36. Logika Kepenulisan

Materi: Logika Kepenulisan.
Tanggal: 27 Februari 2017
Tutor: Auliya Al Hazmi. Reia_ariadne
Notulen: Jeon_ Eun Jeon_Eun
Disclaimer: theWWG

>>>>>>>>>=======<<<<<<<<<

Tema kita hari ini adalah logika ke penulisan.

Aku memilih judul, Perlukah logika dalam menulis fiksi?

Misteri atau detektif-detektifan tentu harus punya logika yang kuat, tapi apakah genre lainnya tidak butuh logika?

Seperti fantasi, humor, dll .

Cerita fiktif butuh elemen logika.

Contoh kita ambil Harry Potter.

Penyihir pria yang hobi naik sapu terbang. Hal tersebut tidak masuk akal di dunia nyata karena kita belum pernah menyaksikan secara langsung dengan Panca indra.
Tapi mengapa kita tidak mengeluh tentang itu?

Malah menerima (bahkan menikmati) cerita yang tidak masuk akal tersebut.

Jawabannya adalah karena terdapat sebuah konsep cerita yang imajinatif (yang didukung oleh logika)

Konsep imajinatifnya :

Harry potter naik sapu terbang.

Logika pendukungnya kita lihat penjabaran berikut :

★1. Saat pertama kali naik sapu terbang, kenapa ia kesusahan? Mengapa ga langsung ahli mengendarai sapu terbang?

Logikanya, harus ada adaptasi dahulu.

★2. Kenapa Harry duduk mengapit sapunya? Ga duduk samping macam ibu2 boncengan motor?

Nah, secara akal kita bisa pikir kalo bakalan jatoh
Logikanya, itu posisi efisien untuk bermanuver dll.

★3. Kenapa ada pijakan kaki di design sapu terbangnya?

Logikanya, kaki bisa lelah kalo ga ada pijakan.

Aku pribadi membagi aplikasi logika dalam cerita fiksi menjadi dua kategori.

★1. Kategori "tokoh" (baik itu dalam ucapan atau tindakan)

★2. Kategori "non-tokoh" (narasi tentang tempat, waktu, dll -pokoknya yang tidak tercemar oleh tokoh)

Aku kasih contoh kategori "tokoh" dan "non-tokoh"

Coba lihat cuplikan cerita berikut:

"Teeeeeettt ...." Bel pulang SMA Cakranusa melengking tidak karuan. Bunyinya melemah dan mengeras bergantian. Suaranya terdengar aneh, tapi tidak menjadi fokus utama siswa. Ujian akhir semester mereka telah usai. Perasaan takut memikirkan nilai mendadak hilang, digantikan oleh rasa senang karena libur telah datang. Satu bulan lebih tidak akan ada proses belajar mengajar di sekolah.

Beberapa anak dalam kelas XII IPA 2 mulai berteriak dan tertawa keras. Suara gaduh bercampur gelak tawa terdengar dari segala penjuru kelas. Tiba-tiba, seorang gadis berambut panjang menaiki kursinya.

"Guys ... diem bentar dong, gue mau ngomong!" Teriaknya sambil menempelkan kedua telapak tangannya di mulut, membentuk sebuah corong.

============================ Cek satu persatu ya>>>

Aku akan membagi2 potongan cerita di atas menjadi kategori "tokoh" atau "non-tokoh"

●» "Teeeettt ..." Bel pulang sekolah SMA Cakranusa melengking tidak karuan. Bunyinya melemah dan mengeras bergantian. Suaranya terdengar aneh,

Masuk kategori non-tokoh karena hanya paparan informasi tentang suara bel. Tapi sepertinya tidak menjadi fokus utama siswa.
Masuk kategori tokoh karena tokohnya (siswa) tidak terlalu fokus dengan suara bel.

●» Ujian akhir semester telah usai.

Masuk kategori non-tokoh karena hanya paparan informasi tentang UAS telah berakhir.

●» Perasaan takut memikirkan nilai mendadak hilang, digantikan oleh rasa senang karena libur telah datang.

Masuk kategori tokoh karena meskipun tidak disebutkan, tokohnya (siswa) tidak memikirkan nilai lagi, mereka senang karena libur telah tiba.

