71. Penyiksaan

Para hadirin terkejut mendengar pernyataan Lucas yang tiba-tiba, termasuk Otto Nayesa. Kedua mata beliau membulat. Sedetik kemudian, Otto mendelik tajam pada Lucas dengan raut wajah yang menyeramkan.

Lucas berusaha tidak peduli. Bila dirinya yang dulu, akan takut menghadapi konflik seperti ini. Lucas yang sekarang tidak akan lari, tidak lagi sembunyi. Ia balas menatap Otto dengan tajam pula.

"Jadi, menurut Anda, Otto Nayesa suka memukuli putrinya sendiri?" tanya Yang Mulia Raja Reagan mengonfirmasi.

"Benar sekali, Yang Mulia," jawab Lucas tanpa ragu. "Saat itu, saya membuntuti Fiona sampai pulang ke rumahnya, dan mendapati ayahnya adalah seorang penjudi dan pemabuk yang suka memukul. 

Fiona bekerja serabutan demi bisa memberi makan ibunya yang sakit keras, sementara ayahnya hanya ongkang-ongkang kaki saja di rumah, menikmati hasil jerih payah putrinya. Bukan hanya sering memukuli anaknya, beliau juga bersikap kasar pada istrinya---"

"Itu semua bohong!!" pekik Otto histeris. "Saya tidak pernah menyiksa mereka berdua!"

"Apa Anda pikir, kami mengucapkan ini semua hanya sekadar imajinasi?" tanya Linden dengan nada menantang. "Saya bisa panggilkan seluruh warga Desa Glossop untuk menjadi saksi atas perlakuan yang Anda berikan pada Fiona dan ibunya! Mereka semua tahu, siapa yang berhati busuk di sini!"

"Apa maksud Anda, Linden Foxton?" tanya Raja, meminta kejelasan.

"Fiona yang dipukuli ayahnya sudah menjadi rahasia umum di desa itu, Yang Mulia. Berdasarkan informasi yang berhasil saya dapatkan, Otto Nayesa memang dikenal sebagai sampah masyarakat oleh para warga desa. Bahkan ibu Fiona yang saat itu sedang sakit keras pun akhirnya tiada akibat menerima kekerasan dari suaminya!"

"Itu benar," timpal Lucas. "Hal itu juga yang menjadi alasan saya membeli Fiona Nayesa dan menjadikannya budak, agar ia bisa memutus ikatan keluarga dari ayahnya yang kejam! Sebelum saya hadir, ayahnya sudah berniat menjodohkan Fiona dengan seorang pedagang tua sebagai imbalan atas bantuannya dalam melunasi utang!"

Linden menawarkan diri untuk menghadirkan saksi penting, yakni si pedagang tua yang dimaksud oleh Lucas. Wajah Otto kian pucat pasi, begitu mendengar si pedagang memberi pernyataan. "Memang benar ada perjanjian seperti itu, tetapi tiba-tiba dibatalkan secara sepihak oleh Tuan Otto. Bahkan uang yang telah saya berikan dikembalikan langsung beserta bunganya."

"Pendusta! Anda pasti mengada-ada dan memalsukan kesaksian!" teriak Fransiska. "Lagi pula, itu tidak menutupi fakta bahwa Tuan Lucas telah melakukan perbudakan!"

"Perbudakan, Nona?" Count Jillian bangkit dari duduknya, lalu memandang Fransiska dengan tersenyum menyeringai. "Apakah Anda mengerti, arti dari perbudakan bagi Kerajaan Navarre yang sesungguhnya?"

"Apa maksud Anda, Count? Tentu saja aku paham!" seru Fransiska. "Perbudakan adalah tindakan memperjualbelikan, mempekerjakan tanpa upah, sekaligus menyiksa manusia yang telah dibeli, bukan begitu, Yang Mulia Raja?"

"Tepat. Bila melakukan hal-hal tersebut, maka pelaku yang tertera dalam surat perjanjian akan mendapat hukuman berat!" tandas Raja Reagan.

Mendengar hal itu, senyum Jillian justru makin lebar. "Akan saya kutip. "Bila melakukan hal-hal tersebut, maka pelaku yang tertera dalam surat perjanjian akan mendapat hukuman berat". Baiklah."

