LIMA-KEINARRA'S LIFE
Sambil nunggu cerita ini selesai direvisi, jika berkenan, yuk baca cerita aku yang baru, judulnya loading
Lima
Hal seperti ini tidak pernah dibayangkan oleh Keinarra sebelumnya, karena Alish meminta bantuan Danu ketika ada Fagan di sebelahnya, jadi inilah yang terjadi.
Danu membantu Alish pergi jika cowok itu dibawa, dan Fagan beserta sahabat-sahabatnya mengikuti mereka, kalau tidak boleh maka izin dari guru tidak akan mereka dapatkan, karena Fagan ikut otomatis Zuyyin juga ikut. Nah, teman-temannya Zuyyin juga sekalian ikut. Tidak sekalian satu sekolah saja yang dibawa?
Kalau tau gini mending gue pulang sendiri, batin Keinarra kesal.
"Sorry, gue nggak bisa apa-apa selain setuju," bisik Alish.
Keinarra tidak menjawab dan terus berjalan, mereka memang sudah mengganti pakaian agar tidak terjadi masalah nantinya. Murid sekolah berada di mall ketika waktunya belajar, itu bukanlah berita yang bagus.
"Kita serombongan gini, mau kemana, sih?" Salah satu temannya Fagan bertanya, mereka memang tidak tau apa tujuannya ke mall sekarang ini, hanya ikut-ikutan aja.
"Yaudah mencar aja," saran Danu. "Gue sama Alish," lanjut Danu seenaknya lalu menarik tangan Alish agar mengikutinya.
"Dasar!" maki temannya yang lain.
"Kita makan aja gimana?" tawar Fagan membuat Keinarra mencebik. Makan terus.
"Gue pulang aja deh. Pengen istirahat," ujar Keinarra membuat rombongan itu menatap Keinarra dengan bertanya-tanya.
Efigenia dan Daneen melotot, tadi dia yang mengajar dan ketika serombongan sudah sampai di mall, Keinarra malah mau pulang? Yang benar saja!
"Kaki lo sakit, ya? Gimana kalau ke rumah gue aja? Deket kok darisini," tawar Zuyyin berbaik hati.
"Hah? Jadi kita ke sini cuma untuk nganterin Danu sama Alish?"
"Ya gimana lagi. Kalian duluan deh, gue pesan makanan dulu, mau nitip apa?"
🌺🌺🌺
"Papa?"
"Bokap lo di rumah, ya?"
"Iya," seru Zuyyin senang lalu keluar dari mobil dengan semangat. Menghampiri pria paruh baya yang sedang mengamati beberapa mobil dan motor yang baru saja parkir di halaman rumahnya.
"Zuyyin, kamu nggak kenapa-napa, Nak? Kenapa jam segini udah pulang?" Jelas sekali kalau pria paruh baya itu khawatir dengan Zuyyin membuat Keinarra tersenyum sinis.
"Tadi Zuyyin bolos, Pa. Maaf."
"Yaampun sayang, kamu bikin Papa khawatir aja. Yaudah ajak teman-teman kamu masuk."
Pria paruh baya itu masuk ke dalam rumah mewahnya lalu Zuyyin kembali ke mobil.
"Ayo, masuk. Kei, mau gue bantu?"
Keinarra mengangguk lalu memberikan tasnya kepada Zuyyin, semua yang menatap hal itu sontak kebingungan. Sopankah bersikap seperti itu?
"Tapi mau bantuin gue."
"Oh, okay." Zuyyin mengambil tas Keinarra dan sedikit menjauh dari pintu mobil agar mereka bisa keluar dengan mudah.
"Keinarra, lo nggak sopan," tegur Fagan.
"Pacar lo yang nawarin bantuan, lebih nggak sopan kalau gue nolak, kan?"
"Iya, udah. Ayo masuk," lerai Zuyyin tak ingin mencari keributan.
Keinarra berjalan lebih dulu ke dalam rumah, hal yang tidak pernah dilakukan Keinarra sebelumnya.
"Dia kenapa, sih?" tanya Daneen.
"Nggak tau, dari masuk ke gerbang ini mukanya udah mulai jutek," balas Efigenia.
Keinarra menabrak tubuh pria paruh baya yang dipanggil Zuyyin dengan panggilan papa ketika melewatinya membuat semuanya terkejut. Keinarra kehilangan sopan santun di mana, sih?
"Keinarra!" Zuyyin tidak bisa menahan kekesalannya tadi, tas Keinarra langsung dilemparnya ke lantai.
"Kalau lo nggak sopan sama gue, nggak masalah, tapi jangan ke Papa gue!"