●» Satu bulan lebih tidak akan ada proses belajar mengajar di sekolah.

Masuk kategori non-tokoh karena hanya paparan informasi kalau libur selama satu bulan lebih.

●» Beberapa anak dalam kelas XII IPA 2 mulai berteriak dan tertawa keras. Suara gaduh bercampur terdengar dari segala penjuru kelas.

Masuk kategori tokoh karena tokohnya (siswa) yang suaranya ribut di dalam kelas. Tiba-tiba seorang gadis berambut panjang menaiki kursinya.

●» Masuk kategori tokoh karena tokohnya (siswi) yang naik kursi

"Guys ... diem bentar dong, gue mau ngomong!" teriaknya sambil menempelkan kedua telapak tangannya di mulut, membentuk sebuah corong.

●» Masuk kategori tokoh karena tokohnya (siswi yang naik meja tadi) mau mengumumkan sesuatu.

Paham kan sama contoh di atas?

Paham.

Kita bahas aplikasi logika dalam kategori "tokoh"

✩Contoh 1✩

Pak Udin adalah guru SD yang ramah. Ia suka memberi uang pada pengemis yang sering duduk di depan gerbang sekolah. Pernah suatu hari gajinya telat dibayarkan. Ia tidak mengeluh, malahan ia semakin gencar bederma. Ia percaya kalau rezeki bisa dijemput dengan sedekah.

-beberapa adegan berlalu-

Pak Udin tiba-tiba melempar piring kaca ke arah istrinya.

"Makanan apa ini?!" bentaknya.

"Tapi, Pak, hanya itu yang sanggup kita beli."

◎Tidak masuk akal karena terjadi perubahan drastis sifat tokoh.

Akan tetapi ...
Hal tersebut mungkin saja terjadi bila ada ALASAN yang mendasarinya.

★A. Pak Udin tidak tahan lagi karena tidak kunjung kaya, kemudian melampiaskan kemarahan kepada istrinya.
★B. Pak Udin adalah seorang psokopat.
Tapi tanpa ada tujuan apa2 atau alasan apa2. Hal di atas gak logis banget.

✩Contoh 2✩

Seorang anak berumur 6 tahun berkata kepada ibunya.

"Fleksibel sedikit lah, Bu. Peraturan mengenai jadwal pulang sebelum magrib harus kita evaluasi. Contohnya dalam kasus ini. Takdir yang menghendaki aku pulang telat. Ibu juga tahu kan tadi hujan lebat! Besok-besok aku tidak akan percaya dengan ramalan cuaca di televisi. Validitasnya benar-benar diragukan!"

◎Ini aku sengaja bikin contohnya ekstrem banget biar sama2 keliatan.
Pemilihan kata dalam dialog dan cara berbicara sangat bergantung pada usia (lebih tepatnya tingkat pengetahuan seseorang)

Bisa saja anak tersebut benar-benar jenius atau ia adalah seorang ilmuan yang hidup dalam tubuh anak kecil.
Tapi dalam kasus umum, anak kecil yang berkata seperti itu tidak pernah kejadian.

✩Contoh 3✩

"Onde mandeh! Nduk, koe kalau ndak niat kerja, pergi sana!"
Campur aduk budaya.

◎Terkadang budaya juga mempengaruhi cara berbicara dan tindakan seseorang.
Onde mandeh mirip percakapan versi padang meskipun artinya beda.

✩Contoh 4✩

Septian melempar kunci motor ke arah Heru. Baru saja kunci motor tersebut dilempar, kedua tangan Heru merapat, melindungi kepala dan sebagian badannya. Ia tak berusaha menangkap lemparan itu.

◎Pada umumnya, cowok tidak akan bersikap seperti Heru. Mereka akan sigap menangkap. Biasanya cewek yang bersikap seperti itu (meskipun tidak umum)

Ringkasan dari keempat contoh di atas:

Pak udin : sifat

Anak umur 6 tahun : usia

Onde Mandeh, Nduk : budaya/daerah

Kunci motor dan Heru : jenis kelamin
Tergantung juga. Kalo aku nangkep sih. Refleks. Meskipun tidak umum.

