SSM | Tips Menyelesaikan Tulisan
Pemateri • M : Rede-fine
Tema : Tips Menyelesaikan Tulisan
___________________________________________________________________________________
Selamat malam, semuanya. Saya Rifa, di sini saya akan memberi tips bagaimana caranya menyelesaikan tulisan. Bahkan dalam waktu yang bisa kita targetkan, atau dalam waktu yang cepat. Semoga ini membantu, ya.
1. Buat outline sebelum memulai
Sebenarnya, ini optional dalam hal menulis. Tidak wajib. Namun, umumnya outline ini benar-benar membantu penulis bagaimana mengarahkan cerita, juga menamatkan cerita
Outline yang dibuat sederhana saja. Tak perlu terlalu rumit. Juga, jangan lupa bangun penokohan yang kuat, latar yang mengesankan, dan tema yang bagus. Tentu saja, ini akan membantu dalam proses menyelesaikan tulisan.
Boleh juga ditulis di buku catatan, apa saja yang perlu-yang menjadi unsur utama dan pelengkap cerita. Biasanya saya tulis di buku. Dan memang, saya berhasil menulis satu novel dari seluruh outline yang saya buat khusus untuk itu.
2. Buat Rincian
Rincian ini maksudnya mengenai unsur-unsur dalam cerita. Seperti riset tentang latar yang akan digunakan, lalu tema yang diangkat, tokoh, dll. Penggunaan riset ini benar-benar menambah ketertarikan dalam cerita.
Contohnya begini :
Jika kita akan mengambil riset di rumah milik seorang mafia, tentu kita harus memerhatikan apa saja yang menjadi ciri khas di sana.
Contohnya, anggota yang selalu berpakaian rapi menjelang pesta-atau sebuah misi-dan latar belakang kehidupan mereka yang biasanya kelam dan menjadi bahan trauma. Hal-hal seperti itu bisa saja mendorong pembaca untuk terus menggali dan menggali apa saja yang pernah dialami mereka masing-masing. Jadi, tak hanya sekedar fokus pada pekerjaan yang dilakukan mereka.
3.Fokus pada ceritamu
Tentu, penulis menciptakan banyak ide. Terkadang kita sulit konsisten terhadap satu cerita yang kita garap. Bisa saja di lain waktu, kita membuat cerita lain dengan tema yang cukup berbeda dengan tema yang telah kita buat sebelumnya di cerita lain.
Fokus. Kunci utama dalam melakukan sesuatu. Usahakan untuk biasa bersabar jika ingin menulis cerita lain. Ini saya kutip dari salah satu penulis favorit saya, yang sempat membiarkan cerita-ceritanya terbengkalai demi satu cerita. Dan, akhirnya ia bisa menyelesaikan cerita itu dengan sangat baiknya.
Jadi, kita tak boleh 'selingkuh'. Karena, bisa jadi, jika kita menulis 2 atau lebih cerita sekaligus secara bersamaan, emosi yang kita ciptakan dalam tulisan menjadi berkurang. Jika terus-menerus terjadi, efek yang terjadi akan merambat ke latar, tokoh, bahkan tema utama itu sendiri.
Jujur saja, ini efek yang pernah saya rasakan. Karena pembaca ada yang berkomentar seperti itu-saat saya menulis genre fantasi, juga genre fiksi remaja. Cukup berbenturan, kan? Nah, itu konsekuensinya jika kita 'berselingkuh'.
4. Menulis bisa dari sisi mana saja
Kita tak diharuskan menulis secara berurut. Boleh jika kita menulis dari bagian ending, atau konflik utama yang menurut kita paling seru untuk ditulis. Lalu, kita bisa menyelesaikan bagian-bagian lain. Sampai kerangka-kerangka itu menjadi satu novel yang bagus-seperti yang kita harapkan.
5. Kita ini penulis, bukan editor
Ini adalah masalah penulis dalam menyelesaikan cerita. Sebenarnya, biarkan tulisan itu mengalir saat kita menuangkannya sepenuh hati. Jangan biarkan kita terfokus pada kesalahan tersurat, maupun tersirat yang kita lakukan. Tulislah seluruh hal yang perlu, dan biarkan kita sebagai 'editor' mengoreksi setelah tulisan kita diselesaikan dengan baik.
Kita fokus menulis, dan tentunya bukan dipaksakan untuk selalu benar, 'kan?
6. Buat waktu untuk menulis
Ini memang berguna, dan sepatutnya begitu. Menulis dilakukan ketika kita membuat waktu khusus, bukan saat kita memiliki waktu luang. Buat daftar waktu untuk menulis. Dengan begitu, kita bisa menargetkan kapan tulisan kita akan selesai.
Bagi penulis pemula, satu jam cukup untuk satu lembar. Juga, menulis tak harus memaksa. Menurut saya, jika kita tak bisa menulis apa pun, cukup tulis satu kata, atau dua kata, sampai kita bisa membangun kata itu menjadi rangkaian kalimat, lalu sampai pada puncaknya-menjadi novel.
