Tujuh Belas
Selamat malam.
Happy reading. 💜
***
Kamis malam seolah sudah memanggil Kiki agar menghidupkan televisi dan menonton acara Grab Me! di kamarnya. Namun, malam ini ternyata Lira pun tengah menonton acara yang sama, hingga mengurungkan niat Kiki untuk menonton acara tersebut sendiri.
“Ma, nonton apaan, nih?” tanya Kiki, pura-pura tidak tahu. Padahal gadis itu dapat melihat jelas bahwa Lira tengah menonton Grab Me!.
Lira pun menoleh dan menjawab, “Mama lagi nonton Grab Me!, itu loh acara pencarian jodoh gitu.”
Kiki manggut-manggut mendengarnya. Gadis itu pun langsung mengambil posisi duduk di samping Lira. Wajah tampan Roy Silam menjadi sorotan utama di layar kaca.
“Ma,” panggil Kiki.
“Hm?” gumam Lira, sebagai jawaban. Wanita itu tidak menoleh karena terlalu fokus pada televisi.
“Kalau aku ikutan Grab Me! juga, gimana, Ma?”
Lira sontak berbalik, menatap anak gadis satu-satunya itu. Dahinya berkerut, matanya memindai wajah Kiki yang tengah tersenyum kaku.
“Duh, Nak, jangan, deh. Di sana cantik-cantik semua. Mama takut kamu kebanting.”
Rasanya, Kiki seperti dilempar dari atas gedung pencakar langit. Kenapa mamanya ini malah menjatuhkan anaknya, sih? Alih-alih memuji anak gadisnya.
“Ih, Mam, gitu amat,” rajuk Kiki.
“Mama tahu anak Mama ini cantik, tapi yakin mau ikut acara nyari jodoh? Gimana kata tetangga, Nak?” tanya Lira. Kali ini dengan nada serius.
Kiki diam. Benar juga. Kenapa ia tidak berpikiran ke sana, ya? Eh, tapi kayaknya di pernah kepikiran juga mengenai omongan tetangganya kalau ketahuan ikutan Grab Me! Duh, Kiki jadi pusing sendiri.
“Tapi, aku udah daftar, Ma,” kata Kiki, di tengah kebimbangannya. “Nggak mungkin, kan, aku batalin?”
“Kenapa nggak mungkin? Emang udah keterima buat ikutan?”
Lagi Kiki terdiam. Satu sisi ia ingin tetap lanjut mengikuti Grab Me!, tapi di sisi yang lain, ia jadi ragu juga. Apalagi setelah Kiki mendengar sendiri percakapan Lira dan tetangga mereka yang menggunjingkan dirinya yang masih belum bekerja.
“Mending kamu melamar kerjaan aja, Ki. Dapet duit buat beli apa yang kamu pengen. Masih muda juga.”
Kiki masih diam. Entah kenapa saat ini Lira malah membuatnya semakin bimbang. Apa sebaiknya ia batalkan saja, ya, pendaftaran Grab Me!? Lebih fokus mencari kerja biar bisa beli apa pun yang Kiki mau, seperti yang dikatakan Lira.
Atau seharusnya Kiki tidak usah mengatakan kalau dia mengikuti Grab Me!, karena hasilnya malah seperti ini. Duh, Kiki benar-benar dilanda kegalauan dan kebimbangan.
“Nggak bisa dibatalin, Ma. Udah ada jadwalnya kapan aku bisa syuting,” ucap Kiki kemudian.
Meski benar-benar gundah gulana akan pilihan yang ada, gadis itu memilih untuk tetap mengikuti Grab Me! apa pun yang terjadi. Toh, Kiki sudah menyerah juga dengan surat lamaran yang sudah ia kirim ke beberapa perusahaan, baik negeri maupun swasta.
“Kamu beneran mau nikah?” tanya Lira. Kali ini sebuah iklan menjadi penyeda acara Grab Me! hingga membuat Lira lebih fokus menginterogasi Kiki.
“Ya, emang aku kelihatan main-main gitu, Ma? Pastinya aku mau nikah dong.”
Lira menghela napas, menganggukkan kepala. “Mama, sih, nggak melarang kamu mau nikah, tapi, ya, kalau ikutan acara pencarian jodoh kayak gini. Apalagi itu bakal ditayangkan secara nasional. Mama nggak bisa bayangin gimana mulut ibu-ibu pas Mama belanja sayuran di tempat biasa.”