✩Contoh 5✩

Tsunami besar terjadi di bagian barat pulau mentawai. Tak lama lagi, semenanjung Riau akan terkena gombangnya. Para orang tua dan anak-anak mendapatkan prioritas untuk mengungsi ke dataran tinggi terlebih dahulu.

◎Kesalahan geografis : pantai Riau berada di sebelah timur. Pulau mentawai terletak di sebelah barat provinsi Sumatera Barat.

✩Contoh 6✩

Seorang cewek di Jakarta mengirim pesan kepada kekasihnya yang sedang berada di Tokyo.

Sayang, kamu sudah tidur? Pasti di sana masih tengah malam, ya? Di sini sudah pagi. Aku kangen kamu, jangan lupa makan. Xoxo.

◎Kesalahan waktu : Tokyo GMT + 9, Jakarta GMT + 7. Yang artinya dua kota itu hanya beda 2 jam dan waktu di Tokyo 2 jam lebih awal dari Jakarta.
Jam 10 pagi di Jakarta berarti jam 12 siang di Tokyo.
Atau masalah jarak, Surabaya samapi Jakarta bawa mobil 2 jam.

✩Contoh 7✩

Senja sepertinya memaksa mereka untuk menginap di rumah itu. Apa boleh buat, hanya rumah tersebut yang ada di pulau ini. Bangunannya sudah terlihat tua, bahkan atapnya saja tidak lagi sempurna kedudukannya. Beberapa kaca jendelanya pecah, membuat celah yang tercipta dilalui oleh semburat sinar ultraviolet berwarna oranye. Benar-benar seperti rumah yang tidak terawat. Atau memang rumah tersebut tidak ada penghuninya?

◎Kesalahan ilmu pengetahuan : sinar ultraviolet tidak bisa dilihat oleh mata. Warna oranye bukan tergolong sinar ultraviolet.
Emang sih keren jadinya pake sinar UV, tapi ga masuk akal bisa nampak sinar UV dg mata telanjang.

«●» Tips dari aku untuk aplikasi logika dalam kategori "tokoh" adalah.

Mengajukan pertanyaan:
★Apakah mungkin tokoh ini mengatakan hal itu/ melakukan hal itu?

Atau contoh lebih lengkapnya
Apakah mungkin Rudi -siswa SMA berumur 18 tahun berasal dari kampung dengan sifat rendah hati- berkata seperti itu/ bersikap seperti itu?

Kalau jawabannya tidak mungkin, berarti ada logika yang salah atau alasannya belum kuat.

Misal, Rudi adalah tokoh cerita kita.

Karena semua tokoh bisa marah, senang, atau sedih.Senang anak umur 4 tahun dengan 35 tentu berbeda.Marah orang yang temperamen dengan orang yang humoris tentu berbeda. Sedih cowok dan cewek juga biasanya berbeda

«●» Dan untuk kategori "non-tokoh" ini aku ga punya tips selain RISET.

Riset, dan riset.
Nanti diketawain pembaca.
Dan pesan aku buat menghindari kesalahan logika.

★Tanyakan apakah mungkin tokoh tersebut berbicara/ bersikap seperti itu. Dan lakukanlah riset agar tidak terdapat cacat logika.

>>>>>>>>==== Q & A ====<<<<<<

★Q1:

Logis nggak, sih, semisal saya tulis SEA Games pada tahun 2019 atau 2021 di Indonesia? Tips bikin setting waktu, dong, Bang😳

★A1:

Tidak apa-apa sih bagi aku, toh nantinya di cerita kan bakal dijelasin alasan yg berbagai macam kok bisa Indonesia jadi tuan rumah. Dan aku rasa (pembaca) bakal ngerti kalo itu bohongan.

