37. Rasa yang Kuat Dalam Narasi Baku
Materi: Rasa yang Kuat Dalam Narasi Baku/ Membangun Feeling Cerita dengan menggunakan narasi baku.
Hari: Sabtu, 4 Maret 2017
Tutor: Stella Olivia Stellaoliviaalda
Notulen : Jeon_Eun Jeon_Eun
Disclaimer: theWWG
>>>>>>>>>>>==== MATERI ====<<<<<<<<<
Oke, kita sering berpikir bahwa kalimat yang baku selalu terkesan kaku dan tidak menarik. Padahal menurutku pribadi, membaca buku yang ditulis dengan kalimat baku justru lebih menyenangkan.
Aku sendiri lebih suka menulis dengan bahasa baku, namun tetap memerhatikan sasaran pembacaku. Saat menulis novel romance dewasa, aku menulis dengan pola pikir orang dewasa walau tetap menggunakan bahasa baku.
Sedangkan untuk buku berseriku yang akan segera terbit, aku juga berpegang pada kalimat-kalimat baku namun menulis dengan gaya bahasa anak muda yang asyik dan renyah.
Jadi, paham kan kalau tidak selamanya menulis dengan bahasa baku itu tidak menarik? Asal si penulis kompeten merangkai cerita, naskahmu bakal tetap baper! Hehehe
Jadi? Gimana caranya?
★1.
Pertama adalah soal mendalami isi cerita. Seorang penulis harus paham dong bagaimana detail-detail isi cerita, karakter setiap tokoh, sampai konflik-konflik yang muncul dalam cerita.
Setiap detail yang ada harus dibayangkan sejelas mungkin, baru ditulis dengan hati. Jadi, walau dengan bahasa baku sekalipun, isi cerita tetap nikmat dibaca karena penulisnya menguasai setiap kejadian dan mampu menuliskannya dengan detail.
Contohnya begini.
“Frans! Kenapa kamu tidak mengangkat teleponku dua hari ini, sih?” Angela bertanya dengan nada agak kasar. Matanya jelas tidak bisa menyembunyikan kalau ia sedang kesal sampai-sampai gadis itu sedikit melotot. Dan, jari telunjuknya bahkan sudah menunjuk ke arah lelaki di hadapannya.
Yuk, sekarang giliran kalian! Kasih contoh ke aku dong beberapa kalimat dengan penggambaran yang sangat detail sehingga pembaca bisa membayangkan sejelas-jelasnya kejadian yang sedang kalian tulis. Setiap member boleh mencontohkan satu hal saja.{Latihan 1}
★2.
Yang kedua adalah soal karakter setiap tokoh. Seorang penulis tentu sangat hafal karakter setiap tokoh yang ditulisnya, dong?
Kalau dia menulis tokoh A sebagai gadis yang galak, sebaiknya penulis memperkuat hal itu dengan kalimat-kalimat pendukung yang benar-benar meyakinkan pembaca kalau si A benar-benar sosok gadis yang galak.
Karena kalimat ‘Angelica tumbuh sebagai gadis yang galak’ saja tidak pernah cukup.
Contohnya begini.
“Hei, kamu pikir kamu itu siapa?” Angelica menatap lawan bicaranya dengan pandangan sinis sekaligus raut wajah tidak bersahabat. Nada suaranya tinggi dan ia menghembuskan napas dengan sangat kasar tepat di hadapan lelaki itu.
Paham, kan, kawan?
Membaca kalimat itu bakal membuat pembaca sungguh-sungguh bisa menjelajah masuk ke dalam ceritamu dan merasakan atmosfer naskahmu. Dengan begitu, pemaparan karakter tokoh yang kuat bakal membuat pembaca selalu mendapat feel-nya.
Yuk, sekarang giliran kalian. Contohkan padaku dong tentang satu tokoh beserta pemaparan karakternya yang kuat. Silakan{Latihan 2}
★3.
Yang terakhir adalah soal konsistensi. Naskah fiksi disebut keren ketika penulisnya mampu mengaitkan setiap kejadian yang ditulisnya.
Kalau di awal cerita kita menulis momen pertemuan gadis dengan seorang mahasiswa fakultas hukum, setelahnya harus ada korelasi dari momen tersebut.
Jangan membuat pembaca berguman, “Oh, lalu kenapa penulis menulis momen pertemuan si gadis dengan mahasiswa fakultas hukum, ya?”
Korelasi yang ditulis dengan tepat dan tidak terkesan terburu-buru selalu mengesankan bagi pembaca. Karena menuliskan suatu momen tanpa tujuan itu sia-sia dan tidak perlu dilakukan.
