Sembilan Belas

Good morning!
Happy reading. 💜

***

Lira tengah minum teh di depan TV saat Kiki duduk di samping wanita itu. Kegiatannya setiap pagi sebelum bersiap untuk memasak.

“Ma, hari ini aku nggak bantu masak dulu, ya,” ucap Kiki pelan. Melihat Lira yang memutar kepala ke arahnya, Kiki pun menambahkan, “Hari ini aku mesti tes online. Jadi nggak bantu Mama masak dulu.”

“Oh, ya udah, nggak pa-pa. Ngisi tesnya yang bener, biar bisa lolos.”

“Iya, Ma.” Kiki mengangguk, seraya tersenyum.

“Semoga kali ini kamu beneran bisa keterima kerja.”

“Aamiin,” ucap Kiki. “Kalau gitu aku ke kamar dulu, ya, Ma. Mau belajar buat tes nanti.”

Setelah mendapat izin dari Lira, Kiki pun masuk ke kamarnya. Duduk bersila di atas kasur dengan meletakkan bantal di pangkuan. Di hadapan gadis itu sudah terhampar pensil, kertas untuk oretan, dan buku cetak yang memuat soal-soal psikotes dan pengetahuan umum.

Sedang asyik-asyiknya mengerjakan soal, tiba-tiba ponselnya berbunyi. Panggilan dari Ajeng. Tentu saja karena Kiki sudah mematikan sambungan internet di ponselnya.

“Lo nge-chat gue?” tebak Kiki langsung.

Lo lagi ngapain emang? Ngelebihin Presiden aja, susah banget dihubungi,” cerocos Ajeng.

“Gue mau belajar buat tes Ajeng tercinta. Lagian gue, kan emang sibuk bantuin nyokap gue di rumah.”

Ya elah, paling juga sibuk main cacing, rebahan, tidur. Udah, deh, ngaku aja. Kesibukan gue sama lo itu nggak jauh beda."

“Ya, ya, ya. Btw, lo kenapa nelepon gue gini? Gue males ngecek WhatsApp.”

Oh, itu, casting Grab Me! Bakalan diadain lusa. Siap-siap lo, dandan yang cantik.”

“Iya, iya. Udah? Itu aja?”

Ho’oh. Omong-omong, lo mau tes apa?

“Biasa, psikotes. Kayak nggak pernah ngejalanin tes tahap pertama aja,” cibir Kiki.

Itu gue juga tahu, dodol! Maksud gue di perusahaan mana.

Kiki terkekeh. “Oh, di Halo TV.”

Posisi sekretaris itu, ya?

Exactly! Seratus ribu buat lo, tapi minta sama nyokap lo.”

Dasar semprul!” umpat Ajeng. “Gue doain semoga lo keterima.

“Aamiin.”

Kalo lo jadi sekretaris di sana, kan, bisa aja lo pepetin tuh CEO-nya.

“Lo lupa apa?” desah Kiki.

Lupa apaan?” tanya Ajeng bingung.

“CEO Halo TV itu, kan, cewek. Namanya Hafsya. Emang ada cowok yang namanya Hafsya?”

Lo yakin namanya Hafsya? Bukan salah ketik?

“Ya kali salah ketik. Kalaupun typo, pasti udah diralat dong dari zaman kapan. Itu berita aja udah bertahun-tahun yang lalu.”

Ya ...,” desah Ajeng, kecewa. “Gagal dong dapetin CEO.

“Belum rejeki,” ucap Kiki.

Ya udah, semoga pas ikutan Grab Me! lo beneran dapet CEO.

“Aamiin.”

Ya udah, gue cuma mau ngomong itu aja. Gue tutup, ya.

“Eh, bentar dulu, Jeng!” cegah Kiki.

Paan?”

“Gue mau nanya sama lo.”

Hm? Nggak usah lama-lama. Inget, lo mau tes online. Mesti siap-siap karena sinyal nggak selamanya bersahabat.

“Bawel banget, sih. Sok ngartis banget.”

Udah, buruan. Kalau telat login, jangan salahin gue, ya?

“Iya!”

Ya udah, buruan. Mau nanya apa?

“Kenapa Lo semangat banget supaya gue dapet pasangan? Kemarin nawarin gue aplikasi kencan online, terus nyuruh gue ikutan Grab Me! Sebenarnya, di mata lo, apa gue sengebet itu mau nikah?

Hm, gimana, ya?”

“Jawab aja.”

Kalau dari cerita lo, sih ... iya. Lo ngebet mau nikah. Gue juga, sih. Makanya mungkin melalui Grab Me! kita beneran dapet jodoh. Kalaupun nggak dapet jodoh, temenan aja.

