74. Kesalahan
"Tuan ingin bicara dengan saya?" Kepala Fiona menyembul dari balik punggung Lucas. "Tentang apa?"
"Apakah kau tidak penasaran, tentang segala yang terjadi di dalam tadi?" Collin tersenyum.
Fiona dan Lucas terbelalak, sementara Alfred dan Sofia menampilkan wajah kebingungan. "Apa yang dia maksud?"
"Ah, bukan apa-apa!" jawab Lucas cepat. Kedua orang tuanya masih belum mengetahui kalau ia memang menyiksa Fiona dulu. Lucas berpaling pada Collin dan bertanya, "Apakah hanya Fiona?"
"Benar. Aku ingin bicara dengannya empat mata." Collin mengulurkan tangan pada Fiona. "Ayo. Tenang saja, kau akan kukembalikan pada Tuan Lucas nanti."
"Eh?" Fiona bingung harus bagaimana. Ada laki-laki lain yang mengajaknya bergandengan di depan Lucas. Sejenak, Fiona menoleh ke arah tuan mudanya itu. Lucas pun mengizinkan. Meski tak rela, tetapi ia juga penasaran mengapa si penyihir membantu mereka memanipulasi ingatan.
Dengan ragu, Fiona menyambut uluran tangan Collin. Sang penyihir menggenggam tangannya erat. Kemudian, dalam satu petikan jari, gumpalan cahaya muncul di sekeliling Collin dan Fiona. Lucas tersentak, lalu segera mundur ke belakang. Detik berikutnya, mereka berdua telah hilang dari pandangan Lucas.
***
Fiona mengerjapkan mata. Pemandangan di hadapannya telah berubah. Bukan lagi koridor pengadilan, melainkan di atas atap sebuah menara tinggi yang berada di kompleks serikat penyihir, Kota Zwicc. Pagar balkon mengelilingi tepian atap tersebut sebagai pembatas, dengan beberapa bangku panjang di sisi dalamnya. Atap menara ini memang sering digunakan oleh para penyihir untuk bersantai saat jam istirahat.
Sesaat, Fiona merasa baik-baik saja. Namun, beberapa detik kemudian, keseimbangannya oleng. Kepalanya pusing dan perutnya mual, hingga rasanya ingin muntah.
Akan tetapi, Collin hanya bersikap cuek. Ia justru menertawakan tingkah Fiona, yang jatuh bersimpuh sembari membekap mulut sebelah tangan, menahan diri agar tak muntah.
"Memang, kalau baru pertama kali teleportasi, jadinya mual kayak gitu," ucap Collin di sela-sela tawanya.
Fiona terkejut, lalu mendongak, memandangi wajah Collin yang kini mengulurkan tangan bantuan padanya untuk berdiri. "An-anda ... cara bicara Anda ...."
"Sekali ini saja, enggak perlu pakai bahasa yang terlalu formal. Ayo, bangun!"
Fiona menyambut uluran tangan Collin. Gadis itu makin penasaran. Namun, semua yang terjadi menarik dirinya pada satu kesimpulan, yang sebenarnya mustahil terjadi.
Penuh keraguan, Fiona berusaha mengungkapnya. "Jangan bilang kalau kamu juga ... ."
Collin malah tertawa lebar di hadapan gadis itu. Kemudian, ia tersenyum. "Benar. Aku juga berasal dari bumi, sama sepertimu."
Saking terperangahnya, Fiona sampai melongo dan lupa menutup mulut hingga hampir satu menit. Collin terpingkal-pingkal dan berseru, "Tutup dulu itu mulutnya!"
Fiona mengatup mulutnya segera, tetapi ia masih belum pulih dari rasa keterkejutannya. Sekali lagi, Collin mengajaknya berjabat tangan.
"Kita belum berkenalan secara benar," ucap Collin. "Seperti yang kau sudah tahu, namaku Collin. Dalam Lady Renata, Collin adalah protagonis utama pria. Namaku di kehidupan sebelumnya adalah Arsen, tapi panggil Collin saja, tak masalah. Tiba-tiba saja, suatu hari aku terbangun dalam tubuh Collin di dunia ini, dan bisa sihir---"
"Tu-tunggu! Tunggu! Jangan cepat-cepat! Aku mau tanya satu-satu!" potong Fiona pada kalimat Collin. "Pertama-tama, namaku Fiona, sama seperti di dunia sebelumnya. Tapi, dari mana kamu tahu tentangku?"
Tiba-tiba, Collin menghela napas panjang seraya menatap Fiona, tak habis pikir pada gadis itu. "Memangnya dari mana lagi aku tahu, kalau bukan dari rawonmu itu!"
"Oh? Oh iya, ya ... ." Fiona menggaruk-garuk kepala sambil cengengesan, sementara Collin geleng-geleng. Kemudian, pemuda itu bersandar pada pagar balkon, dan memandang lurus ke arah Kota Zwicc serta perbukitannya yang menjulang.
"Di dunia ini, aku terlahir kembali sebagai Collin. Aku tahu kalau kau merasuki tubuh si figuran setelah dia dewasa. Karena tak mungkin, kau tidak menghindari Lucas, kalau tahu sejak awal nasib Fiona Nayesa akan jadi seperti apa bersama si antagonis itu.
Sejak terlahir kembali, aku berusaha untuk menutupi aura sihirku agar tak terdeteksi bola kaca serikat penyihir. Aku ingin hidup biasa saja, sebagai Collin si pemuda desa. Aku ingin menjalani isi cerita sebagaimana mestinya, sampai tamat."
