85. Kepentingan Pribadi

Collin menepis kasar tangan Renata yang terjulur ke arahnya. Spontan saja, gadis itu berteriak kesakitan.

"Aww!! Kurang ajar sekali! Pengawal, tangkap dia!!" pekik Renata. Tak pernah seumur hidupnya, ia diperlakukan kasar oleh seorang pria. Terlebih lagi yang berasal dari kalangan rakyat jelata. Bahkan sekelas Lucas yang putra Duke saja tidak berbuat kasar ketika menolak perjodohan dengan dirinya.

Keempat prajurit yang mengawal langsung menghunuskan pedang dan menodongkannya pada Collin. Apa yang mengancam keselamatan sang putri Basset menjadi tanggung jawab mereka. "Jangan macam-macam pada Nona kami!"

Namun, tentu saja Collin tidak tinggal diam. Ia menggerakkan tangannya di udara, dari satu prajurit ke yang lainnya dengan gerakan seolah mengambil pedang-pedang di tangan mereka. Dengan sihir kinetik, keempat pedang tersebut melayang di udara. Tentu saja, para pengawal itu panik dibuatnya. Kemudian, Collin mengempaskan semua pedang itu ke tanah.

Renata tersentak, mengetahui para pengawalnya tak bisa melawan Collin. Terutama ketika Collin melancarkan sihir beku. Para pengawal itu langsung membatu, tak bisa bergerak sama sekali, termasuk membuka mulut. 

Setelah tak ada yang menghalangi, Collin berjalan mendekat ke arah Renata. Gadis itu terlihat panik. Tanpa ia sadari, kakinya bergerak mundur perlahan, sembari matanya menatap Collin ketakutan. "Ma-ma-mau apa kau!!"

Secepat kilat, Collin meraih kerah gaun Renata, dan mendekatkan wajah gadis itu padanya seraya mengancam, "Jangan pernah kau macam-macam di rumahku!"

Baru kali ini pula, ada pria yang bicara pada Renata sedekat itu hingga embusan napasnya terasa menggelitik di wajah. Mata Collin menyorot tajam langsung netra gadis itu. Dahinya berkerut marah. Tanpa sihir apa pun, Renata terpana dan mematung dengan sendirinya.

"Hei, sudah! Sudah!" Kedua tangan Fiona memegangi bahu Collin dan Renata masing-masing, berusaha memisahkan. Fiona mendecak lidahnya karena gusar. Adegan pertama yang ia harapkan memang terjadi, tetapi dalam konteks berbeda. Gadis itu tidak puas jadinya.

Collin melangkah mundur dari Renata sembari mendengkus. Renata sendiri masih terpaku di tempat. Sementara Fiona menatap jengkel pada pemuda di hadapannya itu seraya berkata, "Kenapa kau harus bersikap begitu, sih!"

"Kau dengar sendiri, tadi dia mengejek tempat ini!" Mata Collin menyalang tajam. "Lagi pula ... kemari kau!" 

Collin menarik kasar lengan Fiona, dan membawanya agak menjauh dari Renata. Gadis itu sedikit meronta. "Apa, sih! Jangan tarik-tarik!"

"Kamu yang apa, sih! Mau apa membawa si protagonis itu ke hadapanku!" seru Collin marah dengan volume suara setengah berbisik. Matanya masih melirik sebal pada Renata dari kejauhan.

"Hei, namanya Renata, bukan si protagonis!" protes Fiona. "Katamu sendiri, dunia ini adalah berbeda, bukan benar-benar ceritamu selain inspirasi awalnya saja. Itu berarti, aku, kau, Lucas, Renata atau siapa pun yang kita temui bukan lagi tokoh dalam cerita!"

"Aku tahu! Tapi bukan berarti aku mau bertemu dengannya! Lagian, kenapa dia bisa bersamamu!" Collin masih saja mengomel, membuat Fiona mendesah panjang.