Jillian berpaling pada Lucas yang masih berdiri di stan terdakwa. "Sekarang, aku akan bertanya pada Tuan Lucas. Apakah Anda mengaku, telah membeli Fiona Nayesa dari ayahnya?"

"Benar," jawab Lucas jujur.

"Apakah Anda mempekerjakan Fiona Nayesa tanpa upah?"

Sampai sini, Lucas terdiam sejenak, lalu menggeleng. "Tidak. Saya memberi Fiona gaji yang semestinya, sebagaimana yang diterima oleh para pelayan di kastel Abbott."

"Apa?!" Fransiska terperanjat, begitu pula dengan Otto. Raja Reagan pun meminta penjelasan.

"Seperti yang telah saya katakan sebelumnya, saya membeli Fiona agar ia bisa memutus ikatan tali keluarga dari ayahnya yang kejam. Setelah Fiona dibawa ke kastel, saya memberinya pekerjaan dan upah bulanan sebagai seorang pelayan pada umumnya."

Lucas berpaling pada Duke Alfred Foxton yang sedari tadi tidak memberi tanggapan apa pun di kursi hadirin. "Kebetulan, Ayah saya hadir di sini. Yang Mulia bisa bertanya pada beliau."

Duke Alfred segera berdiri dan memberikan salam hormat bagi Raja Reagan. Beliau pun mengonfirmasi, "Itu benar. Fiona Nayesa ada dalam daftar para pekerja kastel sebagai pelayan, sebelum akhirnya dia bekerja dengan Lucas di kedai dan restoran."

"Jadi, kita sudah mendapatkan bahwa dari tiga hal yang bisa menyatakan perbudakan terjadi, satu adalah benar, satunya lagi salah. Kini, mari tanyakan yang ketiga. Tuan Lucas!"

"Ya?"

"Pertanyaan terakhir. Apakah Anda menyiksa Fiona Nayesa, selama ia bekerja pada Anda?"

Lucas terdiam, kepalanya menunduk seraya memejamkan mata. Pikirannya kalut. Apa aku pernah menyiksa Fiona? Tentu saja! Dulu, aku selalu memintanya untuk pergi ke kamarku setiap malam, lalu melayaniku sampai pagi. Bagaimana mungkin, itu tidak disebut sebagai penyiksaan!

Akan tetapi, Lucas tidak bisa jujur seperti itu. Kemarin, Linden sudah memberinya skenario bila Jillian bertanya seperti ini. Lucas harus menjawab tidak dan tetap tenang apabila nanti ada tes deteksi kebohongan yang dilakukan oleh seorang mage di ruang sidang.

Namun, Lucas sendirilah yang paling mengetahui, kalau ia tak bisa diandalkan untuk berbohong semulus itu. Lucas mudah panik. Ia akan berkeringat dingin. Detak jantungnya pasti akan terdeteksi tak normal bila sedang berkata dusta.

"Hal itu ... bisa ditanyakan langsung pada yang bersangkutan." Lucas mengangkat kepala dan menatap Jillian. "Kalian bisa panggil Fiona kemari."

"Baik. Kepada Fiona Nayesa, dipersilakan memasuki ruang sidang."

***

Raja Reagan memanggil kehadiran Fiona. Gadis itu segera memasuki ruangan dan berdiri di stan. Pakaiannya telah berganti. Perasaan Lucas langsung lega begitu ia melihat keadaan Fiona baik-baik saja. 

Apa yang dirasakan Lucas memang benar. Pagi ini, Fiona memang telah siap menghadapi semuanya. Ia pun sudah mengetahui dalang dibalik bocornya rahasia perbudakannya. Gadis itu mengedarkan pandangan ke sekitar. Tatapan matanya tertuju pada Otto. Sesaat kemudian, ia tersenyum tipis.

Usai bersumpah kejujuran, Fiona ditanyakan hal yang sama oleh Jillian. "Nona Fiona, apakah selama bekerja  pada Lucas Foxton, Anda merasa tersiksa?"

Fiona mengernyit pada Jillian, sesaat kemudian, ia melepas tawa. "Apa maksud Anda, Tuan? Tersiksa? Tidak pernah sama sekali!" tandas Fiona.

"Apa? Kau tidak usah berbohong, putriku, katakan yang sejujurnya! Jangan takut, ada Ayah di sini!" seru Otto dari balik meja penuntut.