>>>>>>>>>>==== Q & A =====<<<<<<<<<<
★Q1:
Kak, apakah cerita dengan banyak narasi itu bagus? Bagaimana caranya supaya pembaca tetap membaca tanpa merasa bosan? Sy perhatikan novel terjemahan banyak sekali paragraf narasinya
★A1:
Johana, menurutku seorang penulis harus bisa menulis dengan seimbang antara narasi dengan dialog. Karna memang penjelasan bahasa tubuh dan kondisi sekeliling itu penting, sama pentingnya dengan dialog yang dipaparkan. Hehehe
★Q2 :
Kak Stella apakah penulisan baku untuk tulisan novel fiksi selalu dianggap seperti novel terjemahan?
Itu bagaimana cara membuatnya beda?
Maaf kalo tidak jelas ya kak terima kasih.
★A2:
Lily, tergantung si penerjemah ya Ly. Kalau penerjemahnya kaku, jelas kalimat2 terjemahannya terdengar agak asing. Namun jika penerjemahnya hebat soal merangkai kalimat dalam bahasa Indo banget, tidak akan terasa jauh berbeda menurutku.
★Q3 :
Kak aku masih bingung dengan penggunaan aku dan kau, sebenarnya yang mana yang baku?
Atau itu disesuaikan dengan genre cerita yang kita buat?
Kamu dan kau merujuk pada hal yg berbeda ya
Maksudnya kamu dan kau .
★A3:
Sama2 baku kok hehehe
Jadi boleh digunakan keduanya ya.
★Q4:
kak, pemakaian kata kata semacam 'kok, lho, sih, kan' itu wajar ga kak di cerita gaya terjemahan? Atau sebaiknya dihindari?
★A4:
Menurutku boleh dipakai kok.
★Q5:
Kak Stela, bagaimana penulisan kalimat baku pada naskah komedi karena kebanyakan kalau genre roncom itu suka pake kata nabrak atau kalimat ga baku?
★A5:
naskah komedi tetap bs ditulis dg bhs baku kok asal penulisnya mau. Kata2 dlm bhs daerah boleh diketik italic.
★Q6:
Kak, aku mau tanya bagaimana caranya untuk benar-benar bisa detail dalam menulis narasi karena biasanya aku kalau nulis lebih terarah ke perasaan si tokohnya bukan malah ke kondisi sekitaran si tokoh. Aku kadang suka bingung nulis benar benar detail kayak begitu.
Mohon tipsnya, kak.
Terima kasih.
★A6:
Coba deh Rene bayangkan dg detail andai Rene d posisi tokoh itu. Manusia kan cenderung terbiasa lbh suka bicara dan mengekspresikan perasaannya. Jd apa yg akan Rene katakan kl berada d posisi tokoh itu? Bayangan yg detail akan membuatmu bs menuliskan dialog dg baik pula.
★Q7:
Bagaimana cara menghindari kata-kata yang sering di ucapkan dalam narasi.
Misal kata kesimpulan seperti :
-Akhirnya
-Membuat ...
-Namun,
-Jadi,
Aku sering menggunakan kata kesimpulan itu berulang pada akhir narasi. Dan terdengar aneh.
★A7:
Aku biasa mengakalinya dg mencari sinonim kata tsb.
Ujar, ucap, kata,
Gunakan bergantian. Hehehe. Begitu contohnya ya.
★Q8:
Kak, kalau di novel luar, mudah membedakan dia (she) dengan dia (he) jadi penulis pun ga begitu kerepotan seandainya menggunakan she dan he berulang ulang dalam satu paragraf. Kalo di novel indonesia, agak membingungkan kalau terlalu banyak nya dan dia, apakah tidak apa apa keseringan menggunakan nama tokoh?
★A8:
Bisa diakali dg,
Gadis itu
Wanita itu
Dsb
★Q9:
Jadi, kata baku itu bukan hanya yang ada di kbbi saja ya Kak? Tapi, kata baku itu juga meliputi huruf kapital dan tanda baca ya? Lalu, bagaimanakah penulisan kata tidak baku di dalam cerita? Jika misalnya dalam cerita itu campur-campur gitu (ada kata baku dan tidak baku)
★A9:
Betul. Kata baku meliputi ejaan, tanda baca, dan huruf kapital.
Menurutku lebih baik menggunakan kata baku ya. Krn tetap dpt feel-nya kok asal si penulis menguasai apa yg ia tulis.
Kl campur2, biasanya editor penerbitan yg akan membantu proses revisi jk memang naskah dinyatakan akan diterbitkan.
***
Makasih ilmunya Kak Stella sangat bermanfaat.
Semoga berbalas kebaikan.
***
Terima kasih Kak Stella :)
Atas kesempatan, waktu, dan ilmunya, semoga kebaikannya melimpah. :)
***
Mohon maaf apabila ada kesalahan. Kami terbuka menerima kritik dan saran. By admin irmaharyuni
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top