“Jadi, gue ngebet nikah, nih?”

Ya, gue nggak tahu pasti. Coba lo tanya sama diri lo sendiri.

“Hm, gitu, ya?”

Iya. Ya udah, mau nanya itu aja, kan? Gue tutup, nih.

“Segitu aja dulu. Kalau mau tanya-tanya lagi, tunggu pas kita ketemu aja. Bahas ginian lebih enak ngomong langsung.”

Ya, ya. Semangat buat tesnya. Semoga lolos.

“Aamiin. Makasih, Jeng.”

Sama-sama.

Sambungan telepon yang terputus membuat Kiki kembali berkutat dengan latihan-latihan soal. Meski ini bukan kali pertama ia mengikuti tes online, tetapi dadanya tetap saja berdebar. Terlalu banyak penolakan, membuat Kiki waswas juga.

“Semoga kali ini gue lolos,” harapnya.

Lima belas menit sebelum waktu tes yang sudah ditentukan, Kiki sudah login ke website Halo TV, khusus untuk tes perekrutan karyawan. Tangannya mendadak mendingin saking gugupnya. Entah kenapa kali ini ia begitu berharap agar bisa lolos. Padahal saat mengikuti tes di perusahaan lain, rasa inginnya tidak sebesar saat ini.

“Semoga gue beneran lolos. Aamiin.”

Lima belas menit pun berlalu, saatnya Kiki mengerjakan tes online. Tidak lupa Kiki mengucapkan doa dalam hati agar diberikan kelancaran dalam mengerjakan soal. Kiki tidak dapat memungkiri jika ia benar-benar deg-degan. Merasa jika inilah jalan terakhir agar ia bisa bekerja. Seperti yang ia inginkan selama hampir dua tahun ini.

Waktu pengerjaan soal yang diberikan selama 45 menit, hanya dihabiskan Kiki dengan 40 menit saja. Entah jawabannya benar atau tidak, Kiki sudah pasrah. Ia sudah berusaha memberikan yang terbaik dari yang terbaik di hidupnya.

Melakukan pengecekan sekali lagi sebelum menekan tombol finish, Kiki pun merasa jika tidak ada lagi jawaban yang perlu ia ubah. Mengucapkan basmallah, Kiki pun menekan tombol finish dan mengakhiri tes online tersebut.

“Fiuh,” desahnya lega. “Setelah ini terserah, deh, mau lulus apa nggak. Tapi gue optimis lulus, sih.”

Mematikan sambungan internet baik di laptop maupun ponselnya, Kiki pun beranjak dari kamar. Setelah sebelumnya mematikan daya laptop dan kembali menyimpan benda tersebut ke atas meja belajar.

Begitu kaki gadis itu sudah melangkah menuju dapur, dilihatnya Lira tengah menumis sesuatu, mungkin sayuran untuk makan siang mereka nanti. Kiki pun memilih menuju kulkas, demi mengambil sebotol air mineral dan menuang isinya ke dalam gelas. Menuntaskan dahaganya setelah lelah mengerjakan soal-soal.

“Udah tesnya?” tanya Lira tanpa menoleh. Ia tadi tidak sengaja melihat Kiki saat tengah mengambil garam.

“Udah, Ma,” jawab Kiki. Gadis itu pun menolehkan kepalanya ke arah kuali. “Masak tumis bayam, Ma?”

“Iya,” jawab Lira pendek. “Oh iya, tesnya lancar? Dijawab semua?” Kembali Lira bertanya setelah mematikan kompor. Tumis bayamnya sudah matang.

Menyadari hal tersebut, Kiki pun dengan sigap mengambil piring dan memberikannya pada Lira. Aroma tumis bayam langsung menggoda indera penciuman Kiki. Membuat perutnya langsung meronta minta diisi.

“Dijawab semua kok, Ma. Cuma, ya, nggak tahu bener apa nggak.”

“Setidaknya kamu udah usaha,” ucap Lira. Wanita itu kini meletakkan piring berisi tumis bayam ke atas meja. Kiki mengikuti di belakangnya. “Hasil bisa mengikuti selama kamu sudah berusaha semaksimal mungkin.”

“Ehm, iya, Ma. Ya, doain aja semoga bisa lolos. Biar aku juga bisa kerja di sana,” pinta Kiki.

“Iya, aamiin. Mama selalu doakan kamu dan abangmu. Semoga kalian bisa bahagia dunia dan akhirat. Dapat jodoh yang menyayangi kalian sampai maut memisahkan.”

“Aamiin.” Kiki menangkupkan kedua tangan, lalu membawa tangkapan tangan tersebut ke wajahnya.