Seketika itu juga Fiona berpaling pada Otto. Kebencian yang selama ini ia rasakan pada tokoh figuran tersebut benar-benar menyeruak. Fiona masih ingat, adegan-adegan dalam alur cerita webtoon yang asli, bagaimana pria tua tersebut menyiksa Nayesa, sebelum bertemu Lucas.

"Dibandingkan Tuan Lucas, justru kehadiran Anda yang lebih mengganggu saya!" teriak Fiona. "Tuan Lucas selalu memperlakukan saya dengan baik. Ia tak pernah menyiksa saya. Saya bersyukur dibeli olehnya, dan dijauhkan dari ayah saya yang kejam!"

Dengan lancar, Fiona mengatakan setengah kebohongan. Lucas menyiksa atau tidak, tergantung dinilai dari sudut pandang siapa. Bagi Nayesa si figuran, Lucas memang menyiksanya, meminta dilayani tiap malam. Bagi Fiona yang bertransmigrasi, ia tidak pernah merasakan penyiksaan tersebut. 

Jadi, Fiona tidak sepenuhnya bohong. Ia pun yakin bisa melewati tes menggunakan alat pendeteksi kebohongan dengan mulus nantinya.

Jillian tersenyum lebar, penuh kemenangan. Ia kembali menghadap pada Raja Reagan. "Yang Mulia, sudah terbukti, bahwa Tuan Lucas memang melakukan jual beli, tapi hanya sebatas itu. Selebihnya, ia tidak menyiksa apalagi mempekerjakan Nona Fiona tanpa upah."

"Baiklah. Penjelasan yang masuk akal, terlebih lagi bila Lucas Foxton melakukan tindakan tersebut dengan alasan yang baik, bahkan didukung oleh si korban sendiri." Raja Reagan mengambil kesimpulan. "Kalau begitu, kini waktunya diadakan tes pendeteksi kebohongan."

Tes deteksi kebohongan dihadirkan tiap kali sebuah sidang diadakan, untuk memastikan tidak adanya kesalahan dalam putusan yang diambil. Tes tersebut berupa pengajuan pertanyaan dengan jawaban Ya atau Tidak. 

Dengan alat khusus dan bantuan seorang penyihir, kecepatan detak jantung akan terdeteksi, dan akan menunjukkan apakah seseorang dalam keadaan panik saat menjawab. Bila panik, maka ada kemungkinan orang tersebut ragu atau sedang berbohong.

Lucas tersenyum pada Fiona. Pemuda itu tak perlu khawatir lagi. Bila menurut Fiona sendiri tindakannya tidak menyiksa, maka saat pertanyaan tes nanti, ia juga bisa tenang menjawab.

Tiba-tiba, seorang prajurit menghampiri Raja dan membisikkan sesuatu. Beliau membulatkan mata seraya bertanya, "Benarkah?"

Si prajurit mengangguk, lalu meminta rekannya yang berjaga di pintu samping untuk memberi jalan pada penyihir yang akan mendeteksi kebohongan.

"Hadirin sekalian. Rupanya serikat penyihir telah menciptakan suatu alat baru untuk mendeteksi kebohongan." Raja Reagan tersenyum bangga. "Dengan alat ini, kita bisa melihat langsung memori seseorang dalam bentuk visual. Jadi, akan langsung ketahuan apakah orang tersebut berbohong atau tidak, berdasarkan ingatan yang mereka miliki."

Seluruh hadirin bertepuk tangan, kecuali pihak Lucas. Mereka semua terperanjat. Akan terlihat jelas dari ingatan Lucas, kalau ia pernah menyiksa Fiona.

Fiona sendiri pun melongo tak percaya, tetapi dengan alasan berbeda. Lucas memang tak pernah menyiksanya, tetapi akan muncul ingatan lain, yakni memorinya sewaktu tinggal di dunia asalnya.

Bagaimana ini! Mereka akan tahu kalau aku bukan berasal dari dunia ini!

***

Baca lebih cepat di Karyakarsa.com/ryby dengan harga hanya Rp. 1000/bab! Di sana sudah TAMAT + 1 Extra ch yang tidak ada di Wattpad! Tanpa download, tanpa apk, tanpa jeda iklan!

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top