gadis itu. Wajah ovalnya tampak menarik, apalagi alis matanya yang gelap menaungi dua matanya dengan pas. Nara mendesah, tingginya bahkan nggak sampai sebahu Alissa. Rambutnya tidak segelap alissa, satu-satunya yang dia pikir menarik di dirinya hanyalah sepasang lesung pipi yang muncul kala dia tersenyum. Tapi, kali ini, Nara merasa sulit sekali tersenyum.


Q8: Bagaimana cara menulis sudut pandang multipov?  Adakah tips dan kiat-kiat agar suara dalam setiap sudut pandangnya tidak tercampur?

A8: Ini berat sebenarnya, yang harus dilakukan tentu banyak berlatih menulis dulu. Multi POV itu gampang melemahkan naskah.

Apa lagi kalau dua sudut pandang dari tokoh yang berbeda. Gaya menulis harus dibedakan banget. Tone cara bertutur tidak boleh sama.

Misal jika dua pov 1 dari tokoh cewek dan cowok: tokoh cewek biasanya akan melihat detail, bicara panjang dengan kalimat majemuk dan agak berlama2 membicarakan satu hal.

sementara, harus dijaga tokoh cowok dengan kalimat2 lebih ringkas, dan tidak bertele2.

misal: ada seorang perempuan datang ke arah mereka.

>>>Tokoh cewek akan bilang: Tante Rima datang ke arah kami. Kalungnya yang tiga tumpuk tampak bergoyang. Kalung apa itu, sepertinya berlian. Bajunya yang merah tampak mencolok, ditambah warna lipstiknya juga, ya ampuun, merah sekali.
>>>Tokoh cowok akan bilang: Dari jauh, Tante Rima datang ke arah kami.

Nah, kelihatan bedanya kan?
Jarang sekali karakter cowok akan membicarakan pakaian, kalung dan lain-lain.
kalau mau lihat contoh terbaru, novel Glaze karya widry ramadhina terbitan twigora. kebetulan, aku yang ngedit.
Di sana, windry mencoba memakai pov Kara dan kalle.


Q9: Bagaimana cara mendeskripsi kan tokoh dengan lengkap, sy kadang suka mentok tidak sampai pada satu paragraf?

A9: Seperti pertanyaan sebelumnya, tidak harus langsung lengkap dalam satu paragraf, deksripsi bisa dicecer dalam beberapa dialog, lakuan, atau narasi
Misal, di narasi disebutkan tinggi, nanti di dialog, akan ada.

"Coba deh, rambutmu dikucir, ganggu liatnya tau," ujar Nara yang sebal melihat rambur gondrng Edo yang tampak acak2an.


Q10: Bagaimana caranya membuat pembaca jatuh hati sama karakter yang kita buat?

A10: Bikin karater logis yang unik.

Bisa jadi unik karena latar belakang hidupnya. misal: Dea--anak yang ceria, dan selau bisa menghangatkan suasana. Padahal, dia anak dari broken home, dan keceriaannya itu menutupi kesedihan dan kesepiannya.

Unik karena pekerjaannya: Max dalam melbourne adalah arsitektur cahaya. Kala dalam Glaze adalah seorang pembuat keramik. Haru dalam memori adalah seorang pembuat film pendek.

Misal: Orang-orang akan ingat saman dalam novel larung mengapa? saman adalah seorang pendeta, yang berhenti menjadi pendeta lalu terlibat kehidupan seks bebas dengan seorang perempuan, dan dia mempertanyakan kembali banyak hal yang dia pelajari di sekolah teologi.


Q10a: Bagaimana supaya profesi karakter kita nyata?

A10a: Riset, baca, riset.


Q11: Kesulitan dalam menyusun kata dalam membuat cerita gitu ka, menuangkan kedalam narasi dama dialog

A11: Harus banyak baca, baca, dan baca. Setiap hari luangkan menulis.
Orang yang banyak baca secara otomatis mengendapkan informasi di kepalanya, saat menulis informasi ini akan keluar--bukan plagiat ya. TAPI PENGETAHUAN.

Contoh kecil:

Misal: Saat dia bikin tulisan, dia bikin si tokoh cewe dan cowo pendekatan dengan ngobrolin salah satu ceritanya anton chekov

"wah, kamu baca chekov, juga"--"iya, selalu menarik buatku saat dia menceritakan masyarakat kelas bawah"

yang nggak baca, nggak kenal chekov, nggak tahu mesti ngomong apa.


Q12: Kak, gimana supaya konflik-konflik itu nggak terkesan dipaksakan/tempelan?

A12: balik lagi ke awal, bagaimana karakter tokohmu bertemu konflik
 apa sebenarnya konflik yang tercipta karena benturan-benturan karakter itu
kalau dia sesuai dengan karakter--maka akan otomatis nggak terlihat tempelan.


Q13: Kak, biasanya penulis pemula seperti saya masih merasa sulit dalam mendeskripsikan apa yang tokoh sedang lakukan / sedang rasakan dengan cara yang tidak langsung.

Misalnya, dia takut, si penulis tidak menjelaskan bahwa dia takut tetapi pembaca dengan sendirinya bisa tahu dan menyimpulkan bahwa si A sedang ketakutan. Itu bagaimana caranya kak?

A13: Gunakan lima indra. Misal untuk mendeskripsikan takut: Nadya mendengar suara pintu terbuka. Dia tahu persis tadi dia sudah mengunci pintu. Seketika, bulu kuduknya meremang. Dia merinding sendiri. Siapa itu yang membuka pintu?


Q14: Apa saja yang harus dihindari agar konflik tetap tajam dan karakter yang dibuat kuat?