“Ya udah, makan, gih. Kamu udah kelaparan banget. Sampe ngelihatin tumis bayamnya.”

“Hehe, ketahuan, ya, Ma? Emang kelihatan banget aku laper?”

“Ya iyalah. Lagian pasti kamu juga capek habis tes,” kata Lira pengertian.

“Hehe, yuk, makan bareng, Ma.”

“Mama mau beresin dapur dulu. Kamu duluan aja makannya.”

“Oke deh.”

Tanpa membuang waktu, Kiki pun mengambil nasi dan meletakkan ke atas piringnya. Tidak lupa tumis bayam yang sudah sedari tadi menggoda imannya.

“Ugh! Maka nikmat Tuhanmu yang mana lagi yang kamu dustakan?” ucap Kiki, memotong penggalan arti ayat dari kitab suci.

Lira hanya bisa geleng-geleng kepala melihat gaya makan Kiki yang begitu kalap. Namun kekehan pelan terbit juga dari bibir wanita itu.

“Kiki, Kiki, Mama nggak tahu, lelaki macam apa yang bakal mendampingi kamu,” gumam Lira. Senyum kecil di wajahnya muncul tanpa melepas pandangan dari sosok Kiki. “Semoga dia bisa mencintai kamu apa adanya dan bertanggung jawab sama kamu. Itu yang selalu Mama pinta sama Tuhan sedari dulu.”

Memandangi Kiki sekali lagi, Lira pun kembali menyibukkan diri membersihkan dapur. Bekas dirinya memasak.


***


Keesokan harinya, pukul sebelas, Ajeng datang ke rumah Kiki. Gadis itu membawa peralatan untuk berhias yang cukup lengkap hingga membuat Kiki melongo karenanya.

“Lo mau ngapain, Maemunah?” tanya Kiki bingung.

“Cantik ... besok itu kita mau casting Grab Me!, jadi kita mesti kudu bin wajib buat tampil semenarik mungkin.”

“Terus ini apaan?” tanya Kiki lagi sambil menunjuk peralatan makeup Ajeng yang sudah disebar gadis itu di atas kasurnya.

“Ya makeup dong. Emang apaan? Bumbu masak?”

“Gue tahu itu makeup. Ya buat apa lo bawa makeup ke sini? Itu maksud gue.”

“Astaga dragon! Heran deh gue,” desah Ajeng, seraya mengusap dahinya. Seolah ada keringat yang banyak di dahi gadis itu. “IPK lo di atas 3,5, tapi masa ini aja nggak ngerti, sih? Hayo ngaku, lo nyogok dosen, ya, supaya IPK lo gede?”

“Eh, lambe lo dijaga. Beneran gue ulek jadi sambel baru tahu rasa.”

“Nggak pa-pa, sambelnya tinggal gue makan,” balas Ajeng, tidak mau kalah.

“Serah lo aja deh. Males gue berdebat.”

“Ya udah, bagus, deh kalau lo males berdebat. Jadi gue bisa dengan mudah ngajarin lo dandan,” sahut Ajeng. Gadis itu pun mengeluarkan koleksi kuasnya dari dalam pouch berwarna rose gold.

“Buat apaan, sih? Gue bisa dandan.”

“Iya, ini diajarin lagi biar hasilnya lebih natural. Gue perhatiin lo demen banget makeup bold. Nah, gue ajarin makeup bold yang elegan, nggak menor.”

“Ogah!” tolak Kiki. Gadis itu bersedekap, lantas membuang pandangan ke luar jendela. Menghindari tatapan Ajeng.

Kata-kata Ajeng barusan membuat Kiki teringat saat seseorang mengatai dirinya ibu-ibu karena berdandan terlalu bold. Tentu saja Ajeng tahu, karena saat kejadian tersebut, gadis itu juga ada di sana. Kiki cukup malu karena orang tersebut berkata dengan volume yang cukup keras.

“Gue mau yang natural aja,” sahut Kiki pelan. “Kalau lo mau ngajarin gue dandan, ajarin yang natural aja.”

“Siap! Nah, gitu dong. Kan enak jadinya,” ucap Ajeng senang. Dengan semangat 45, Ajeng pun mulai merias wajah Kiki yang pasrah aja dengan apa yang ia lakukan. “Gue kasih contoh dulu, setelahnya lo bisa halus dan coba sendiri.”

“Iya, iya. Nggak usah banyak bacot!”

***

Dua hari ke belakang aku molor update. Keasikan nonton drakor, hehe.
Masih pada nungguin kelanjutan ceritanya, kan? Masih dong pastinya.

Xoxo

Winda Zizty
02 April 2020

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top