★Q2:
Misalnya dalam cerita mystery/thriller, tokoh utamanya cewek yg berprofesi pembunuh bayaran. jadi, sebelum benar2 jadi pembunuh profesional kan harus latihan dulu.

saat si tokoh utama ini masih berusia 17 tahun ketika masuk ke organisasi para pembunuh bayaran tadi.

karena ia keras kepala dan rasa sayangnya pada saudara kembarnya, ia bisa latihan push up ratusan kali dalam satu waktu.

yang ingin kutanyakan kak, apakah menurut pandangan kakak secara umum itu termasuk tidak logis kah? atau logis kah bila didukung rasa dendam hendak membalas orang-orang yang pernah menyakitinya dengan tidak manusiawi, ingin lebih kuat lagi dan rasa sayangnya yang sangat besar pada saudara kembarnya yang sudah meninggal karena sebuah teror yang menyebabkan dia sakit jiwa? dan saudara kembarnya ini mengorbankan diri agar si tokoh utama ini bisa menghindari teror tersebut. juga tokoh utama dan saudara kembarnya ini sudah menjalani kehidupan yang penuh penderitaan bersama-sama. terima kasih kak
Harry potter tadi kan ga logis. Sama halnya dg ga mungkin indonesia jadi tuan rumah tahun segitu. Tapi ttp aja harus ada elemen logika dalam ceritanya. Jgn ujuk2 panitia seagames dapat wangsit buat ngadainnya di indonesia.

★A2:

Secara garis besar bagi aku udah bisa dikategorikan masuk akal.

Nanti kalo ada adegan (flashback ato ga) dalam penerimaan latihan jadi pembunuh bayaran.

Permasalahannya tinggal. Apakah ALASAN itu benar2 kuat?

Kalo karakter ceweknya kemayu2, jelas ga kuat. Kalo karakternya tegas, kuat. Dan tinggal mencari alasan2 kuat lainnya yang mendukung.
Kalo benang merahnya lemah, ga kuat alasannya berarti.

★Q3:

Tante, gumana kalo pas kita menanyakan kepada diri sendiri logis enggaknya cerita kita, tapi kitanya malah nggak tahu jawabannya. Kita nggak tahu garis logis dan nggak logisnya suatu kejadian, ato penokohan, ato kebudayaan?
Kayak yang dicontohin cowok pas dilemparin benda, terus responsnya menunduk bukan malah menangkap. Kita--sebagai penulis--gk tau logisnya seperti apa.

★A3:

Wah, aku rasa ga ada titik batas yg jelas. Sama seperti cerita ini, beda baik dan buruk.

Bapak melarang anaknya makan cokelat dg cara menampar.

Kita bakal mikir bapaknya buruk. Dia kejam, dll.

Tapi kalo alasannya adalah kalo si anak makan cokelat lagi, giginya akan rusak kata dokter, bahkan bisa membahayakan.

Berubah pandangan kita terhadap si bapak, jadi baik. Anaknya aja yg bandel.

Terus kita ubah lagi kalo anak tersebut divonis kanker dan hidupnya ga lama lagi. Dia ngidam cokelat pake bgt.

Kita malah simpatik ke anaknya.

Kalo hal tersebut ga penting dalam cerita/ hal yg umum. Lebih baik mengikuti standar keumuman. Misal makan pake tangan. mgkin ga org makan pake mulut lgsg ke piring, mgkin ajah.

Kasus lempar kunci cuma perumpamaan. Tapi kalo ceweknya emang tomboy, ya ga masalag kalo nangkep. Cuma kalo karakter awalnya dibuat pemalu, kemayu, mgkin lebih baik dibuat dia melindungi diri ga berusaha menangkap.

★Q4:

Mau tanya kak, gimana klo pada penokohan kita ga punya bahan riset yang bernyawa? Maksudnya, ga punya temen yg mengalami hal tsb, jadi kita cuma berpatok pada tanya temen "kalau di posisi kek gitu gimana?" Pertinyiinnya, solusi kek gitu gimana kak? Kan klo non fiksi bisa lewat google, maps, dll, nah klo untuk tokoh?

★A4:

Beruntungnya, tokoh (yg biasanya adalah manusia) punya rentang sifat yang lumayan gede.

Ibu = ada yg sayang anaknya, ada yg benci anaknya, ada yg bunuh anaknya, dll.

Bahkan ibu yang kelihatan sayang bgt sama anaknya tega ngebunuh anaknya sendiri.

