TIGA-KEINARRA'S LIFE
Sambil nunggu cerita ini direvisi, jika berkenan, yuk baca cerita baru aku, judulnya loading
Tiga
Keinarra berjalan ke arah meja makan dan duduk di kursi, semua makanan sudah siap, tentu saja itu semua adalah buatan koki yang ada di rumahnya.
"Di mana Kyoya?" tanya Keinarra pada seorang pelayan yang berdiri tidak jauh darinya.
"Nona Kyoya belum keluar kamar dari tadi, Non."
Keinarra berdecak, apa lagi yang akan Kyoya lakukan? Mogok makan? Bocah! Apa Kyoya tidak bisa berpikir jernih? Padahal umurnya sudah cukup untuk memahami semua ini.
Nanti Keinarra akan mengurus Kyoya, sekarang ini yang terpenting adalah mengisi perutnya, Keinarra mana mau sakit cuma karena membujuk Kyoya yang childish.
🌺🌺🌺
"Ngurung diri di kamar, nggak mau makan, nangis terus! Lo childish banget tau nggak?" bentak Keinarra ketika masuk ke kamar Kyoya, tentu saja menggunakan kunci cadangan karena kamar itu dikunci dari dalam.
"Kalau Kakak nggak suka liat aku kayak gini, mending keluar. Nggak usah urusin aku, lagipula itu semua nggak perlu!"
Keinarra meraba dinding untuk menekan sakelar sehingga kamar Kyoya yang tadinya gelap gulita kini sudah terang benderang. Dapat Keinarra lihat kondisi adiknya yang menyedihkan, Kyoya meringkuk di lantai sambil menangis, masih memakai seragam dan juga sepatu.
"Jangan nyiksa diri kayak gini, langsung aja putusin urat nadi lo!"
Kyoya semakin menangis membuat telinga Keinarra terasa sangat panas.
"Heh! Kyoya! Lihat gue, bego!" maki Keinarra. Kesabaran seorang Keinarra itu tipis, tetapi sering kali diuji.
"Apa yang lo dapat dengan begini? Lo bahagia bersikap seperti ini? Jawab gue!"
Kyoya mengangkat wajahnya, wajah putih itu sudah basah karena air mata, beberapa anak rambutnya lengket, penampilannya sangat kacau.
"Kenapa semuanya mudah bagi kakak? Kakak sama sekali nggak mempermasalahkan hal ini. Kenapa, Kak?" tanya Kyoya serak.
"Karena gue mau bahagia, sumber kebahagiaan gue nggak cuma satu. Kalau satu hilang, masih ada yang lain. Gue nggak bergantung pada satu hal, dan gue nggak bergantung pada kebaikan orang lain."
Kali ini Keinarra tersenyum lembut dan mengusap air mata Kyoya.
"Gue tau kalau lo sedih, tapi nggak gini caranya, Kyoya. Lo cuma nyiksa diri sendiri, apa yang lo dapat dengan bersikap begini? Di sini lo nangisin mama sama papa, apa lo tau gimana mereka di luar sana? Gue nggak yakin kalau mereka mikirin lo, Kyoya."
Kyoya merenungi ucapan Keinarra, entah kenapa ucapan itu menyadarkannya. Tetapi bagaimana bisa Kyoya melupakan kesedihannya.
"Gue nggak berharap lo akan bersikap seperti gue. Karena kita berbeda! Tapi bagaimanapun juga, lo itu adik gue, kita sedarah, nggak mungkin gue membiarkan lo kayak gini terus. Nangis, boleh. Tapi makan dulu biar ada tenaga, nggak lucu kalau lo nangis sampai pingsan. Gue juga yang repot!"
Entah Keinarra bercanda atau serius, tetapi akhirnya Kyoya menurut pada ucapan Keinarra yang memintanya untuk mengganti pakaiannya kemudian turun untuk makan malam.
🌺🌺🌺
"Gue beneran suka sama lo Keinarra, tolong pertimbangan gue."
Cowok itu kembali mengulang kalimatnya agar Keinarra bisa percaya, kenapa susah sekali membuat cewek itu percaya dengan perasaannya?
"Punya apa lo? Gue nggak bisa suka sama cowok cuma bermodalkan cinta." Toh gue terbiasa hidup tanpa cinta, lanjut Keinarra dalam hati.
"Gue akan berikan apapun yang lo mau," ujar Adji---cowok di hadapan Keinarra---dengan yakin.
"Oh, gue mau lo kasih gue mall. Bisa?"
