5. Zaman Kesedihan
Di sebuah malam Aqila kembali meningalkan Tamil untuk berburu. Tanpa merasakan pirasat apa-apa dia pergi begitu saja.
Bara muncul bersama kawanan kerbau di depan semak pandan. Bara sudah lama menyadari ada harimau yang bersembunyi di semak pandan. Para kerbau ini membaui bau harimau, walau tercampur dengan bau daun pandan, mereka akhirnya menemukan bau lain, bau anak harimau.
Dipaksa oleh pemimpin mereka yang pemarah, para pasukan itu diperintahkan melakukan serangan sapu bersih.
Pagi telah muncul bersama kedatangan Aqila, dia kembali membawa seekor burung air yang cukup besar untuk Tamil. Tapi dia terkejut dan darahnya seakan membeku. Semak pandan rata dengan tanah, sebuah serangan mematikan dan berutal baru saja menyerang tempat ini malam tadil.
Tamil anaknya, dia mencarinya, berusaha membaui baunya di udara dan di daun-daun pandan yang hancur. Tapi dia tidak menemukanya, dia tidak dapat merasakan kehidupan harimau kecil itu.
Aqila begitu sedih, dia kehilangan hartanya yang paling berharga, buah hatinya, keturunan terakhir harimau yang paling di cintainya. Dengan putus asa dan kehilangan semagat dia duduk denga tatapan penug kesedihan, semua terasa sudah berakhir baginya, kehilangan sesuatu yang berharga itu begitu pahit untuk di terima.
Kawanan kerbau itu tiba-tiba terlihat muncul jumlah yang sangat banyak. Dari jauh terlihat Bara, terdapat darah di tanduknya. Aqila merasakan sesuatu, itu darah Tamil, jadi Bara yang membunuhnya.
Senyuman palsu lebih berarti dari pada sebuah ratapan, begitu pula dengan keputusan, keputusan yang nekat lebih baik dari pada tengelam dalam kenangan pahit, keputusasaan.
Dengan mengumpulkan apa yang bisa dikumpulkan di dalam hati dan jiwanya. Aqila membulatkan tekat di hatinya, dia berlari menyerang ke arah depan kawanan itu. Sebuah serangan yang nekat, atau serangan bunuh diri. Serangan langsung di depan ke arah kawanan kerbau itu suatu hal yang belum pernah terjadi di hutan rawa.
Kedatangan Aqila di ketahui oleh Bara, dia memerintahkan kawanan membuat sebuah formasi berikade, berikade kerbau, tembok pertahanan para kerbau.
Tembok para kerbau begitu kuat, tanduk-taduk keras, kekuatan yang besar. Aqila kalah telak.
Dulu saat Aqila dalam kesulitan, Set selalu muncul, dia adalah sahabat yang setia dan pemimpin yang bisa diandalkan. Set menjadi pelindungnya, sebuah anugrah yang berharga, hadiah dari Tuhan, namun dia sudah pergi ke tanah peristirahatan, Aqila sendirian.
Aqila tidak bisa menembus berikade para kerbau.
Bara berencana menyerang balik Aqila, namun tiba-tiba Aqila meraung, raunganya begitu nyaring, tapi begitu dalam dan emosional, auman yang penuh dengan kesedihan, namun raugan itu juga menyerupai sebuah lantunan doa, ini sangat sulit dimengerti, setelah apa yang terjadi, bahkan kita yang manusia, kita tidak mengerti apa yang di dalam hatinya, perasaan si harimau betina.
Auman kesedihan itu mebuat para kelompok harimau betina berdatangan, mereka si pembawa masalah yang tiada habisnya, masalah datang bertumpang tindih. Kelompok harimau itu muncul di arah belakang Aqila, berikade kerbau di depan, kelompok harimau di belakang, sang betina terkepung dari depan dan belakang. Dia kini bagai sungai buaya yang dikepung hutan rawa.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top