"Kamu kan, sudah dengar sendiri waktu sidang kemarin! Sekarang ini, Renata bekerja untukku sebagai syarat pembebasannya. Wajar kalau aku membawanya kemari. Dia juga harus belajar cara membeli daging langsung dari pemasoknya, kan?"

Tentu saja, Fiona sedikit berbohong di sini. Dia tidak mengungkapkan kalau alasan membawa Renata kemari untuk mendekatkannya pada Collin. Akan tetapi, pemuda itu tidak perlu tahu karena pasti menolaknya. 

Sebelumnya, Collin sempat mengatakan kalau sekarang ia ingin menjalani semuanya secara alami saja, termasuk adegan pertemuannya dengan Renata. Namun, Fiona tidak sabar. Kapan adegan yang alami itu akan terjadi, sementara Collin sendiri pernah berkata kalau Renata yang sekarang itu menyebalkan? Fiona merasa, ia harus campur tangan soal ini.

"Hei, aku masih di sini! Kalian malah bisik-bisik berdua saja di sana!" panggil Renata yang mulai jengkel ditinggal sendirian menunggu. Fiona pun segera mengajak Collin kembali. "Temui dia seperti biasa saja. Ayo!"

Begitu Collin tiba kembali di hadapan Renata, secara mengejutkan gadis itu membungkuk dan berkata, "Maafkan aku yang tanpa sadar sudah menghinamu. Aku berjanji tak akan mengulanginya lagi."

Tentu saja hal ini membuat Fiona, Collin, serta para pengawal yang sedari tadi berada di belakang jadi terkejut. Seorang putri bangsawan memohon maaf pada rakyat jelata adalah hal yang baru.

Tentu saja Collin jadi canggung. Namun, ia masih memasang dinding gengsinya. "Y-ya sudah!"

Fiona tersenyum lebar. Ada perubahan dari sikap Renata yang biasanya sombong dan manja. Ini pertanda baik! seru Fiona dalam hati.

"Baiklah, seperti tadi yang kusampaikan, ada hal yang ingin kubicarakan denganmu." Fiona beralih pada Collin. 

"Oke, masuklah ke dalam. Maaf, rumahnya sempit. Tapi sudah kupastikan tidak akan bau kotoran sapi."

Collin mengajak kedua gadis masuk ke dalam rumahnya. Meski terlihat sangat sederhana dari luar, tetapi bagian dalamnya sangat rapi dan apik. Benar pula katanya, ruangannya tidak bau seperti luar. Collin sudah menanamkan sihir pengubah aroma di rumahnya sendiri.

"Oh, ada tamu." Seorang wanita yang memiliki rambut panjang dikepang satu keluar dari kamar. Tampak keriput menghiasi sudut mata dan garis senyumnya. Rambut pun telah memutih semua, tetapi masih terlihat cantik. Collin memperkenalkan wanita tua tersebut sebagai ibunya bernama Layla. Sang ibu pun terbelalak begitu mendengar Renata memperkenalkan namanya. 

"Anda ... Renata Basset? Ini suatu kehormatan!!" Layla buru-buru melakukan curtsy dan menunduk untuk menghormati keberadaan nona muda Basset tersebut.

"Terima kasih, Nyonya, tetapi Anda bisa perlakukan aku biasa saja. Aku kemari untuk urusan pekerjaan dengan putra Anda."

Cara bicara Renata yang meremehkan tiba-tiba berubah jadi sangat sopan. Fiona sampai mengerutkan dahi. Ternyata memang sikap gadis itu bisa berbeda, antara menghadapi orang yang dikenalnya dan orang asing.

Layla memandangi Renata dengan perasaan takjub dan kagum. Beliau tak menyangka kalau seorang putri Basset ternyata sebaik itu. 

Collin memandangi ibunya jengkel. Ibunya telah termakan manipulasi Renata. Sifat gadis itu yang seperti ini memang pemuda itu yang menulisnya sewaktu di bumi. Agar tak terlalu terpana, Collin meminta ibunya untuk ke dapur. "Tolong buatkan teh untuk mereka."