Efigenia berinisiatif untuk membawa Keinarra keluar, tetapi yang ditarik malah berjalan ke sofa dengan santai dan langsung duduk.
"Keluar dari rumah gue!"
"Tadi lo yang ngajak gue ke sini karena kaki gue sakit, kenapa sekarang malah diusir?"
"Zuyyin, udah biarin aja. Kalian duduk dulu, ya. Papa panggilin pelayan dulu untuk nyiapin makanan untuk kalian."
"Keinarra, lo bisa sopan nggak sih?" Fagan membentak Keinarra yang kini meletakkan kakinya di meja.
"Bisa ambilin obat? Kaki gue berdarah lagi, nih!"
Fagan kehabisan kata-kata, Keinarra sama sekali tidak mendengarkannya. Mengalah. Akhirnya semua tamu itu duduk di sofa dengan diam, sedangkan Zuyyin langsung pergi ke lantai dua.
"Kei, lo kenapa sih? Jangan gitu, deh."
"Keinarra, kalau lo nggak sopan ke kami, itu bisa dimaklumi. Tapi lo nggak sopan ke orang tua," jelas salah satu temannya Fagan. Nada suaranya lembut, membuat Keinarra langsung menurunkan kakinya yang berada di meja.
"Silakan diminum."
Tiga orang pelayan datang membawa makanan dan minuman untuk mereka. Keinarra langsung mengambil segelas jus jeruk dan menghabiskannya dalam sekali tegukan. Sepertinya setelah ini dia harus semakin menajamkan lidahnya dan mengeraskan hatinya.
"Loh, ternyata ada tamu."
"Iya, Tante."
Wanita paruh baya yang baru saja datang itu terlihat baik, tetapi paperbag yang berada di tangannya membuat Keinarra tidak bisa berpikir seperti itu. Pasti kerjaannya hanya menghabiskan uang saja.
"Kalian teman-temannya, Zuyyin?"
"Iya, Tante." Fagan yang menjawab. Cih, pasti carmuk tuh orang.
"Tante tinggal sebentar, ya."
"Iya, Tante."
Zuyyin turun setelah mengganti pakaiannya dan duduk di sebelah Fagan, cowok itu langsung merapikan rambut pacarnya yang sebenarnya sudah rapi. Hanya modus.
"Gue mau ke toilet, di mana?" Tentu saja Keinarra bertanya pada Zuyyin, padahal dia sudah tau pasti letak toilet di rumah ini.
"Lo ke sana belok kiri, tanya aja sama pelayan." Teman-temannya langsung tertawa kecil, pasti mengejek. Sedangkan Keinarra tersenyum miring, Zuyyin mempermudah pekerjaannya.
Ketika Keinarra sudah pergi ke arah yang ditunjuk Zuyyin, semua orang itu pasti langsung membicarakan Keinarra, biarkan saja, toh yang dibicarakan tidak peduli sama sekali.
"Bi, Alin."
Keinarra menghampiri seorang pelayan yang sudah terlihat berumur.
"Non, Kei? Yaampun, Non, Bibi kangen sama Non."
Bi Alin langsung memeluk Keinarra yang dibalas oleh gadis itu, Bi Alin adalah pelayan di rumahnya yang lama, yaitu rumah yang didatanginya ini. Tetapi setelah mereka pindah ke rumah yang lebih besar, Bi Alin lebih memilih rumah ini.
"Bi, papa ...."
"Bibi ngerti, Non. Non Kei yang sabar, ya."
"Kei bisa, Bi. Tapi gimana dengan Kyoya? Bibi tau dia gimana, kan?"
"Bibi tau, Non. Non Kyoya pasti sangat sedih."
Keinarra memasang wajah sedihnya, seolah hidupnya tidak memiliki tujuan lagi.
"Bibi mau bantuin, Kei, nggak?"
"Bantu apa, Non?"
"Papa dengan perempuan itu belum menikah, kan?"
"Belum, Non."
Keinarra tersenyum miring, ternyata ini semakin mudah. Keinarra bisa memposting hal yang pastinya akan sangat menguntungkan akunnya, dan wanita itu beserta anaknya akan mendapatkan balasan.
"Bibi tolong fotokan ketika wanita itu sedang sama papa, kalau bisa sekalian dengan anaknya. Lalu Bibi kirim ke aku, tolong ya, Bi," pinta Keinarra dengan suara pelan, nyaris seperti bisikan.
"Tapi, Non ...."
"Aku mohon, Bi. Supaya Kyoya tau."
"Bibi akan bantuin, Non."
🌺🌺🌺
Minggu, 7 Maret 2021
Revisi: Rabu, 25 Desember 2024
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top