76. Nasib Yang Sama

"Apa kau sudah dengar beritanya? Rupanya, kasus perbudakan Tuan Lucas hanyalah fitnah!"

"Sungguh? Memangnya, siapa yang berani melakukan hal seperti itu pada keluarga Foxton?"

"Inilah yang mengejutkan. Kau tahu, pelakunya adalah Renata Basset!"

"Lady Basset ... sang Putri Terpilih itu?! Apa kau serius?"

"Aku sedang tidak bercanda!"

Nama Renata Basset mulai banyak terdengar di kalangan para warga kota Warwick. Berita penangkapan gadis itu telah tersebar. Berawal dari rumor semata, hingga akhirnya diumumkan oleh serikat pencanang secara lisan di pusat-pusat keramaian. Namun, rupanya itu semua belum cukup. Para bangsawan meminta serikat pencanang mencetak beritanya dalam bentuk tulisan.

Tentu saja, hal ini membuat Viscount William selaku ketua kebingungan. Pasalnya, pria itu sendiri pun tak mengetahui apa saja yang sesungguhnya terjadi di persidangan. Terlebih lagi, tiap konten yang dimuat di koran bulanan pencanang adalah berbayar dari si pemasang berita, terlepas hal itu fakta atau gosip semata. Setelah dicetak, koran tersebut dibagi-bagikan gratis pada warga. Jadi, tentu saja William menolak permintaan memuat berita tanpa bayaran seperti ini.

"Serikat tidak punya bahan beritanya. Selain itu, tidak ada yang mau membayar untuk memasang. Kami bisa merugi!" tolak William, pada salah seorang bangsawan yang mendatangi serikat untuk mendapatkan berita secara lengkap.

Sang bangsawan kecewa dan mencetus, "Kalau begitu, jangan bagikan korannya secara gratis! Saya bisa membeli tiap satu gulungan kalau kalian menjualnya!"

Cedric selaku wakil yang mengikuti percakapan sejak awal, mengangguk perlahan. "Oh, benar juga. Kalau kita bisa mengumpulkan berita-berita fakta lalu menjualnya, maka ... ."

Pernyataan si bangsawan dan Cedric membuat William berpikir. Ada pundi-pundi uang tambahan yang bisa serikat dapatkan di sini. William pun bertanya-tanya pada para anggota serikatnya. "Apa ada dari kalian yang mengikuti jalannya persidangan Tuan Lucas kemarin?"

Salah seorang anggota mengangkat tangan. "Saya, Tuan. Tapi, saya sudah agak lupa dengan apa saja yang terjadi---"

"Kenapa bisa sampai lupa! Kau ini manusia atau burung!" sembur William. "Mulai dari sekarang, beberapa dari kalian harus sering pergi berkeliling kota, atau sampai provinsi kalau diperlukan. Kumpulkan hal-hal menarik yang bisa dijadikan berita! Tanyakan pada orang-orang sekitarnya! Catat supaya tidak lupa!"

"Ba-baik, Tuan William!"

Dari perintah sang ketua serikat pencanang itulah, cikal bakal jurnalistik Kerajaan Navarre telah dimulai.

Bukan hanya di serikat pencanang saja. Para pemilik usaha di distrik perbelanjaan elite pun juga membicarakan hal yang serupa. Namun, ketimbang Lucas Foxton, topik mereka lebih fokus pada Fiona Nayesa.

"Syukurlah, itu tuduhan palsu. Kalau sampai Nona Fiona yang harus menanggung akibatnya, aku yang akan maju untuk membelanya!"

"Aku juga! Nona Fiona sudah sangat membantu memasarkan usahaku hingga laris sampai seperti ini. Dia sungguh wanita yang cerdas!"

"Kau benar! Bisa-bisanya ada orang yang meragukan kemampuannya, dan menuduhnya menggoda Tuan Lucas demi mendapatkan posisinya yang sekarang! 

"Kurasa, justru Tuan Lucas yang tidak akan bisa apa-apa tanpa bantuan Nona Fiona, bukan? Sudah cantik, baik hati, cerdas pula!"