"Baiklah, silakan duduk." Collin mempersilakan keduanya duduk di sofa sederhana. "Kau mau bekerja sama soal bahan daging mentah? Baiklah."

Fiona dan Collin pun mulai membicarakan berapa daging mentah yang bisa disediakan setiap bulannya dan harga per kilogramnya. Renata hanya diam saja, tetapi ia memperhatikan secara saksama. Memang kalau soal mempelajari sesuatu yang baru, Renata adalah ahlinya.

"Baiklah, kita berdua sepakat. Nanti aku akan datang ke kastel Basset untuk membawakan contoh daging segar. Bila setuju, kita akan langsung tandatangani perjanjian," usul Collin.

Fiona pun mengangguk setuju. Namun, ada satu hal lagi yang ia inginkan dari Collin. "Ini mengenai lahan kluwek yang ada di County Baxshire. Aku ingin memintamu membuatkan alat sihir yang bisa mempercepat tumbuhnya tanaman sampai seusia 15 tahun."

Secara singkat, Fiona pun menjelaskan permasalahan yang bisnisnya alami. Pohon kluwek harus bisa segera dipanen agar tak perlu mengirim dari Warwick. "Dengan begitu, biaya bisa dipangkas. Bagaimana, kau bisa, kan?"

Collin mengernyit. Sesaat kemudian, ia mengangkat tangan dan mengibasnya. "Tidak bisa kalau yang satu itu."

"Kau tidak bisa membuatnya?"

"Bukan!" sanggah Collin. "Tentu saja aku bisa, tetapi teknologi sihir tidak dapat dibuat untuk kepentingan pribadi. Di kerajaan ini, semua pembuatan peralatan sihir dibiayai dananya oleh pemerintah pusat. Harus ada kepentingan umum untuk membuat sesuatu."

"Tapi, kemarin kau mampu membuat alat pembaca memori untuk sidangku!" protes Fiona. Collin mendengkus. "Aku pakai alasan bahwa alat itu bisa digunakan untuk mengetes kejujuran di masa mendatang, menggantikan metode lama!"

"Kau bisa membuat alasan lagi, kan! Apa masalahnya ada di biaya? Soal itu jangan khawatir!"

"Nanti para bangsawan lain akan iri kalau aku hanya mementingkan keinginan kalian. Setelahnya, mereka bisa saja berdatangan dan minta dibuatkan teknologi sihir demi kepentingan pribadi!

Jadi, dari pada membuat sesuatu yang belum jelas, lebih baik aku mengurus ternak. Sejak ditinggal ke Warwick untuk masalah sidangmu kemarin, sapi-sapi di sini jadi agak terabaikan."

Collin dan Fiona terus berdebat. Si penyihir bersikeras menolak. Sementara itu, Renata tampak tak ingin terlibat. Ia berpikir bagaimana caranya agar Collin menyetujui permintaan Fiona.

Sekian menit berdebat, Fiona pun terdiam. Ia kehabisan akal untuk membujuk Collin. Terlebih lagi, hari sudah sore. Fiona harus segera menyusul Lucas memilih bahan-bahan masak lainnya. Gadis itu menoleh pada Renata yang sedari tadi diam saja. Ide iseng muncul dalam pikiran Fiona.

"Renata, ini jadi tanggung jawabmu."

Renata menoleh pada Fiona, menatapnya kaget. "Apa maksudmu?"

"Kau harus bisa membuat Collin menyetujui permintaanku. Bujuk dia setiap hari sampai luluh."

"Hah??"

***

Baca lebih cepat di Karyakarsa.com/ryby dengan harga hanya Rp. 1000/bab! Di sana sudah TAMAT + 1 Extra ch yang tidak ada di Wattpad! Tanpa download, tanpa apk, tanpa jeda iklan, dan babnya lebih cepat tayang!

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top