5

Karya ini dilindungi oleh Undang Undang Hak Cipta no. 28 Tahun 2014. Bagi pelanggar akan diproses sesuai hukum yang berlaku di Indonesia.
 

Denting besi beradu seketika terdengar kala kedua senjata beradu dengan pedang sabit milik sang penjahat patah seketika bersamaan luka sayat melintang pada dada pria yang terkejut itu. Kaki kanan Elfata juga bergerak cepat menendang ke samping hingga lawan kedua pun terdorong sebelum jatuh duduk ke belakang. 

Laki-laki ketiga yang berlari untuk ikut menyerang, mengayunkan pedang sabitnya ke arah leher Elfata. Namun, pemuda itu telah memutar sudut pedang hingga kini tergenggam dalam posisi horizontal dengan ujung mengarah ke perut lawan kemudian menusuknya beberapa detik lebih cepat sebelum sisi tajam pedang sabit sang penjahat hampir menggores tengkuknya yang tidak terlindungi. 

Mata pria itu melotot lebar kala merasakan bilah besi itu merobek perutnya. Elfata menarik kembali senjatanya dan menyebabkan teriakan kesakitan dari sang korban yang kini jatuh sambil berguling memegangi bagian tubuhnya yang terus mengucurkan darah. 

Elfata berdiri tegak. Dia mengamati kedua lawan yang tersisa dengan seringai mengerikan di wajahnya. Suara yang mirip geraman terdengar kala pemuda itu bertanya dengan nada rendah. "Siapa yang harus kubunuh lebih dahulu?"

Penjahat yang bagian dadanya tersayat segera memutar tubuh kemudian lari tunggang langgang, sedangkan laki-laki satunya belum berniat menyerah. Dia meraih pedang yang sempat terlempar dari tangannya, lalu bangkit berdiri.

Pria besar itu mengangkat tangan kanan yang memegang pedang dengan ekspresi marah. Namun, belum juga dia berlari ke arah Elfata, sebuah bilah senjata tajam telah menembus dari punggung hingga dadanya.

Sang penjahat tewas seketika. Tubuh pria itu ambruk dalam posisi tengkurap saat seseorang yang membunuhnya telah menarik pedang dari belakang sambil mendorong mayatnya ke depan.

"Papa!" seru Elfata terkejut kala dia melihat sosok ayahnya yang berdiri tepat di belakang mayat itu. Pierre tidak menjawab. Dia menoleh ke arah penjahat yang berlari ke arah hutan, asal kedatangannya sebelum mengedikkan bahu, lalu melihat sekeliling dengan cermat. 

Desa itu benar-benar telah porak poranda. Api yang melalap perumahan semakin besar dan menyebabkan beberapa penduduk yang masih dapat bergerak, berusaha memadamkannya dengan mengambil air dari sumur-sumur terdekat. Bau anyir darah juga hangus tubuh manusia membuat Pierre teringat akan masa lalunya yang menyebalkan. 

Dua-tiga manusia yang menyadari kehadiran pria itu, mengamati Pierre dengan sorot mata penuh ingin tahu. Namun, mereka tetap menjaga jarak dengan ekspresi waspada juga ketakutan. 

Seorang bocah perempuan berkisar tujuh tahun sepertinya mengenali Pierre. Mata anak itu tiba-tiba membesar dan wajahnya memucat kala dia melaung sambil menangis. "Mama tolong!"

Alis kanan Pierre terangkat kala sang ibu langsung membekap mulut putrinya. Wanita yang wajahnya babak belur itu membungkukkan badan sambil mencicit kecil. "Ma-maaf, Tuan Pemburu …. A-anak saya terpengaruh dengan rumor ya-"

Namun, sayangnya Pierre sama sekali tidak tertarik dengan penjelasan perempuan yang ketakutan itu. Dia membuang muka untuk kembali menyisir desa itu. "Di mana Diana?"

Elfata ikut melihat sekeliling dengan ekspresi khawatir. Pada saat bersamaan, lingkaran keemasan yang melindungi iris biru pemuda itu pun berangsur menghilang. "A-aku tidak tahu …. Aku berlari secepat yang kubisa, tetapi aku-"

"Mereka menculik teman-temanku!" Perempuan yang tadi ditolong Elfata kini telah berdiri tidak jauh dari mereka dan memandang pemuda itu dengan penuh permohonan. "Aku melihat mereka juga membawa Diana! Ku-kumohon tolong mereka!"

Pantulan cahaya dari sebuah pedang yang tergeletak di dekat kandang sapi nan rusak parah, membuat Pierre berjalan dan berjongkok di sisinya. Dia mengangkat senjata itu lalu mengamatinya selama beberapa detik sebelum mengambil kesimpulan. "Gadis itu tidak berbohong. Ini pedang milik Diana dan bilang dia tidak ada di sini, berarti seseorang telah membawanya pergi."

Jantung Elfata seketika berdebar cepat karena takut. Pemuda itu sangat mengkhawatirkan keselamatan Diana. "A-apa yang harus kita lakukan?"

Helaan napas panjang terdengar dari Pierre yang sudah bangkit berdiri. Dia melirik sekilas tanpa minat ke arah mayat-mayat manusia yang bergelimpangan di sekitarnya, lalu berjalan menuju keluar desa yang mengarah ke hutan bagian selatan sambil bergumam, "Ayo, pulang …, mungkin ibu dan adikmu berhasil menemukan informasi yang berguna …."

"Informasi?" tanya Elfata kebingungan. Namun, tidak ada penjelasan dari ayahnya yang berjalan sangat cepat, seakan ingin segera meninggalkan desa. Pria itu tidak kesulitan untuk bergerak, sebab para penduduk yang berada di jalurnya segera membuka jalan, mungkin karena kisah-kisah mengerikan tentang keluarga pemburu yang menghuni hutan selatan Puerro ataupun akibat dia menyeret pedang yang masih meneteskan darah segar hingga menimbulkan jejak mengerikan di tanah. Apa pun itu, Pierre bisa mencapai jalur keluar dengan kecepatan yang mengagumkan.

Elfata bergeming sesaat sebelum akhirnya berlari untuk menyusul sosok pria yang hampir tidak lagi terlihat dari pandangannya. 

16 Maret 2022

Benitobonita






Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top