Para pemilik usaha tersebut saling mengobrol dan menyepakati hal yang sama. Diam-diam, terbentuklah klub pengagum Fiona Nayesa secara tak resmi, yang bersedia berjuang membela gadis itu, apa pun yang terjadi.

 Terlepas dari semua itu, semuanya tampak kembali berjalan normal. Fiona memutuskan untuk mengambil istirahat beberapa hari usai persidangan, sebelum kembali bekerja di restoran. 

Hari ini, sudah waktunya Fiona datang ke restoran. Ia datang sesuai jam sif. Seperti biasa, semua meja di restoran telah dipesan. Yang berbeda adalah, ketika ia masuk, banyak keluarga bangsawan yang menyapa kedatangannya. Beberapa di antara mereka adalah para pemilik usaha yang mengagumi Fiona tadi.

"Nona Fiona! Apa kabar?"

"Nona, syukurlah Anda sudah kembali pulih seperti sedia kala!"

Fiona sedikit kebingungan. Biasanya, ia yang menyapa para pengunjung. Kini yang terjadi malah sebaliknya. Fiona jadi kikuk membalas. "Terima kasih telah mengkhawatirkan saya ... se-semuanya baik-baik saja!"

Rona merah hadir di wajah tiap pengagum Fiona, ketika melihat sang gadis salah tingkah seperti itu. 

Lucas yang menyadari hal itu dari meja kasir langsung memicingkan mata. Ia gusar melihat semua pemuda yang menatap Fiona. Reputasi Fiona sebagai wanita cerdas meningkat sejak usaha konsultasi pemasarannya berjalan lancar. Lucas bangga sekaligus gusar juga, melihat banyaknya pria yang menyadari potensi Fiona sekarang. Pasca persidangan, reputasi Fiona malah makin meningkat drastis.

Lucas berjalan cepat ke arah Fiona, lalu segera meraih pergelangan tangan gadis itu di hadapan semuanya. Lucas langsung mengajak Fiona pergi dari sana.

"Kamu ke dapur saja. Koki kita memerlukan bantuan."

"Oh? Tapi, aku belum menyapa para pengunjung---"

"Tidak usah, biar aku saja! Kamu bantu-bantu mengawasi yang di belakang saja!" Lucas memotong kalimat Fiona dengan cepat. Hal itu makin membuat Fiona keheranan.

"Bantu-bantu apa? Mereka kan, sudah mengerti tugas masing-masing---"

"Jangan membantah!"

Tiba-tiba, raut wajah Lucas berubah jadi sangat kesal. Fiona tak mengerti. Akhirnya ia hanya menuruti saja, pergi ke dapur dan mengawasi para koki. 

Sudah seperti itu pun, Lucas masih kesal juga, karena rupanya para tamu tadi tetap bisa memperhatikan Fiona dari balik sekat kaca yang membatasi antara ruang makan dan dapur. Fiona yang mengatur interiornya seperti itu, agar para pengunjung dapat memperhatikan apa saja yang terjadi di dapur. Para pengagum Fiona makin bisa memperhatikan tanpa gadis itu sendiri menyadarinya. 

Kini Lucas jadi tambah kesal. Apa sebaiknya kuganti saja kaca ini dengan tembok biasa? Tapi, nanti Fiona akan bertanya-tanya alasannya! Agh!

***

"Nona Renata saat ini dipenjara?" tanya Fiona. Ia terkejut, rupanya proses kasus ini sudah sampai sana.

Fiona dan Lucas saat ini sedang beristirahat di ruang kerja. Hari telah memasuki malam. Para pelayan dan koki restoran telah pulang sejak setengah jam lalu. Lucas tengah duduk di kursi kerjanya, sementara Fiona berdiri di sebelahnya, membereskan kertas-kertas di dalam laci meja.

"Iya. Linden yang mengatakannya padaku. Tuan Alex juga terpukul dan tak menyangka melihat semua yang terjadi. Rupanya, Renata bergerak atas kemauannya sendiri," terang Lucas. "Tapi aku bingung, mengapa dia sampai melakukan hal itu?"

"Bukankah, itu karena dia menyukaimu?" tanya Fiona balik. "Kamu pasti sudah melakukan sesuatu di kastel Dunhill tempo lalu, hingga membuatnya seperti itu!"

