9
Karya ini dilindungi oleh Undang Undang Hak Cipta no. 28 Tahun 2014. Bagi pelanggar akan diproses sesuai hukum yang berlaku di Indonesia.
Di sisi utara Kerajaan Puerro, dekat dengan sebuah kastel yang telah runtuh, terdapat bagian hutan yang tertutupi oleh kabut tebal. Tempat itu dikabarkan dihuni oleh ras Gwyllgi, manusia bermata emas yang dapat bertransformasi menjadi anjing hitam raksasa dengan lingkaran api pada tubuh mereka.
Di tengah perkampungan yang dikelilingi oleh perumahan sederhana, terlihat beberapa laki-laki berambut emas, senada dengan warna mata mereka, sedang duduk bersila di atas tanah. Mereka semua memiliki kesamaan, bertelanjang dada dengan otot-otot tubuh yang menonjol dan hanya memakai celana pendek.
Pemuda yang memiliki rambut dipotong seleher terlihat memasang wajah gusar. Dia duduk membelakangi kawanan lainnya dan berhadapan dengan laki-laki berkumis juga berjenggot yang tampak jauh lebih tua darinya, sedangkan dua pria lainnya yang berpenampilan sekitar lima puluh tahunan, duduk di sisi kanan juga kiri mereka.
Salah satu pria bersedekap dengan wajah keruh. "Kami belum dapat menemukan Doufal …. Sudah lima hari setelah kawanannya mengatakan bahwa dia hilang ketika berburu."
"Ayah, ini sudah keterlaluan …," ucap laki-laki yang lebih muda sambil memukul tanah. "Kita tidak bisa membiarkan penyihir-penyihir itu semakin merajalela!"
Namun, sang ayah tidak ikut terpancing emosinya. Dia mengerutkan kening untuk berpikir sambil bergumam pelan. "Kita belum tahu apakah pelakunya memang para penyihir."
"Wolfram …." Teguran dari pria lain yang duduk di sisi kanannya, membuat sang ketua suku menoleh. "Apa kau masih berpikir para penyihir itu memegang janji mereka?"
Mata Wolfram memancarkan keraguan. Belasan tahun telah berlalu. Namun, dia masih ingat bagaimana ras Gwyllgi dan penyihir berhasil menggulingkan tirani para manusia.
"Penyihir berambut putih itu melindungi betina yang berasal dari ras kita ...." Ucapan Wolfram terdengar sangat jauh, seakan pria itu sedang merenung. "Selain itu, hingga saat ini tidak pernah satu pun dari mereka yang melukai ras kita."
"Apa yang Derek katakan tidak salah …, apa yang kita ingat telah berubah ….." Pria bertubuh paling kecil dibandingkan yang lain akhirnya juga angkat bicara. Dari gurat-gurat halus di wajahnya, dia pun telah melewati masa yang sama dengan sang pemimpin. "Mungkin sudah waktunya kita mengakhiri waktu damai …, mungkin kini saatnya mereka yang muda untuk menco-."
"Xelo …." Geraman rendah keluar dari bibir Wolfram. Mata keemasan pria itu kini menatap tajam ke arah bawahannya. "Apa kau mengatakan bahwa aku tidak layak lagi memimpin?!"
"Wolfram, aku yakin maksud Xelo bahwa sudah waktunya Derek untuk mendapatkan tanggung jawab lebih. Biarkan dia pergi memeriksa apa yang telah terjadi." Pria lainnya berusaha menengahi. Bakal janggut terlihat menutupi rahangnya yang tegas.
"Ayah, kumohon biarkan aku keluar dari hutan ini." Derek ikut berbicara. Mata pemuda berusia enam belas tahun itu berkilat, penuh tekad. "Aku akan membawa pulang ketiga kawanan kita yang telah menghilang."
Wolfram tidak langsung menjawab. Riuh ayam juga tawa anak-anak memasuki indra pendengarannya. Kehidupan yang tenang …. Mereka akhirnya sudah mendapatkannya. Namun, kini ….
"Ayah!"
Desakan lain dari putra sulungnya membuat Wolfram kini menatap Derek dengan sorot menilai. Putranya masih terlalu muda ….
"Wolfram, izinkan dia menunjukkan kemampuannya."
"Baiklah!" ucap Wolfram pada akhirnya dan membuat mata Derek berbinar penuh semangat. Namun, sang ayah langsung menatap tajam putranya kemudian melanjutkan perkataannya. "Tetapi, ingat! Jangan bertindak gegabah! Dan, apabila kau berpapasan dengan para penyihir, jangan serang mereka kecuali mereka mencoba melukaimu!"
Tawa tertahan keluar dari mulut Xelo. Dia menyeringai ke arah Derek sambil berkata, "Maksud ayahmu adalah jangan lukai keturunan cinta pertamanya."
"Tutup mulutmu!" bentak Wolfram. Mata keemasan pria itu melirik cepat ke sekitar, khawatir sang istri mendengar ucapan bodoh tangan kanannya. Tidak berapa lama dia mengembuskan napas lega dan menyebabkan kening Derek berkerut penuh prasangka buruk.
"Penyihir berambut perak itu …, Pierre …. Dia memiliki mantra untuk mengikat ras Gwyllgy, jangan mencari masalah dengannya," jelas Wolfram.
Dengkus meremehkan keluar dari Derek. Pemuda itu melihat dari balik bahu kemudian berseru,"Joe! Rick! Kemarilah!"
Joe, pemuda berambut panjang keemasan, dan Rick, pemuda yang memiliki kulit lebih gelap, bangkit dari duduk mereka, menghampiri Derek, kemudian kembali bersila di sisi kanan dan juga kiri pemimpin mereka.
Derek menatap ayahnya dengan tatapan tegas. Dia mengangkat dagu sambil berkata, "Aku tidak akan membunuhnya apabila dia bersikap manis."
Joe dan Rick spontan terkekeh geli. Namun, sorot tajam Wolfram membuat keduanya langsung menunduk.
Wolfram mengamati wajah putranya dengan saksama. Penampilan Derek benar-benar persis seperti dirinya saat muda …, begitu pula sifatnya.
Seharusnya akan baik-baik saja.
"Pergilah dan kembalilah dengan selamat," ucap Wolfram tidak berapa lama.
Derek, Joe, dan Rick seketika sedikit membungkuk sebagai tanda hormat. Ketiganya bangkit berdiri kemudian berbalik untuk keluar Hutan Kabut, mencari saudara-saudara mereka yang hilang.
16 Maret 2022
Benitobonita
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top