Tanyakan lagi desti.

Misal, afgan yak.

Kalo dia ketemu sama desti apa yg pertama kali dia lakukan?

A. Lgsg cium pipi?
B. Jabat tanganm?
C. Meluk terus angkat sambil diputar2?
D. Ga peduli?
E. Senyumm?
F. Biasanya tak terlihat?
Desti bisa milih sendiri yg mana yg paling mungkin dan yg mana yg paling ga mgkin.
Mungkinkah afgan bersikap seperti itu?

★Q5:

Apakah riset terlebih dahulu Kak agar tidak terjadi kesalahan logika? Dan saat tidak sengaja ada kesalahan, lalu kita tidak mengetahuinya. Bagaimana cara mengubahnya Kak? Semisal diubah juga akan berpengaruh pada isi cerita.

★A5:

Kalo untuk kategori bukan tokoh, ya harus riset kalo ga mau ada kesalahan. Kalo risetnya kurang dan nemu sendiri kesalahannya, ya riset lagi. Kalo yang nemu adalah org lain, nerima kritik dan saran org itu, check lagi, riset lagi, terus perbaiki.

Kalo untuk yang tokoh. Biasanya kita sering kebablasan, karena penulisnya cuma satu. Terus mau dipisah2 jadi beberapa tokoh. Tentunya terkadang ada suara tokoh atau tindakan tokoh yang agak kurang pas. Tanyain ke diri sendiri. Seberapa kenal sih kita sama tokoh kita sendiri???
Jadi, klo kita punya alasan yg jelas gpp kan ya kakk? Selama ada alasan? Walaupun yg lain ada yg gag terima??

Kalo afgan adalah teman kecil Desti dan kebiasaan kalo ketemu adalah nyium, masuk akal dong?

★Q6:
kan kadang ada tuh penulis yg udah baca tulisannya dirasa udah pas. Pdhal pembaca ada ngrasa gak masuk akal, gmna tuh mengatasinya.. Cem tsunami d pulai riau tdi.

★A6:

Kalo alasannya kuat, ya kenapa dipermasalahan. Kalo kita salah, legowo. Harusnya berterima kasih ke org itu. Jgn takut dikritik, tapi lantanglah bila kita benar.

★Q7:
Kak Aul, kalau saya bikin cerita yang ada unsur sejarahnya, lalu saya bikin ending yang hasilnya sangat berbeda dengan sejarah tersebut demi memenuhi kepentingan cerita. Apakah itu termasuk fiksi yang logis?

★A7:

Fiksi yang logis. Namanya aja udah fiksi. Ide ceritanya masuk akal kok, cuma harus ditunjang dengan elemen logis. Kalo mau nulis non-fiksi mah harus pake fakta dan data.

Contoh elemen logis dalam fiksi sejarah di atas Seperti, gaya bahasa org dulu dan cara berpakaian tentu berbeda dg zaman skrg.

Ga mgkin kan org dulu manggilnya inces2an dan dandanannya kekinian.

★Q8:
Tingkat kelogisan itu tergantung penulis atau pembaca, kadang penulis sudah merasa logis tapi pembaca malah merasa aneh. Atau harus imbang keduanya?

★A8:

Kalo logisnya itu masalag ilmu pengetahuan, perbedaan waktu dan letak geografis (yang valid kebenarannya) tentunya mengikut hal itu terlepas dari apakah penulis dan pembaca yang menyampaikannya.

Kalo buat tokoh. Kita biasanya bisa merasakan sendiri.
Anak bunuh ibu karena tidak dikasih duit 20rb
Ada yang bilang itu masuk akal, ada juga tidak bilang tidak masuk akal. Kalo keluarga mereka baik-baik ajah, harmonis, kaya raya. Itu jelas ngaco, tidak masuk akal.Tapi kalo keluarga mereka melarat, si anak malu gegara miskin. Mungkin ajah.

***

Terima kasih Kak Auliya :)
Atas kesempatan, waktu, dan ilmunya, semoga kebaikannya melimpah. :)

***

Mohon maaf apabila ada kesalahan. Kami terbuka menerima kritik dan saran. By admin irmaharyuni

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top