"Demi Dewa, aku tidak melakukan apa pun!!" sergah Lucas. "Aku juga tidak mengerti---"

Kalimat Lucas terhenti, melihat wajah Fiona tiba-tiba merajuk. Lucas menyadari sesuatu dan tersenyum jahil. "Kamu cemburu, ya?"

"Tidak!! Untuk apa aku cemburu!"

Fiona berpaling, menyembunyikan rona merah di wajahnya. Lucas gemas melihat gadis itu. Pemuda itu menarik Fiona ke atas pangkuan, lalu memagut bibirnya yang lembut.

"Rasanya mau makan kamu." Lucas memainkan lidahnya di dalam mulut Fiona.

Keduanya seakan terhipnotis, memejamkan mata, menikmati permainan pertukaran saliva tersebut. Hawa panas menguap ke udara.

Lucas hampir tak bisa mengendalikan nafsu. Sebelah tangannya telah menyingkap gaun Fiona, kalau saja gadis itu tak mencengkeram pergelangan tangan pemuda itu untuk menghentikannya.

"Ingat batasan!" peringat Fiona seraya menatap tajam. Lucas tersadar, dan cengengesan. "Hehe, maafkan aku!"

"Dan jangan mengalihkan pembicaraan!" Fiona menuntut penjelasan kembali.

Lucas mendengkus. "Tapi, aku benar-benar tidak tahu. Aku sudah menolaknya, seluruh keluargaku pun tahu. Aku tidak menyangka, bahwa Renata akan begitu berambisi. Mungkin saja, dia hanya penasaran, kenapa aku menolaknya tanpa alasan saat itu."

"Ambisius ya ... ." Fiona termangu sesaat. Tiba-tiba, ia teringat pada Collin. "Kamu benar. Renata yang seperti itu bukanlah kesalahannya seorang diri. Aku dan Tuan Collin juga turut andil dalam perubahan sikapnya itu."

"Tuan Collin ... si penyihir yang kemarin?" tanya Lucas. Fiona mengangguk.

"Oh, kamu belum cerita, mengapa Tuan Collin membantu kita di persidangan?" tanya pemuda itu lagi.

"Hmm ... ceritanya panjang." Fiona bingung. Bagaimana caranya mengatakan kalau aku dan Collin bukan berasal dari dunia ini? Terlebih lagi, semuanya hanya cerita dalam webtoon.

"Katanya, karena aku dan Tuan Collin memiliki nasib yang sama, makanya ia ingin membantuku. Ia bersimpati padaku yang sama-sama orang desa seperti dirinya," jawab Fiona pada akhirnya. Secara teknis, Fiona tak berbohong. Tokoh Collin memang benar adalah pemuda desa, sebelum diketahui kalau ia adalah putra raja.

"Lalu, kenapa kalian berdua merasa bersalah atas sikap Renata?" tanya Lucas lagi masih tak mengerti.

"Ah itu ... secara tidak langsung, sih ... ." Fiona kembali bingung. Yang dimaksud Fiona adalah andai dia tidak mengubah alur cerita, mungkin saat ini Renata telah bertemu tokoh Collin dan memadu kasih bersama. Sementara Collin merasa bersalah karena ia sudah menciptakan karakter Renata penuh ambisi seperti itu sejak awal.

"Kamu membuatku bingung ... ." Lucas mengernyit. Fiona hanya membalasnya tertawa kecil, lalu mengecup bibir Lucas.

"Suatu hari nanti, aku akan menjelaskan yang seutuhnya. Kamu mau memercayaiku?"

Fiona menatap Lucas lekat-lekat, hingga membuat pemuda itu mengalah. "Baiklah, aku akan menunggu sampai saat itu terjadi."

Tiba-tiba, satu ide terlintas dalam benak Fiona. Gadis itu tampak berpikir sejenak, sebelum akhirnya berkata, "Esok hari, izinkan aku untuk menemui Nona Renata di penjara."

***

Baca lebih cepat di Karyakarsa.com/ryby dengan harga hanya Rp. 1000/bab! Di sana sudah TAMAT + 1 Extra ch yang tidak ada di Wattpad! Tanpa download, tanpa apk, tanpa jeda iklan, dan babnya lebih cepat tayang!

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top