So, it's okay to be tired. Itu nggak apa-apa, dan wajar. Namun, jangan biarkan ceritamu jadi terbengkalai, ya! Dan aku berpegang teguh dengan kalimat, "I should finish what I've started."
7. Pantang menyerah
Meski terkesan omong kosong, tapi ini adalah rangkaian kata yang pada dasarnya mendorong kita untuk lebih bersemangat. Saya juga pernah mengalaminya, saat menggarap cerita saya yang berjudul 'Yearning'.
Target menulis sekitar 2 bulan, karena memang dikhususkan memiliki 30 bab saja. Namun, tak disangka, jika cerita itu memiliki 40 bab dan belum termasuk ending. Menurut saya, jika kita memang fokus dan takkan menyerah dengan cerita milik kita masing-masing, tujuan itu akan tercapai. Tentunya dengan perjuangan yang tak bisa dihitung mudah. So, keep going, guys!
Sesi tanya jawab:)
1. Rinava : Caranya menyelesaikan cerita saat kita sudah nggak suka lagi sama cerita yang kita buat dan merasa tidak mampu lagi menulisnya?
Jujur aja, nulis Yearning itu nggak ada pede sama sekali. Aku benci tokoh, latar, hampir semuanya. Cuma, ingat, cintai karyamu. Jangan pernah anggap itu buruk. Kita bisa perbaiki lain waktu. Bisa aja kalau kita mikirnya cerita kita jelek, di pembaca malah bagus. Ini aku alami kok. Perjuangan itu nggak ngebohongi hasil. Stay positive, ya!!
2. Harry : Kalau seandainya kita berubah cerita, karakter, waktu dan tempat dalam suatu bab tapi masih berhubungan dengan inti cerita. Terus di bab selanjutnya kita balik ke cerita awal. Jadi bisa flashback atau menceritakan peristiwa lain yg berhubungan, kira-kira kalau begitu masih bagus gak ya? saia pernah soalnya~
Aku dapet cerita bentukan kayak gini pas baca satu cerita bahasa Inggris. Tadi sore, malah baca itu. Memang di satu chapter, ada kejadian sekarang, dan di next chapter tentang flashback. Dibalik lagi, chapter selanjutnya ke kejadian sekarang. Itu nggak apa-apa, malah kesannya bagus, kalau kamu bisa buat itu dengan baik. Itu keren, menurutku. Cuma porsi untuk flashbacknya ditepatkan, yaa
3. Sita : Tadi disampaikan kalo nulis ga harus berurutan bab nya, bisa nulis di bagian ending, atau bahkan konflik dulu. Nah, gimana itu misal kita nulisnya acak? Apa ga tambah risiko tubrukan sama bab2 sebelumnya atau bikin ada plot hole?
Untuk tabrak-menabrak ini, tergantung kitanya konsisten apa enggak. Kalau kita tulisnya rapi, sesuai outline atau apa saja yang kita sampaikan, itu nggak bakal. Plus, diperbaiki lagi jika memang ada plot hole. Tergantung kita nulisnya aja, sih. Kalau kita tau poin-poin apa aja yang perlu kita beberkan di setiap bab, plot hole itu nggak bakal terjadi
4. Voni : Kalau sudah terlanjur selingkuh apa yang kita lakukan? Dan cara agar tidak selingkuh lagi bagaimana?
Balik lagi ke tujuan menulis di satu cerita. Gini aja, ambil dari pendapatmu tentang satu cerita yang ingin diselesaikan sesegera mungkin. Bisa aja, cerita A lebih baik diberesin, untuk cerita B, nanti aja. Nah, fokus dari sana ke cerita A.
Menurutku, cerita B itu, mending discontinued, tapi jangan lupa kasih tau pembacamu, ya? Jadi, pembaca nggak khawatir kalau cerita itu bisa tamat di lain waktu. Lalu, fokus dulu cerita A, dan kalau udah beres, lanjut cerita B
5. Ronny : bagaimana pendapat pemateri mengenai praduga macet saat menulis alias sebuah novel dianggap akan macet d tgah jalan kcuali terbukti sebaliknya? Apakah boleh berpikiran seperti itu?
Nah,kalau ini pasang target, ya. Kayak, kita bakal tamat di waktu kapan. Setiap penulis pasti ada yang berpikiran seperti itu. Cuma, kalau memang macet, adadari beberapa faktor. Biasanya dari outline, atau kita nggak tau gimana cara membeberkan apa yang harus kita tulis. Simple aja, kita bisa istirahat kalaumemang muncul dugaan kayak gitu. Tapi, jangan dibiarin opini kayak gitu bikinceritamu terbengkalai. Fokus pada tujuanmu, dan harapanmu agar novel selesai. Semangat!
________________________________________________
Terima kasih kk Rifa~
Sudah masuk giliran keempat, nih.
Untuk anggota lainya... siap-siap, ya:)
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top