A14: jangan terpancing untuk membuat tokoh-tokoh bawahan yang nggak penting untuk alur utama. Lihat dan baca lagi adegan yang kamu tulis, apakah memengaruhi alur jika dibuang? apakah menghilangkan deskripsi?

jika tidak, dia tidak penting? Maka buang.



 Q15: Msh seputar multipov, bgaimana pembuatan narasi yang benar dalam penokohan cowok ? Kebetulan aq mencoba membuat novel lgi, yg gunain multipov, di naskah itu aq membuat tokoh cowok yg bersifat cuek tp dia sebnarnya cowo yg hangat ? Apa tidk apa2 klo pada narasi cowo menggambarkan hatinya ? Mksdunya bertolak belakang dg dialog yg dia ucapkan ?

Misal: " capek ya ? " tanyaku pada shasa yg bru saja menyapukan cat pada anak tangga terakhir. "

menurut lo ? " katanya jutek sambil merebut air mineral yg kubawa " jd anak cewe minum dg anggun dikit napa ? Celetukku dg wajah datar .....

Begini mksudnya ka ?


A15: kalimat pertama: "Capek ya?" tanyaku pada Shasa. Cewek itu sedang mengecat anak tangga terakhir.
ingat, tone cowok apalagi dia cuek--tidak melihat sesuatu dengan sekaligus, juga tidak membicarakan dua hal dalam satu waktu.
cowok jarang sekali bisa multitask.

 " menurut lo ? " katanya jutek sambil merebut air mineral yg kubawa " jd anak cewe minum dg anggun dikit napa ? Celetukku dg wajah datar .....
 ini salah, karena tokoh cowok sudah jadi pov 3--tapi kok dia tahu si shasa itu jutek.

Coba:

 "menurut lo?" gadis itu menjawab. Nadanya pendek dan dia sama sekali tidak melihat ke arahku.
 atau

 "menurut lo," jawab gadis itu sambil merebut air mineralku. Wajahnya tidak bisa kutebak.  "jd cewe minum dg anggun dikit napa?" ujarku berusaha bicara tanpa ekspresi.

JADI, si tokoh cowok tetap nggak tahu dia terdengar seperti apa buat si tokoh cewe.

yang dia lakukan adalah menduga dan berusaha.

Ada lagi yang perlu diperhatikan:

 jika suaranya sama, tentu akan jadi pertanyaan, kenapa harus multiple. dan kenapa bisa suara pov-nya jadi sama semua, sementara karakternya beda2

 sangat sulit bagi penulis untuk membedakan tone, apa lagi melepas ciri dirinya sendiri ke dalam tokoh; sehingga yang terjadi jika multiple pov sering kali tonenya sama semua. aka mirip penulis semua


Q16: Bagaimana cara agar penulis tidak terjebak dalam konflik yang sudah ada sebelumnya di pasaran?

A16: Misal: kawin kontrak karena ada tujuan tertentu. Soalnya sudah banyak cerita seperti itu, tapi tetap banyak yang suka.
 nggak ada yang baru di bawah matahari. Semua konflik kisah cinta sudah ada yang menulis. Kawin kontrak, cinta antarsahabat, cinta karena dendam, cinta nggak sampai

 Namun, meski nggak ada yang baru di bawah matahari, tetap saja, ada banyak cahaya yang bisa membedakan kita dengan kisah orang lain. Meski tema konflik yang kita pilih sangat jamak, tapi bagaimana kita menampilkan karakter yang unik, latar belakang yang penuh riset, deskripsi detail, itulah yang membedakan cerita kita kelak.



Q17: Mbak Gita, ini agak oot sebenernya, tp gak jauh dari profesi Mbak Gita sendiri.

Sbg penulis, kita kan juga wajib buat ngedit cerita sendiri, setidaknya sebelum sampai ke meja editor. Ada tips dan trik nggak Mbak supaya cerita kita bs jd lebih baik?

A17: Dengan balik lagi ke semua hal. lihat konsistensi karakter, lihat konflik dan perkembangan. lihat deskripsi, sudah lengkap nggak. baca lagi dengan saksama, adakah logika yang bolong, lalu buang adegan yang tidak membuat alur berubah.


Q18: Apakah 'kill your darlings' itu bener2 harus diterapkan, Mbak? Kan sering saya bc tips2 dr penulis luar bahwa kita harus memangkas bagI dari cerita yang menurut kita penting, tp sebenernya menurut pembaca/org lain gak penting. Kira2 begitu.

A18: Tergantung menurutku
 Jika dia memang penting buat alur, ya pertaha kan, tapi kalo gak buat apa disayang2
 Jadi dalam cerita itu selalu ada segitiga naik, yang dimulai di bawah dengan paparan, pengenalan tokoh, naik ke konflik, puncaknya klimaks. Lalu, bagaimana konflik diselesaikan dan ending.
Nah, saat ada bagian yang tidak memengaruhi segitiga bergerak, dia tidak ngaruh ke konflik, dia tidak ngaruh ke alur, maka dia nggak penting. Buang

Sedikit membenarkan kesalahan pengunaan kata jam:

 Pukul: menunjukkan waktu , jam: menunjukkan durasi.


PESAN: Teruslah membaca. Karena penulis yang baik, adalah pembaca yang baik.

=====>>>>>=====<<<<<=====

Terima kasih atas kesempatan, waktu dan ilmunya, ya Kak Gita.... Semoga berkah.

Jazakallahu khoir.

=====>>>>><<<<<=====

Mohon maaf apabila ada salah kata, dan tulisan, maupun informasi. Kami menerima kritik, saran dan pertanyaan.

By admin Irma.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top