"Lalu, kenapa kau malah tiba-tiba jadi penyihir?" tanya Fiona tak mengerti. "Apa karena alurnya yang mulai berubah gara-gara aku?"
"Tepat sekali!" cetus Collin. "Suatu hari, aku pergi ke Hamich untuk mengantarkan hasil ternak yang ingin kujual di sana. Seharusnya saat itu aku bertemu Renata yang sedang kabur dari perjodohan. Tapi, malah tidak terjadi apa pun. Kemudian, beberapa hari setelahnya aku mendengar rumor pertunangan antara Renata Basset dan Lucas Foxton."
Kemudian, Collin bercerita secara singkat, ia menyamar menjadi pelayan keluarga Basset menggunakan sihirnya, untuk memeriksa apa yang terjadi pada Renata. Tidak ada yang janggal, kecuali fakta ia telah menyukai Lucas Foxton yang sudah berubah.
Collin langsung teleportasi ke Warwick untuk memeriksa Lucas. Ia menyadari, bukan hanya sang antagonis yang telah berbeda, tetapi juga keadaan kota.
"Ada banyak selebaran iklan. Ada kedai rawon. Saat aku datang ke kedai dan makan di sana, aku yakin sekali ada seseorang yang bernasib sama sepertiku. Kemudian, pelayan kedai mengatakan bahwa ide masakan rawon ini berasal dari seseorang."
Collin menghentikan ceritanya sejenak, lalu menoleh pada Fiona. Ia sengaja menyentil dahi gadis itu. "Ternyata gara-gara kamu!"
"Aduhhh!!" Fiona meringis, dibalas tawa Collin. Fiona pun protes, "Jangan salahkan aku! Mau bagaimana lagi ... Kalau aku tidak mengubah alur, aku akan cepat mati!
"Hahaha! Aku tidak menyalahkanmu! Aku tahu alasanmu pasti untuk menghindari kematian itu." Collin tertawa kecil. "Lagi pula, nasibmu jadi seperti itu juga sebagian besar karena kesalahanku."
Fiona mengernyit heran dan tak mengerti. "Apa maksudmu?"
"Maksudku adalah, aku yang membuat tokoh Fiona Nayesa menderita sejak awal!" seru Collin, seraya memukulkan kepalan tangannya ke pagar balkon.
"Segala kejahatan perbudakan yang terjadi antara Lucas Foxton dan Fiona Nayesa, hukum di kerajaan ini, perbedaan perlakuan antar kasta bangsawan dan rakyat biasa, semuanya karena kesalahanku! Itu sebabnya aku membantumu di persidangan tadi, karena aku merasa bersalah!"
"Apa maksudmu, semuanya karena kesalahanmu? Kita saja baru bertemu hari ini. Kenapa kamu jadi harus yang menanggung semuanya?" Fiona makin tak mengerti.
Collin mendesah napas panjang. "Kamu masih enggak mengerti apa yang baru saja aku bilang? Sama sekali?"
"Enggak! Jangan berbelit-belit! Langsung saja poinnya!"
Collin kembali mendesah panjang. "Aku yang menciptakan dunia ini."
"Hah?" Fiona malah melongo.
Collin sampai mendengkus gusar. "Kamu ternyata bodoh dan gak peka, ya?"
"Apa sih!!" pekik Fiona.
"Aghh! Fionaaa! Dunia ini!" Collin sangat gusar, sembari membentangkan kedua tangannya. Kemudian, ia menunjuk ke tubuh Fiona. "Pakaian yang kamu pakai ini!"
Collin mencubit sebelah pipi Fiona kasar. "Wajahmu bentuknya seperti ini!"
"Aww!!" Fiona meringis seraya memegangi pipinya yang memerah kesakitan.
"Rambutmu yang ungu ini! Penampilan protagonis Collin seperti ini!" Collin menunjuk ke dirinya sendiri. "Semua ini ciptaanku! Aku yang menuliskan ceritanya! Aku juga yang menggambarnya! Aku yang mengonsep alurnya dari awal sampai akhir!"
"A-apa!! Jadi, kamu adalah ... ." Fiona membekap kedua mulutnya seraya menatap Collin tak percaya. Pemuda itu mengangguk, mengonfirmasi.
"Benar. Aku adalah webtoonist dari cerita Lady Renata ini."
***
Halo, readers! Selagi menunggu upload bab selanjutnya, yuk diintip dulu ceritaku yang baru, judulnya Lysandra. Sudah sampai bab 2, lho! Klik profilku untuk baca, ya!
Kanaya terkejut ketika terbangun dari kecelakaan ia berubah menjadi seorang gadis half orc - makhluk berkulit hijau dan bertelinga panjang. Lysandra, adalah nama gadis tersebut, sekaligus tokoh figuran dalam novel fantasi multi ras yang dirasuki Kanaya. Berbeda dengan Kanaya yang mandiri dan keras, Lysandra tumbuh menjadi gadis manja dan egois karena terlalu dijaga oleh Benedict, kakaknya yang seorang manusia.
Kanaya memutuskan untuk lepas dari perjodohan yang direncanakan oleh Benedict. Ia menjebak Alaska - seorang elf pelayan di kedai Benedict - dalam pernikahan kontrak. Kanaya tidak tahu, kalau elf adalah kaum yang paling memandang rendah semua ras kecuali jenis mereka sendiri. Namun, perlakuan Alaska mampu melembutkan hatinya yang keras dan tak pernah mengenal cinta.
Mampukah Kanaya bertahan sebagai Lysandra di dunia yang penuh rasisme ini? Akankah hubungannya dengan Alaska berakhir hanya dalam status kontrak saja?
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top