Sekapur Sirih

Alohaaa!

Selamat datang di gerbang taman!

Kebun ini adalah surat cinta yang kutulis untuk diriku sendiri, hal-hal yang kucintai, yang kupikirkan, dan yang kugelisahkan. Keinginan untuk menuliskan diri sendiri ini sebenarnya sudah hadir sejak pandemi mulai menghantam, hanya saja, aku merasa kurang persiapan.

Salah satu topik yang bakal sering kalian jumpai di sini mencakup sains, filsafat, sejarah, dan sastra, khususnya Sastra Indonesia. Ya nggak mengherankan, wong penulisnya juga mahasiswa Sastra Indonesia, hahaha.

Ada seorang penulis yang bilang, kalau mayoritas sastrawan dan akademisi sekarang berhenti berpikir, bermain aman, dan fokus agar karyanya bisa menjadi populer dengan instan. Ia juga pernah mengatakan, sastra banyak diminati karena (mungkin) sastra sendiri merupakan tulisan cetek dan tak mungkin dijadikan bahan pemikiran. Maka, nggak heran kalau filsafat dan sains sepi peminat dibandingkan sastra.

Salah satu kawan baikku, seorang lulusan Unpad, lalu berkomentar, "Kalo ngomongin sepi, di Gramedia, rak sains dan sastra sama sepinya. Oleh penjual buku independen, buku filsafat dan buku sastra sama larisnya, seperti es kepal milo tahun 2019. Anjing." Aku sampai tertawa terbahak-bahak.

Terlepas dari komentar tadi, aku tidak ingin membuktikan mana yang salah dan mana yang benar. Instead, aku ingin mengundang kalian ke kebun dalam otakku, menelusuri labirin, berefleksi, berkontemplasi, mendekonstruksi blok-blok memori yang ada di dalamnya. Kalau ada dari kalian yang ingin aku membahas tentang suatu hal, monggo, silakan taruh di kolom komentar.

Selamat berpetualang, and stay safe!

Salam budaya!

22 Desember 2021.

Peringatan keras: buku ini mengandung opini pribadi, topik sensitif, maupun kata-kata yang berpotensi untuk menyinggung satu atau beberapa kalangan tertentu, jadi diharapkan kebijaksanaannya dalam berkomentar, terima kasih.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top