((1))


Repost

Mata tajamnya menyisir seluruh penjuru ruangan. Televisi yang menyala, bunyi teko dari arah dapur, menandakan bahwa orang yang paling setia menunggunya setiap saat masih bertahan di rumah ini. Rumah yang diberikan oleh orangtuanya sebagai hadiah pernikahan.

Namanya James, pria yang memiliki ketampanan sempurna yang mungkin menyaingi tampannya dewa Yunani. James meletakkan jas berwarna abu-abu tuanya di sandaran kursi malas di dekat televisi.

"Maaf, aku tidak mendengar kamu pulang." Seorang wanita cantik muncul dari arah dapur dengan apron yang masih melekat di tubuh padatnya. Dia buru-buru menyingkirkan majalah fashion yang bertebaran di atas meja.

"Mau dibuatkan apa?" Wanita berlesung pipi itu memaksakan senyum. Ada kegugupan yang tak mampu dijelaskannya. Tepat hari ini, sudah sepuluh hari suaminya tidak pulang ke rumah.

"Kopi saja." James menjawab tanpa berminat menatap wanita yang telah menyuguhkan senyum manis di wajahnya.

"Baik, tunggu sebentar."

"Kurangi gulanya dibandingkan dengan kopi yang kamu buat terakhir."

Langkah wanita itu terhenti, dia menunduk.

"Baik."

"Oh ya, aku harap kamu mengganti parfummu, aromanya sangat mengganggu."

Sang wanita meremas jarinya sendiri. Mengendus aroma tubuhnya. Haruskah dia mengganti parfum kesayangannya? Yang bahkan telah dia pakai semenjak dia duduk di bangku SMP.

"Baik," jawabnya lagi.

James memandang punggung itu. Iba? Sedikit. Tapi ini salah dari awal.

Sebenarnya malam ini dia berjanji akan bertemu dengan kekasihnya. Orang yang mencintainya dengan tulus. Namun, pertemuan gagal karena ke dua orangtuanya memaksanya untuk pulang ke rumah.

***

Mata bulat berbulu lenti itu terkesiap. Saat bunyi ketukan pelan menyentak lamunannya.

Beberapa jam lalu, statusnya sudah berubah menjadi seorang istri. Istri dari seseorang yang memiliki paras sempurna. Bagaimana dia bisa menolak? Jika pada pandangan pertama dia langsung terkesima.

Dia menyeret gaun pengantinnya yang berat, lalu membuka pintu itu dengan perasaan gugup. Apakah malam ini? Apakah dia akan siap melaksanakan tugasnya sebagai seorang istri?

"Kenapa belum tidur? Ini sudah jam satu malam."

Wanita cantik itu tercekat, saat melihat suaminya sudah berganti pakaian dengan pakaian yang lebih santai. Baju pengantinnya entah kemana.

"Aku menunggumu, bukankah ini malam pengantin kita?" tanyanya lirih.

Pertanyaan itu mengusik si pria. Dia bahkan berhenti membuka jam tangannya. Lalu menatap selidik pada perempuan yang masih mempertahankan riasannya itu.

"Tidak ada malam pengantin, malam ini, dan malam-malam selanjutnya."

"Maksud ...."

"Kamu belum mengenalku, Bulan. Itu saja. Dan aku tidak ingin berkenalan lebih jauh denganmu."

"Aku tidak mengerti." Wanita bernama Bulan itu menjaga suaranya agar tak terdengar serak. Perkataan James sangat melukai harga dirinya.

"Bulan, jangan harapkan apa pun dariku. Aku mohon!"

"Aku semakin tak mengerti."

"Aku tidak tertarik pada perempuan ...."

Bulan terperanjat. Bahkan dia merasa dunianya runtuh sudah.

"Aku tidak bisa ... maaf," katanya lirih.

Wanita yang masih memakai gaun penganten itu terdiam. Harusnya dia percaya dengan desas-desus yang berkaitan dengan pria di depannya.

Apa yang lebih berat dibanding ujian menikah dengan laki-laki penyuka sesama jenis?

***

Jangan Lupa Vote

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top