Adji terdiam. Mall? Apa Keinarra tidak salah? Keinarra sedang meminta mahar atau bagaimana?
"Kalau gue bisa?" tantang Adji membuat Keinarra terkekeh.
"Gue akan terima lo jadi pacar gue."
Keinarra langsung pergi, lagipula seorang anak SMA seperti Adji mana mungkin mampu memberikannya mall. Keinarra tertawa mengejek, dasar gila, untung saja Adji tidak menembak Keinarra di depan banyak orang, kalau itu sampai terjadi maka Keinarra tidak akan mengampuni cowok itu.
Adji. Sepertinya Keinarra familiar dengan nama itu. Ah, iya. Kasus Adji pernah masuk ke postingan Keinarra, apa ya, kasusnya kemarin? Keinarra bahkan lupa karena banyak kejadian yang sudah dipostingnya.
Cewek itu berhenti di sebuah pohon yang lumayan rindang lalu mengambil handphonenya untuk memeriksa tentang Adji.
Keinarra tertawa. Ternyata kasusnya adalah pacaran karena dare, dasar! Apa Keinarra juga dijadikan dare? Kalau iya, maka dia tidak peduli, itu bukan masalah besar baginya.
"Ngapain lo di sini sambil cekikikan? Ketempelan, ya?"
"Dih! Sok kenal lo!" balas Keinarra ketus. Lagipula ngapain sih bertanya seperti itu? Memangnya ini urusannya?
"Yaelah, jutek banget sih lo. Gue duluan deh."
Fagan langsung pergi dari hadapan Keinarra, memang yang menghampirinya adalah Fagan anak pemilik sekolah ini, Keinarra bahkan tidak menyangka kalau Fagan akan seperti ini.
"Sok asik!" gumam Keinarra sambil melihat punggung Fagan yang menjauh.
"Ngapain ngomel-ngomel di sini? Ketempelan, ya?"
Masih pagi, dan sudah dua orang yang mengatakan kalau Keinarra ketempelan. Yang benar saja.
"Apa urusan lo?"
Efigenia terkekeh. "Nggak ada sih, tapi gue malu lah punya temen kayak lo, ngomel-ngomel di pohon."
"Kalau malu, nggak perlu jadi temen gue. Gue fine-fine aja kok."
Efigenia terdiam mendengar ucapan Keinarra, raut wajah cewek itu biasa saja seolah-olah dia tidak bersalah setelah mengatakan itu. Efigenia tersenyum, mencoba melupakan ucapan Keinarra yang seolah tidak membutuhkannya.
"Yaudah, deh. Ayo ke kelas. Gue mau cerita tentang couple baru di sekolah kita," seru Efigenia semangat.
Keinarra tertarik dengan ucapan Efigenia dan kakinya melangkah mendekati temannya itu.
"Emangnya mereka kenapa?" tanya Keinarra seolah tidak berminat, padahal beh, rasa penasarannya sudah meronta-ronta. Ingat! Ini demi postingan.
"Berita jadian mereka udah masuk ke akun gosip sekolah kita, udah tranding malah. Mereka memang couple goals. Lo tau, semalam Fagan nyiapin kejutan romantis untuk Zuyyin, gue liat soalnya Zuyyin live di instagram."
Dalam hati Keinarra mengutuk Kyoya yang sudah menghabiskan waktunya sehingga tidak mengetahui kejadian ini, padahal kan bisa diselidiki. Untuk postingannya!
"Oh gitu. Romantis banget, ya?"
Sebenarnya Keinarra tidak suka dengan kata-kata romantis, bukan anti, tetapi rasanya terlalu lebay. Gimana ya, mereka kan masih sekolah, uang masih minta ke orang tua tetapi malah bikin kejutan romantis untuk pacar. Bukankah itu terlalu berlebihan? Meskipun Fagan memang sangat kaya.
Keinarra tidak iri, sama sekali tidak. Tetapi tetap saja tindakan Fagan membuat cewek itu bergedik geli.
"Udah, ah. Ayo kita ke kelas, nanti gue lanjutin."
Inilah alasan Keinarra mau berteman dengan Efigenia, temannya ini memudahkannya untuk mendapatkan informasi mengenai informasi terbaru. Setiap ketemu, ada saja yang dibahasnya. Keinarra sih suka-suka aja, pekerjaannya jadi lebih terbantu.
"Ayo, Kei. Lo mau denger cerita atau enggak, nih?"
"Males."
Halah, bohong!
🌺🌺🌺
Jum'at, 5 Maret 2021
Revisi: Minggu, 15 Desember 2024
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top