Ucapan Lira ada benarnya, Kiki mengakui itu. Namun, ia tetap tidak mau mundur. Persetan dengan ucapan para tetangga nanti. Pokoknya ia mesti ikutan dan mendapatkan pasangan CEO!
Dari info yang Kiki dapatkan setelah googling sana-sini, cowok-cowok yang ikutan Grab Me! itu nggak bisa sembarangan. Karena pihak Halo TV juga nggak mau citra acara mereka jadi jelek. Makanya cowok-cowok jomlo itu kalau nggak karyawan BUMN, karyawan swasta, paling tinggi, ya CEO yang emang males ngedeketin cewek lama-lama. Mending langsung nyari yang emang serius.
“Ma,” panggil Kiki, “aku ikut ini bukan karena aku nggak peduli sama omongan tetangga kita. Aku sangat peduli malah. Makanya aku ikutan ini, biar suatu saat aku bisa ngebuat mulut mereka itu mingkem. Mama tahu sendiri, kan, kalau yang ikut Grab Me! itu nggak bisa sembarang orang? Aku nggak bisa mengatur seperti apa pandangan orang terhadap aku, tapi aku bisa mengatur seperti apa pandangan aku terhadap mereka.”
“Mama, sih, terserah di kamu. Toh, kamu yang bakal menjalani, tapi bukan cuma mulut tetangga yang mesti kamu hadapi. Ada papamu dan abangmu yang suaranya juga mesti kamu dengar.”
Kembali Kiki terdiam. Duh, mamanya ini kenapa membuat Kiki jadi makin bimbang, sih?
“Pesan Mama, kalau menurutmu itu benar dan baik untuk kamu, lanjutkan saja. Abaikan saja omongan di kiri dan kanan. Kamu sudah cukup dewasa, tahu mana yang baik dan mana yang buruk. Kamu mengerti, kan?”
Kiki mengangguk, tersenyum lebar, lantas memeluk Lira.
“Makasih, Ma. Pokoknya tenang aja, apa pun yang Kiki pilih, nggak akan pernah mencoreng nama baik keluarga kita.”
“Iya, iya, Mama percaya.”
***
Menyegarkan halaman email di ponselnya sudah menjadi kebiasaan Kiki setiap enam jam sekali setiap harinya. Biasanya email gadis itu akan dipenuhi oleh iklan salah satu e-commerce, tempat Kiki sering belanja online. Mengharapkan surat elektronik yang memberikan jadwal interview, yang ada malah pemberitahuan potongan harga di toko online.
“Gue lagi nggak ada duit gini, malah disuruh belanja. Nggak peka banget nih e-commerce,” dumel Kiki.
Seringnya, Kiki langsung menghapus surat elektronik tersebut tanpa membacanya. Karena ia tahu, tanpa membacanya pun, pemberitahuan potongan harga sudah ia ketahui dari iklan di televisi maupun di sosial media.
Meletakkan ponselnya ke atas kasur, gadis itu lantas keluar kamar. Mencari sesuatu di dapur yang bisa ia makan. Entah kenapa akhir-akhir ini perutnya selalu menagih untuk diisi.
“Mungkin efek pengangguran, stres belum dapet kerjaan, jadi bawaannya laper mulu,” monolog Kiki. “Eh, tapi, ada hubungannya nggak, sih? Gue sotoy banget, deh.”
Kiki terkekeh, tidak habis pikir dengan pikirannya. Karena tidak menemukan apa pun di lemari dapur, gadis itu kemudian beralih mendekati kulkas. Hawa dingin langsung menyapa gadis itu saat pintu kulkas terbuka.
“Duh, adem banget apalagi pas panas begini.”
Kiki malah sengaja memejamkan matanya untuk menikmati hawa dingin dari kulkas. Gadis itu jadi ingat, saat bulan puasa ia sengaja membuka kulkas karena matahari di luar sana begitu terik. Tindakan yang membuatnya sering tergoda untuk batal diam-diam. Namun Tuhan masih menyuruhnya untuk berpuasa sampai Maghrib, karena Kiki langsung tersadar saat hendak menyomot makanan apa pun yang ada di hadapannya.
Karena tidak juga menemukan makanan ringan di kulkas, Kiki menyeret langkahnya ke meja makan. Meski sudah tahu ada apa saja di balik tudung saji itu, tetap saja gadis itu membukanya.
Sepotong ayam goreng krispi yang tadi sudah ia santap dengan nasi untuk mengganjal perutnya, kembali menyapa Kiki. Gadis itu mengusap perutnya yang keroncongan lagi.
“Apa gue ke minimarket depan aja, ya?” pikir Kiki.
Setelah menimbang-nimbang, akhirnya gadis itu memantapkan pilihannya. Daripada ia mesti jalan kaki karena tidak bisa berkendara, lebih baik dia pesan makanan online saja.
Menghidupkan sambungan internet, Kiki pun membuka aplikasi transportasi online. Kemajuan teknologi setidaknya membantu Kiki karena tidak bisa ke mana-mana. Mau naik sepeda di tengah matahari yang bersinar terik, tentu bukan pilihan yang akan Kiki ambil.
Setelah melihat-lihat menu makanan, akhirnya pilihan Kiki jatuh pada salah satu restoran fast food. Memilih burger dan ice cream sundae yang memang terkenal dari restoran fast food tersebut.
Setelah memesan dan dikonfirmasi sang pengemudi, Kiki kembali mengecek emailnya. Entah kenapa, hati kecilnya menyuruh gadis itu agar melakukan hal tersebut.
Entah seperti apa Kiki harus mengekspresikan perasaannya saat ini. Ia begitu speechless saat menerima email dari Halo TV yang mengatakan ia lolos seleksi administrasi untuk posisi sekretaris.
Rasanya seperti sedang diguyur air es di tengah teriknya matahari. Walaupun Kiki tidak pernah diguyur air es. Kena air hujan setetes saja, dia langsung flu.
Membaca ulang surat elektronik tersebut, Kiki langsung mengucap syukur dalam hati. Meski baru lolos tahap administrasi dan akan dilanjutkan dengan tes online seminggu mendatang, Kiki tetap merasa bahagia. Pasalnya ia bisa lolos tahap administrasi di berbagai lamaran yang Kiki ajukan itu bisa dihitung dengan jari.
“Kalaupun nggak lulus casting buat Grab Me! gue bisa ngandelin tes buat jadi sekretaris di sana. Kalaupun gue nggak lolos tes jadi sekretaris, gue bisa ikutan Grab Me!, tapi kalau dua-duanya nggak lulus ...,” gumam Kiki, “berarti bukan rejeki gue.”
Baru mendapat surat elektronik seperti ini saja, Kiki sudah membayangkan seperti apa dirinya kelak saat sudah bekerja. Mempunyai uang tabungan sendiri setiap bulannya, bisa membeli barang-barang bermerek, makan di tempat yang hits. Ah, pasti rasanya sangat menyenangkan.
Walaupun ia tahu, akan ada harga yang mesti dibayar. Waktunya dengan keluarga pasti tidak akan sebanyak dulu, di kala ia masih menganggur.
“Ya elah, Ki, tes aja belum, udah ngayal ke mana-mana,” decak Kiki. “Tapi apa salahnya, kan, berkhayal? Bodoh amatlah kalau dikatain halu. Toh, gue nggak ganggu orang, nggak ngutang juga supaya bisa berkhayal.”
Senyum terkembang di bibir gadis itu. Matanya ikut melengkung, membentuk bulan sabit yang cantik. Tengah asyik berkhayal, tiba-tiba ponsel Kiki berbunyi. Ternyata pengemudi online yang membawa pesanan Kiki telah berada di depan pagar. Gegas Kiki meraih dompet dan keluar menuju pagar.
Senyum Kiki makin terkembang lebar saat mencium aroma khas restoran fast food favoritnya itu. Apalagi burger merupakan makanan best seller dari restoran tersebut.
Menggigit burgernya perlahan, Kiki bersyukur karena bisa mengisi kembali energinya. Perutnya yang keroncongan pun sudah disogok dengan sempurna. Ditambah ice cream sundae cokelat di tengah terik matahari, maka nikmat Tuhanmu yang mana lagi yang kamu dustakan?
Kiki makan dengan lahap. Tidak peduli saos dari burgernya belepotan di sekitar bibir. Pun tangannya kini berminyak karena ia tidak sabaran saat membuka kertas pembungkus burger.
Entah kenapa, hari ini ia jadi bar-bar karena lapar.
***
Btw, menurut kalian alurnya lambat nggak, sih?
Makin ke sini makin malem, ya, update-nya. Tapi tetep berusaha update kok untuk kalian yang #DiRumahAja. Tetap stay safe, ya. 💜
Xoxo
Winda Zizty
29 Maret 2020
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top